Opini

Opini : Jalan Beriringan Pembelajaran dan Assesmen

Assesmen nasional yang pertama dilaksanakan pada Tahun pelajaran 2021/2022 atau pada satu Tahun pelajaran yang lalu.

Editor: Alfons Nedabang
TRIBUN MEDAN
Ilustrasi Ujian Nasional. Opini : Jalan Beriringan Pembelajaran dan Assesmen. 

Oleh : Jefrianus Kolimo

( Guru di SMPN 2 Hawu MeharaSabu Raijua )

POS-KUPANG.COM - Hingga tahun ini, pelaksanaan ujian assesmen di sekolah tempat saya bertugas terhitung sudah dua kali dilangsungkan. Assesmen nasional yang pertama dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2021/2022 atau pada satu Tahun pelajaran yang lalu.

Merujuk proses asesmen tahun lalu, hasilnyaakan diperoleh atau didapat sekolah beberapa bulan setelahnya.
Secara nasional, hasil assesmen tahun lalu (2021/2022) memang masih sangat jauh dari yang diharapkan.

Hasil tersebut tidak lagi mengagetkan sebab assesmen terdahulu seperti PISSA yang juga memuat soal dengan konten literasi dan numerasi juga memaparkan hasil yang serupa.

Secara nasional, dari 3 aspek capaian hasil belajar yang diukur yaitu literasi, numerasi dan karakater diperoleh kesimpulan bahwa aspek literasi dan numerasi siswa Indonesia masih sangat rendah.

Pada tingkat nasional, angka capaian belajar kategori literasi dan numerasi untuk jenjang SD adalah 18 persen satuan pendidikan berada pada kategori yang perlu intervensi khusus.

Sedangkan jenjang SMP, SMA dan SMK secara berturut-turut adalah 8, 6 dan 7 persen yang perlu intervensi khusus. Angka-angka tersebut adalah presentase secara nasional.

Baca juga: Opini : Pahlawan Nasional Terkini

Di pelosok daerah, presentasi angka pada masing-masing satuan pendidikan bisa lebih rendah dari angka di atas. Misalnya, di daerah tempat saya bertugas (Kabupaten Sabu Raijua - NTT), kemampuan literasi dan numerasi untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada di bawah kompetensi minimum atau dengan kata lain hanya sedikit siswa yang dapat dikategorikan berada pada kompetensi minimum baik.

Literasi dan numerasi dalam assesmen berkaitan erat dengan kemampuan kognitif peserta didik. Kemampuan kognitif yang dimaksud adalah kemampuan level atas yang merujuk pada teori Taksonomi Bloom berada pada level C4 hingga C6.

Oleh karena itu, seharusnya pengetahuan kognitif paling dasar yaitu level C1 hingga C3 sudah harus tuntas terlebih dahulu.

Dengan demikian maka dalam praktiknya peserta didik dapat mengelolah dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk selanjutnya menjawab soal assemen.

Kembali merujuk hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar di dalam kelas yang dilangsungkan selama ini perlu sedikitperbaikan. Sebab hasil tersebut mengkonfirmasi bahwa pembelajaran yang berorientasi pada literasi dan numerasi masih terabaikan.

Dengan kata lain, pembelajaran yang dilakukan hingga saat ini masih hanya fokus pada penuntasan materi-materi yang sifatnya teoritis dan tidak lebih dari itu. Kesimpulan ini ada benarnya jika merujuk pada hasil asesmen terhadap guru yang juga termuat di laman yang sama.

Dikutip dari laman rapor pendidikan, kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih sporadis atau hanya untuk sekedar untuk menyelesaikan tugas.

Baca juga: Opini : Arisan Jamban, Pendekatan Sosial Budaya Berbasis Kearifan Lokal Ende-Lio

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved