KKB Papua
KKB Papua - Pemakaman Jenazah Filep Karma, Tokoh Papua Merdeka : Revolusi Belum Selesai
Jenazah Filep Karma telah dimakamkan di Jayapura, Papua, Rabu 2 November 2022. Tokoh pejuang kemerdekaan Papua ini dihantar ribuan warga.
Penulis: Alfons Nedabang | Editor: Alfons Nedabang
Lelaki pemilik namal lengkap Filep Jacob Semuel Karma itu mengenakan pakaian selam yang robek tak beraturan dengan tubuh penuh luka.
Sepak terjangnya menimbulkan kemarahan publik. Pasalnya, pada 1 Desember 2004, ia turut mengibarkan Bendera Bintang Kejora di Papua.
Atas tindakannya tersebut, Filep Karma pun dituduh melakukan tindakan makar sehingga dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.
Versi KKB Papua
Sementara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka ( TPNPB-OPM ) Sorong Samarai menduga Filep Karma tewas dibunuh intelijen TNI.
Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua tersebut mencurigai tokoh pejuang kemerdekaan Papua itu dihabisi oleh empat orang intelijen saat sedang menyelam di laut.
Mayat Filep Karma terdampar dan ditemukan di lokasi Managkawi Pantai Base-G sebelah kiri Steven Makanuai Jayapura, Kamis 1 November 2022.
Melansir thetpn-pbnews.com, TPNPB-OPM Sorong Samarai mendesak Pemerintah Indonesia, Pemerintah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat serta LBH segera mengkralifikasi pembunuhan sadis terhadap Filep Karma.
“Filep berdiri untuk keadilan, demokrasi, untuk perdamaian dan perlawanan tanpa kekerasan. Meskipun demikian, dia dipenjara selama 11 tahun karena mengibarkan bendera Bintang Kejora, kita bisa melihat bagaimana Indonesia memperlakukan pembawa damai," demikian pernyataan TPNPB-OPM Sorong Samarai.
"Bahkan sekarang, mereka tidak bisa membiarkan kita berduka dengan tenang. Saat ribuan orang Papua turun ke jalan untuk menghormati Filep Karma sebagai seorang ayah, tentara dan polisi Indonesia menghalangi jalan mereka dengan persenjataan berat. Saat para pendukung mengucapkan perpisahan terakhir mereka sambil membawa peti mati Filep ke rumahnya, polisi merampas bendera Bintang Kejora mereka."
Menurut TPNPB-OPM, tanggapan ini menunjukkan rasisme endemik di jantung pendudukan Indonesia.
Filep Karma menghabiskan hidupnya untuk berjuang. Mereka melihat kita ‘monyet’ – sebagai ‘setengah binatang’ , seperti yang dijelaskan dalam bukunya. Pertanyaan besarnya adalah: bagaimana Filep mati? Kami tahu dia tenggelam dengan berempat intelejen negara Indonesia TNI.
Kami tahu bahwa ada empat orang intelijen TNI bersamanya ketika dia meninggal, tetapi kami tidak tahu apakah ada di antara mereka yang memberikan kesaksian.
"Kita juga tahu bahwa militer Indonesia membunuh secara sistematis melenyapkan orang West Papua yang berjuang melawan. Kadang-kadang mereka akan membunuh kita di depan umum, seperti Theys Eluay dan Arnold Ap, yang dibunuh dan mayatnya dibuang di pantai tempat Filep meninggal sekarang," demikian TPNPB-OPM Sorong Samarai. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS