FISIP Corner Undana Kupas Potensi Resesi dan Kesiapan Bisnis Lokal Hadapi Resesi 2023

Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi NTT pada 2023 akan tetap kuat pada kisaran 4,31 sampai dengan 5,11 persen dan akan meningkat pada 2024

Editor: Hasyim Ashari
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA DISKUSI - FISIP Corner Diskusi Potensi Resesi 2023 dan Kesiapan Bisnis Lokal Hadapi Resesi yang dimoderatori Drs. Abas Kasim M.Si (kanan) selaku Dosen Prodi Administrasi Bisnis  Undana, Dr. Petrus E. De Rozari, M.Si (tengah) Dosen Prodi Manajemen Undana dan Dr. Pius Bumi Kellen, MM (kiri) selaku dosen prodi Administrasi Bisnis Undana yang diadakan di Pelataran Prodi Administrasi Bisnis Undana pada Jumat, 2 Desember 2022 

Selain itu, Perbankan juga menyediakan skim kredit khusus bank NTT tersedia skim kredit sekitar Rp 500 miliar yang masih dapat digunakan.

Kemudian tersedia kredit tanpa jaminan yakni Kredit Mikro Merdeka yang diberikan secara bertahap. 

Tahap pertama sebesar Rp 5 juta, tahap dua Rp 5 juta dan tahap tiga Rp 10 juta dalam jangka waktu 1 tahun yang dapat diajukan melalui B Pung Mobile dan B Pung Petani.

"Itulah langkah-langkah antisipatif," lanjutnya, Pemerintah juga telah menyediakan pupuk untuk pemenuhan untuk peningkatan kapasitas sektor pertanian di NTT.

Dalam sesi diskusi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Undana Kupang, Melkisedek Neolaka menambahkan untuk mengantisipasi terjadinya krisis pangan di NTT agar pemerintah memberdayakan lahan masyarakat untuk menanam berbagai pangan lokal yang bisa dikonsumsi sendiri sehingga dampaknya langsung dirasakan masyarakat sehingga tindakan preventif bisa capai.

Menurut Pius Kellen, dalam perusahaan bisnis salah satu yang sangat berperan terutama dalam memproteksi adalah kebijakan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah seperti melalui Bank NTT.

Sebagai akademisi, Pius menilai kebijakan pemerintah bisa menjadi pemicu. Misalnya dalam penggunaan lahan tidur notabenenya tidak ada muatan politik, sehingga impasnya ke masyarakat.

"Kadang-kadang juga kita menjadi tanda tanya ni, tanam jagung panen sapi, hasilnya untuk siapa? Kan tanda tanya besar ni? Tanam jagung panen sapi, sapi dijual, impasnya untuk apa? Mungkin itu yang sosialisasi ke masyarakat itu belum sampai. Hanya kita mendengung kita akan menghasilkan daging yang prima, persoalannya itu kan konsumsi masyarakat itu bukan daging. Ia butuh uang,"jelasnya.

Baca juga: Moms, Terapkan 5 Cara Pintar Atur Uang sebagai Persiapan Bila Terjasi Resesi

Langkah preventif di waktu yang singkat menuju 2023 dengan ancaman Resesi, sudah cukup terlambat. Dalam sektor keuangan dengan cara mensiasati dampak resesi yang akan terjadi dieliminir.

Ia juga tidak terlalu optimis tidak terjadi resesi karena masih di bawah pengaruh ekonomi global.

Jadi resesi sulit dihindari dari krisis keuangan. Tetapi dari krisis kesiapan pangan menurutnya NTT cukup siap dengan diferensiasi dan masyarakat sudah berbudaya. Walaupun tidak bergaung karena kapasitasnya kecil, tidak menghasilkan produksi yang besar sekali. 

Untuk ekonomi menengah, jika krisis ini terjadi, secara nasional lebih berdampak kepada industri besar karena rata-rata menggunakan bahan bakar impor yang tergolong mahal.

Dalam kesempatan ini juga Pemantik kedua, Dr. Petrus E. De Rozari, M.Si Dosen Program Studi Manajemen Undana, menyampaikan ada tiga penyebab akan terjadinya resesi adalah Pandemi Covid-19, geopolitik dan Climate change (perubahan iklim) bukan saja secara politik tetapi juga secara politik di dunia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Q4 sebesar 5,44 persen dan Q1 sebesar 5,01 persen. Ekonomi Prediksi 2023 akan gelap sepertinya negara terbebani banyak masalah terutama dari segi utang.

Menurut aturan internasional, selama utang belum 60 persen dari PDRB dan Indonesia baru mencapai 37 persen. Jadi menurutnya masih aman.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved