Timor Lesta
Xanana Gusmao Tak Pernah Menangis Walau Tangan Diborgol, Hatinya Hancur Tapi Tetap Tersenyum
Xanana Gusmao ternyata memiliki kepribadian yang unik. Meski separuh hidupnya berada di medan perang, hatinya tak sekeras baja.
Saat itu, Xanana Gusmao memilih bergabung dengan Partai Fretelin (Frente Revolucionario de Timor Leste Independente).
Fretelin, lanjutnya, merupakan satu-satunya partai yang mendukung seluruh rakyatnya untuk memisahkan diri dari Portugis, dan menjadi wilayah merdeka.
Pada November 1975, Fretelin mendeklarasikan Republik Demokrasi Timor Leste. Namun, proklamasi tersebut tak sepenuhnya mendapat dukungan.
Penolakan itu muncul dari partai Uniao Democratica de Timorense (Apodeti) dan Uniao Democratica de Timorense (UDT).
Belakangan, kedua partai itu menjalin komunikasi dengan pemerintah Indonesia dan memproklamirkan Balibo. Dan, Balibo jadi pintu masuk bagi Indonesia intuk menginvasi Timor Leste.
Pada akhir 1975, militer Indonesia menginvasi Timor Leste. Tahun berikutnya, RI mengesahkan wilayah ini menjadi bagiannya, dengan nama Timor Timur.
Baca juga: Ramos Horta Ternyata Masih Bisa Berbahasa Indonesia, Walau Tak Sefasih Xanana Gusmao
Sejak saat itu, Fretilin mengasingkan diri di hutan dan membangun gerakan. Xanana pun turut bergerilya.
Namun sekitar 23 tahun kemudian terhitung 1975, situasi berubah drastis. Saat itu tepatnya tahun 1998, Indonesia dilanda kekacauan hebat.
Unjuk rasa menjadi santapan harian rakyat Indonesia. Aksi-aksi mahasiswa itu terjadi di mana-mana. Semuanya dengan satu tuntutan, lengserkan Soeharto.

Dalam suasana yang genting itulah, Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia, dipaksa untuk mengundurkan diri dari jabatannya .
Setelah Soeharto turun, naiklah BJ Habibie sebagai Presiden. Pada saat itulah, tepatnya tahun 1999, Presiden BJ Habibie mengizinkan referendum di Timor Timur.
Ketika jajak pendapat dilaksanakan, mayoritas masyarakat di Timor Timur memilih merdeka, lepaskan diri dari Indonesia.
Dan, dua tiga tahun kemudian, tepatnya tahun 2002,
Timor Timur mendeklarasikan diri sebagai negara merdeka dan berganti nama menjadi Timor Leste.
Sejak itu, Xanana Gusmao dilepas dan selanjutnya dipercayakan oleh seluruh rakyat Timor Leste sebagai presiden pertama negara itu.
Kini, meski Xanana Gusmao semakin sepuh, hati dan pikirannya masih dibutuhkan untuk membangun negara itu ke depan.