Pilpres 2024
Bukan Prabowo Tapi Airlangga Hartarto yang Paling Dipilih untuk Gantikan Presiden Jokowi
Bukan Prabowo tapi Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto yang paling dipilih publik menjadi calon presiden untuk menggantikan Presiden Jokowi.
POS-KUPANG.COM - Bukan Prabowo Subianto tapi Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto yang paling dipilih publik menjadi calon presiden untuk menggantikan Presiden Jokowi.
Fakta ini dibeberkan Indonesia Network Election Survei atau INES yang baru saja melakukan survel elektabilitas calon presiden pada Pilpres 2024 mendatang.
Saat ini Indonesia memang sedang dilanda fase survei. Fase ini memperlihatkan ramainya lembaga-lembaga melakukan survei untuk melihat elektabilitas para calon presiden.
Lembaga survei itu berlomba-lomba meneliti popularitas dan elektabilitas figur capres - cawapres yang dinilai potensial untuk Pilpres 2024 mendatang.
Baca juga: Airlangga Hartarto Makin Kuat, Tapi Lebih Kuat Kalau Jadikan Ganjar Pasangan Calon Presiden
Survei terbaru juga dilakukan Indonesia Network Election Survei (INES). Dalam survei itu, ditemukan fakta baru, bahwa Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto paling dipilih responden sebagai presiden menggantikan Jokowi.
Hasil survei itu, berbanding terbalik dengan hasil survei yang dipublikasikan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC).

Temuan SMRC, justeru sosok Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang paling unggul baik atas Prabowo Subianto, Anies Baswedan maupun Airlangga Hartarto.
Atas fakta itulah, Founder dan CEO Alvara Research Center, Hasanuddin Ali angkat bicara. Ia menyoroti perbedaan hasil survei para capres-cawapres tersebut.
Hal yang membuat beda hasil survei iotu, adalah pertama, momentum pelaksanaan hasil survei.
"Survei bulan Januari, hasilnya pasti beda dengan bulan Februari, Maret, dan lain-lain," kata Hasanuddin.
Ia membeberkan itu dalam diskusi bertajuk "Analisis Hasil Survei: Mengapa Bisa Beda?", di Upnormal Coffee, Cikini.
Berikutnya, lanjut dia, metode pengambilan sampel juga akan menentukan hasil survei tersebut.
Ketiga, yang mempengaruhi perbedaan hasil survei tersebut, adalah bentuk pertanyaan yang diajukan kepada respondennya.
Baca juga: Airlangga Hartarto Raih Manfaat dari KTT G20, Herry Mandrofa: Ini Jembatan ke Pilpres 2024
Dengan demikian, lanjut Hasanuddin Ali, perbedaan hasil survei tersebut, tak perlu ditanggapi secara berlebihan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Network Election Survei (INES), Nugraheni Kartika Dewi menjelaskan, metodologi yang dilakukan dalam survei tersebut, adalah pendekatan kuantitatif.