Berita Manggarai Barat
AEKI Segera Dibentuk di NTT, Hadir untuk Dukung Petani Kopi
Anggota Badan Pengurus Daerah (BPD) AEKI NTT pun akan dilantik pada Jumat, 4 November 2022, di Labuan Bajo
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Berto Kalu
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia atau AEKI akan segera dibentuk di Provinsi, NTT. Kehadiran organisasi itu menjadi angin segar bagi para petani kopi di NTT.
Anggota Badan Pengurus Daerah (BPD) AEKI NTT pun akan dilantik pada Jumat, 4 November 2022, di Labuan Bajo.
Ketua panitia pelantikan pengurus BPD AEKI NTT, Alvredo Sebastianus Soi Puli , menjelaskan, pelantikan BPD AEKI NTT sendiri akan dihadiri oleh Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi serta sejumlah eksportir yang tersebar di Indonesia.
Selain itu, pihaknya turut menghadirkan pihak-pihak terkait yang akan berhubungan dengan kegiatan ekspor kopi NTT nantinya.
"Pak Wagub NTT sendiri sangat mendukung dengan kehadiran AEKI. Beliau akan hadir saat pelantikan pengurus AEKI NTT. Kita juga mengundang Dinas Kehutanan NTT dan Manggarai Barat. Ada juga beberapa senior kita yang telah bergerak di industri kopi. Dari pusat ada Bapak Abdul Latif pembina kami. Ketum kami eksportir besar di Indonesia, pihak perbankan, perbankan, bea cukai juga kita hadirkan," ungkap Alvredo di Labuan Bajo, Kamis 3 November 2022.
Baca juga: Jelang Porprov NTT, Imigrasi Labuan Bajo Fasilitasi Pelatihan PMTSI Manggarai Barat
Ia mengatakan, momentum pelantikan pengurus AEKI bisa memberikan semangat baru untuk perkembangan Kopi di NTT. Selain pelantikan pengurus AEKI, panitia juga menggelar kompetisi barista dan coaching kllinik.
"Barista yang yang menampilkan hasil terbaik akan mendapatkan hadiah," katanya
Calon Ketua tunggal AEKI NTT, Handrianus Yovin Karwayu menyampaikan pembentukan AEKI NTT sendiri dilakukan guna mendukung para petani kopi di NTT agar lebih optimal dalam memproduksi kopi yang berkualitas dan bernilai jual tinggi.
Berdasarkan Data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, NTT masuk dalam 10 besar provinsi penghasil kopi di Indonesia.
Handrianus menyampaikan rata-rata produksi Kopi NTT mencapai 24 ribu ton per tahun. Namun, kondisi ini dirasakan belum memberikan dampak positif bagi petani Kopi di NTT.
Baca juga: Imigrasi Labuan Bajo Deportasi Warga Negara Filipina
"Sebagai penggerak usaha Kopi, saya melihat 70 persen kopi kita belum diolah secara maksimal sehinggah masih dijual secara komersial dengan harga yang jauh dibawah," ujarnya.
Handrianus menjelaskan, harga biji kopi yang dijual murah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya kualitas biji kopi yang tidak sesuai dengan standar ekspor yang berlaku.
Untuk itu, kehadiran AEKI NTT yang merupakan Asosiasi pengusaha Kopi diharapkan mampu memberikan pendampingan, pelatihan serta mengakomodir hasil kopi petani di NTT sehinggah mampu turut berdampak pada kesejahteraan para petani kopi di NTT.
"Untuk sekarang karena industri kopi di Indonesia mulai meningkat sehinggah AEKI bertransformasi bukan hanya eksportir tapi industrinya, industri itu artinya mulai dari petani hinggah ke konsumen yang menjadi hilirnya. Ekosistemnya itu ekosistem kopi, Kalau dulu AEKI sebatas trading, export dan import. Kalau sekarang AEKI itu masuk juga dalam industri, yang termasuk Industri kopi adalah mulai dari kebun, petani, prosesnya, pasca panen, roasting, retail, hinggah ke konsumen," ujarnya.