FISIP Corner Undana Kupas Potensi Resesi dan Kesiapan Bisnis Lokal Hadapi Resesi 2023

Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi NTT pada 2023 akan tetap kuat pada kisaran 4,31 sampai dengan 5,11 persen dan akan meningkat pada 2024

Editor: Hasyim Ashari
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA DISKUSI - FISIP Corner Diskusi Potensi Resesi 2023 dan Kesiapan Bisnis Lokal Hadapi Resesi yang dimoderatori Drs. Abas Kasim M.Si (kanan) selaku Dosen Prodi Administrasi Bisnis  Undana, Dr. Petrus E. De Rozari, M.Si (tengah) Dosen Prodi Manajemen Undana dan Dr. Pius Bumi Kellen, MM (kiri) selaku dosen prodi Administrasi Bisnis Undana yang diadakan di Pelataran Prodi Administrasi Bisnis Undana pada Jumat, 2 Desember 2022 

Satu pemicu yang paling besar terjadinya resesi adalah geopolitik. Tahun depan Indonesia sudah dihadapkan dengan panasnya politik menuju 2024.

6. Efisiensi Pengeluaran

Dengan menyiapkan makanan yang bisa disimpan lama, tidak akan mengeluarkan biaya terlalu banyak sehingga stock cash bisa disimpan.

7. Jangan menangkap pisau jatuh

Menurutnya jangan bermain di air keruh atau melakukan kecurangan dalam bisnis yang lain menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi buruk juga.

8. Jaga kesehatan 
 
Menghadapi resesi harus memiliki kekuatan yaitu saving dan makanan lokal harus tersedia untuk mengatasi krisis pangan. Jika persediaan cukup, maka tidak perlu dikhawatirkan.

Dalam kesempatan yang sama hadir juga Komisaris Bank NTT, Dr. Frans Gana menyampaikan dalam rangka mengatasi krisis yang diprediksi akan mengalami stagflasi, stagnan dan inflasi.

Baca juga: Amerika di Ambang Resesi, Ekonomi AS Merosot 1,4 Persen, Presiden Biden Terancam Kehilangan Dukungan

Di sektor keuangan, pemerintah sudah mengantisipasi dengan mengeluarkan kebijakan otoritas jasa keuangan memperpanjang kebijakan restrukturisasi yang berimbas pada usaha besar,kecil maupun mikro.

Bagi Perbankan yang paling berat adalah bagaimana melakukan kajian resiko terhadap berbagai pinjaman yang sudah diberikan beberapa waktu lalu kemudian diperpanjang lagi. Jika diakumulasi memang beresiko bagi sektor keuangan karena berdampak non performing loan.

Secara psikologis, non performing loan dibatasi sampai 5 persen. Sekarang perbankan sudah mendekati 3,7 persen dan bahkan ini akan menggerus laba yang telah ditargetkan bank.

Non performing loan kemudian kebijakan mikro yang diambil perbankan adalah menyediakan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang berimbas terhadap pendapatan dan laba perbankan.

"Jadi di sektor keuangan, saya kira sudah ada antisipasi yang dilakukan pemerintah," ungkapnya.

Kemudian pada level masyarakat diharapkan meningkatkan kapasitas produksi di sektor ketahanan pangan lokal karena jika mengacu pada posisi impor NTT akan terasa sangat berat terhadap perekonomian.

Lanjutnya, ketahanan pangan lokal ini terkait dengan variasi, tidak hanya beras untuk pemenuhan kebutuhan terutama di bidang ekonomi konsumsi. 

Di beberapa Kabupaten sudah menghasilkan produksi dari kebijakan gubernur yakni Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS). Sehingga menurutnya dapat ditingkatkan kapasitas lokalnya.

Baca juga: Atasi Resesi Ekonomi, Digital Asset Academy Hadir di NTT

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved