Timor Lesta

Xanana Gusmao Tak Pernah Menangis Walau Tangan Diborgol, Hatinya Hancur Tapi Tetap Tersenyum

Xanana Gusmao ternyata memiliki kepribadian yang unik. Meski separuh hidupnya berada di medan perang, hatinya tak sekeras baja.

Editor: Frans Krowin
POS-KUPANG.COM
TETAP TERSENYUM - Xanana Gusmao, tokoh kharismatik Timor Leste tetap tersenyum walau dihadapkan pada suasana sulit. Kisah hidupnya jadi sumber inspirasi bagi masa depan Timor Leste. Salah satu gambar memperlihatkan Xanana Gusmao tetap tersenyum walau dengan tangan terborgol. 

POS-KUPANG.COM - Xanana Gusmao ternyata memiliki kepribadian yang unik. Meski separuh hidupnya berada di medan perang, hatinya tak sekeras baja. Bahkan ia tetap tersenyum ketika diborgol. 

Ia mudah luluh bila hatinya diketuk. Sangat komunikatif jika diajak berbincang-bincang. Bahkan sangat ringan tangan, jikalau dihadapkan dengan warga yang hidupnya berkekurangan.

Inilah keunikan Xanana Gusmao, pejuang kemerdekaan yang juga Presiden Pertama Timor Leste, negara yang baru saja diterima sebagai anggota ke-11 ASEAN.

Menyebut Xanana Gusmao, memang tak bisa dipisahkan dari sejarah perjuangan negara itu. Bahkan Xanana Gusmao telah identik dengan Timor Leste.

Baca juga: Gus Dur Tak Pernah Dilupakan Rakyat Timor Leste, Pernyataannya Bikin Luluh Satu Negara

Pasalnya berkat kerja keras dan perjuangannya di masa lalu, Timor Leste yang dulunya menjadi bagian dari wilayah Indonesia, akhirnya berubah menjadi sebuah negara merdeka.

Meski Xanana Gusmao sangat dekat dengan dunia kekerasan, dan tembak menembak adalah bagian dari kehidupannya di masa lampau, namun tidak berarti Xanana merupakan sosok yang sangar dan amat kejam.

Ia justru sangat baik. Perhatiannya kepada wong cilik demikian besar. Bahkan bekerja total untuk menyejahterakan rakyat, adalah komitmennya.

TAK BISA LUPA - Ramos Horta ungkapkan kalimat haru bahwa sampai kapan pun Timor Leste tak akan menghina Indonesia. Ungkapannya itu ternyata dilandasi sejumlah fakta tentang perjalanan panjang hingga Timor Leste lepas dari Indonesia dan kini jadi negara merdeka.
TAK BISA LUPA - Ramos Horta ungkapkan kalimat haru bahwa sampai kapan pun Timor Leste tak akan menghina Indonesia. Ungkapannya itu ternyata dilandasi sejumlah fakta tentang perjalanan panjang hingga Timor Leste lepas dari Indonesia dan kini jadi negara merdeka. (POS-KUPANG.COM)

Satu hal yang membuatnya beda dengan sosok tersohor lainnya di Timor Leste, adalah Xanana sulit menangis walau dihadapkan pada persoalan mengerikan sekalipun.

Fakta itu terbongkar, saat diwawancarai Najwa Shihab, yang kemudian videonya diunggah lagi pada Kanal YouTube milik Najwa Shihab, belum lama ini.

Kepada Najwa Shihab, Xanana Gusmao mengatakan, bahwa sejak usia muda, ia tak pernah mengenal tangis dan air mata.

Meski dihadapkan pada peristiwa duka sekalipun, ia tak bisa meneteskan air mata. Bahkan di kala sedih, air matanya pun tak bisa membasahi pelupuk mata.

Xanana sendiri mengaku bahwa semua itu terjadi mungkin karena sebagian besar hidupnya selalu berhadapan dengan kekerasan.

Baca juga: Tiga Keistimewaan Ini Antar Timor Leste Masuk Jadi Anggota Ke-11 ASEAN

Kekerasan itu, katanya, tak hanya dialami semasa hidup di hutan belantara bersama teman-teman seperjuangannya, tetapi juga ketika ia berhadapan dengan pemerintah Indonesia dimasa lalu.

Saat itu, kenang Xanana, meski dirinya dikerangkeng dalam sangkar besi, dijebloskan ke penjara karena melakukan pemberontakan melawan Indonesia, tetapi ia tetap tersenyum.

Semua itu diungkapkan Xanana, ketika diwawancarai Najwa Shihab, sebagaimana yang tersiar melalui kanal YouTube Najwa Shihab, belum lama ini.

Dalam wawancara tersebut, Najwa Shihab sempat memperlihatkan selembar foto di masa lalu, ketika Xanana Gusmao diborgol oleh aparat penegak hukum.

Meski diperlakukan demikian, namun Xanana tidak memperlihatkan kesedihan sedikit pun. Ia bahkan tidak menangis walau kala itu nasibnya sangat kelam.

Yang tampak adalah Xanana tersenyum walau dengan tangan terborgol. Dan, kepada Najwa Shihab, dia mengatakan, dirinya tidak bisa menangis. "Saya tidak tahu (kenal) menangis," ujarnya sambil tersenyum.

Ketika ditanya alasan mengapa tidak bisa menangis, Xanana pun mengungkap kisah panjang tentang kehidupannya di masa pepeperangan selama hidup di hutan.

Saat itu, kenangnya, ia demikian menyatu dengan gerak langkah para tentara. Hidupnya di dunia yang keras adalah hal biasa masa itu.

Bahkan setiap saat, katanya, ia seperti berada di ujung tanduk. Nyawanya selalu jadi taruhan.

Baca juga: Ramos Horta Ungkap Fakta Haru: Sampai Kapan pun Timor Leste Tak Akan Hina Indonesia

Belum lagi dalam masa-masa perjuangan, lanjut dia, saban hari ia pasti berjumpa dengan tentara yang terluka karena kena tembak dan harus dirawat hingga sembuh.

Mungkin karena itu, lanjut dia, sehingga kesedihan menjadi hal biasa yang dialami setiap hari. Bahkan kesedihan pun terpaksa dihadapi dengan senyum, karena hanya itu yang bisa dilakukan.

Di medan perang, lanjut Xanana, tak ada kesedihan dan air mata. Yang ada hanyalah semangat yang berkobar-kobar untuk meraih kemenangan.

"Setiap hari, orang pertama yang saya temui, adalah seorang yang kita tangkap, karena dia enggak bisa lari apalagi dia sedang sakit."

"Setiap kali menghadapi situasi ini, maka saya yang jadi dokter supaya dia (sembuh)," tutur Xanana.

Dalam suasana yang demikian, katanya, ia tak memandang tentara yang terluka sebagai musuh. Karena baginya, musuh adalah orang yang menenteng senjata.

Xanana Gusmao memang terkenal humanis. Bahkan terhadap tentara Indonesia yang menginvasi wilayahnya.

Untuk diketahui, pada tahun 1970-an, tepatnya 1974-1975, Timor Timur merupakan daerah yang penuh dengan pergolakan.

Baca juga: Judi Sabung Ayam di Timor Leste: Uang Tunai untuk Pemenang, Yang Kalah untuk Makan Malam

Masa itu, Timor Timur senantiasa berjuang untuk melepaskan diri dari portugis. Mereka ingin menjadi negara merdeka.

Saat itu, Xanana Gusmao memilih bergabung dengan Partai Fretelin (Frente Revolucionario de Timor Leste Independente).

Fretelin, lanjutnya, merupakan satu-satunya partai yang mendukung seluruh rakyatnya untuk memisahkan diri dari Portugis, dan menjadi wilayah merdeka.

Pada November 1975, Fretelin mendeklarasikan Republik Demokrasi Timor Leste. Namun, proklamasi tersebut tak sepenuhnya mendapat dukungan.

Penolakan itu muncul dari partai Uniao Democratica de Timorense (Apodeti) dan Uniao Democratica de Timorense (UDT).

Belakangan, kedua partai itu menjalin komunikasi dengan pemerintah Indonesia dan memproklamirkan Balibo. Dan, Balibo jadi pintu masuk bagi Indonesia intuk menginvasi Timor Leste.

Pada akhir 1975, militer Indonesia menginvasi Timor Leste. Tahun berikutnya, RI mengesahkan wilayah ini menjadi bagiannya, dengan nama Timor Timur.

Baca juga: Ramos Horta Ternyata Masih Bisa Berbahasa Indonesia, Walau Tak Sefasih Xanana Gusmao

Sejak saat itu, Fretilin mengasingkan diri di hutan dan membangun gerakan. Xanana pun turut bergerilya.

Namun sekitar 23 tahun kemudian terhitung 1975, situasi berubah drastis. Saat itu tepatnya tahun 1998, Indonesia dilanda kekacauan hebat.

Unjuk rasa menjadi santapan harian rakyat Indonesia. Aksi-aksi mahasiswa itu terjadi di mana-mana. Semuanya dengan satu tuntutan, lengserkan Soeharto.

JABAT TANGAN - Xanana Gusmao berjabat tangan dengan Paus Fransiskus saat bertemu di Vatikan, Kamis 25 Agustus 2022. Xanana Gusmao ke Vatikan bersama rombongan Timor Leste untuk menghadiri pengukuhan 20 Kardinal baru termasuk Kardinal Timor Leste
JABAT TANGAN - Xanana Gusmao berjabat tangan dengan Paus Fransiskus saat bertemu di Vatikan, Kamis 25 Agustus 2022. Xanana Gusmao ke Vatikan bersama rombongan Timor Leste untuk menghadiri pengukuhan 20 Kardinal baru termasuk Kardinal Timor Leste (FACEBOOK/VATIKAN NEWS)

Dalam suasana yang genting itulah, Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia, dipaksa untuk mengundurkan diri dari jabatannya .

Setelah Soeharto turun, naiklah BJ Habibie sebagai Presiden. Pada saat itulah, tepatnya tahun 1999, Presiden BJ Habibie mengizinkan referendum di Timor Timur.

Ketika jajak pendapat dilaksanakan, mayoritas masyarakat di Timor Timur memilih merdeka, lepaskan diri dari Indonesia.

Dan, dua tiga tahun kemudian, tepatnya tahun 2002,
Timor Timur mendeklarasikan diri sebagai negara merdeka dan berganti nama menjadi Timor Leste.

Sejak itu, Xanana Gusmao dilepas dan selanjutnya dipercayakan oleh seluruh rakyat Timor Leste sebagai presiden pertama negara itu.

Kini, meski Xanana Gusmao semakin sepuh, hati dan pikirannya masih dibutuhkan untuk membangun negara itu ke depan.

Pada saat inilah Xanana boleh tersenyum gembira, karena apa yang diperjuangkan di masa lalu, telah membuahkan hasil.

Kendati sampai saat ini rakyatnya masih dibelenggu oleh kemiskinan, namun negara itu semakin maju walau didera dengan berbagai kekurangan.

Baca juga: Timor Leste Masuk Jadi Anggota ASEAN Pasca Diancam Presiden Ramos Horta Gabung ke China

Dalam kondisi inilah, di bawah Presiden Ramos Horta, Timor Leste terus menata diri, di antaranya diterima sebagai anggota ke-11 ASEAN.

Tentu saja, untuk bergabung dengan ASEAN, bukan hal yang mudah. Karena harus diperjuangkan sekitar 20 tahun lamanya.

Sejak merdeka tahun 2002, Timor Leste terus mendesak menjadi anggota ASEAN. Usahanya berhasil setelah dilangsungkan KTT ASEAN di Phnom Phen, Kamboja pada 11-13 November 2022.

Setidaknya saat ini, satu persatu lembaran baru mulai dibuka oleh Timor Leste. Pada kondisi inilah, Xanana Gusmao dan para petinggi negara itu boleh bisa tersenyum untuk terus bangkit menatap masa depan. (frans krowin)

Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved