Opini

Opini Frans X Skera: Dari Finlandia dengan Kejujuran

Rakyat Finlandia sangat fokus pada “Emotional Quotient (EQ). Mereka yakin sekali dengan motonya “KEJUJURAN adalah awal dari semua KEBAIKAN”.

Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
Frans X Skera, penulis opini dengan judul Dari Finlandia dengan Kejujuran. 

Jadi, sekali lagi bukan kepintaran dan kekayaan sumber daya alam, tetapi kekayaan hati adalah kunci kemakmuran dan kebahagiaan.

Rakyat Finlandia tak mau berbuat salah bukan karena takut dihukum, tetapi takut ditiru generasi mudanya dan ditularkan. Mereka mendapat pelajaran penting bahwa kemakmuran dan kebahagiaan bukan terwujud karena banyaknya aturan, tetapi karena tingginya kesadaran.

Dari mana semuanya ini didapat? Dari kejujuran. Ternyata kejujuran membuat tingkat kenyamanan dan kebahagiaan tinggi.

Lalu dia mengatakan,apa efek kunjungan ke Finlandia?. Dia bermimpi untuk membuat negara Indonesia makmur dan bahagia dengan kejujuran. Hal ini bukan tidak mungkin.

Dia tertarik untuk membuat satu lingkungan kecil yang tumbuh bersama kejujuran. Hal ini bisa terwujud dengan membangun perumahan sederhana 100 unit, yang penghuninya mau jujur dan terbuka bersama.

Baca juga: Opini: Mencari Tuhan di Qatar

Dengan memiliki tetangga sebagai extended family (keluarga besar) yang mempunyai satu visi yaitu kejujuran dan keterbukaan, sebagai modal kemakmuran dan kebahagiaan. Adakah yang berminat?. Dia yakin pasti dia tidak sendirian.

Mengikuti alur ceritera di atas, kita semua diajak dan ditantang untuk meneruskan cita cita menjadikan Indonesia pada umumnya dan NTT kususnya makmur dan bahagia dengan kejujuran. Meskipun tak mudah melakukan perubahan tingkah laku, tetapi bukan tak mungkin.

Demikian pula walaupun tak banyak orang yang mau berkecimpung, tetapi bukan berarti tak ada. Mari berpedoman pada ungkapan ”kalau bukan kita siapa lagi, kalau tidak sekarang kapan lagi” dan kalau ada kemauan pasti ada jalan.

Indonesia saat ini berada dalam keadaan darurat kejujuran, terutama antara lain disebabkan oleh “duitcrazy yang sangat merusak democracy”.

Kekuatan uang, politik transaksional, pilkada/pileg berbiaya mahal membuat demokrasi kita hanya bagus pada tataran prosedur, tetapi sungguh jauh dari substansi yaitu kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Malah ketidakjujuran sudah ditularkan hingga ke rakyat di pedesaan saat kampanye pilkada dan pileg.

Harusnya ada perang frontal terhadap ketidakjujuran yang dipelopori pejabat Negara dan elit politik, tetapi sayang sejauh ini baru perang kata-kata demi pencitraan.

Memang Lembaga KPK, Kepolisian dan Kejaksaan sudah bekerja keras memberantas KKN dan suap, tetapi hasilnya masih jauh dari memuaskan. Hanya sapu bersih sajalah yang dapat menyapu lantai kotor hingga bersih, dan celakanya belum semua sapu yang ada, bersih.

Baca juga: Opini : Makna Sopi Dalam Budaya NTT

Demikian juga,mestinya pendidikan berperan penting dalam pembentukan etika moral dan kejujuran warga negara, tetapi ironisnya bangsa yang diklaim beragama dan berdasarkan nilai-nilai Pancasila,justru tingkat KKN dan suapnya begitu tinggi.

Berpedoman pada ungkapan kecil itu indah, mari kita tumbuhkan, rawat, dan kembangkan kelompok-kelompok kecil yang mau berjuang menegakkan kejujuran sebagai awal dari semua kebaikan.

Kita harus mulai dari diri sendiri dan keluarga. Kalau saja dalam satu desa ada sedikitnya 10 keluarga dalam setiap RT yang menjadikan kejujuran sebagai “harga mati” dengan mendidik putra putrinya untuk tidak curang dan cinta kebenaran, maka sudah ada sel inti pejuang integritas.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved