Berita NTT
Kepala BEI NTT: Resesi Tidak Perlu Ditakuti Tapi Perlu Diwaspadai
perusahaan tercatat yang ada di bursa itu mereka masih berdiri dengan baik, masih laba, masih pertumbuhannya sangat baik
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
Di dalam kondisi ini kita harus waspada dengan mengelola keuangan kita bijak mengelola investasi kita juga bijak, supaya nanti kalaupun terjadi ketidakpastian yang adalah kondisi resesi itu, kita siap. Ibaratnya itu kalau kita jatuh, kata ibu Sri Mulyani, jatuh ada bantalnya jadi kita nyiapin bantalan ini nih.
A : Kaitannya resesi dan investasi ini apa?
A : Ini kaitannya erat sama supply and demand karena biasanya namanya hukum ekonomi ya ada permintaan ada penawaran, ini dari segi konsumsi, investasi, sama aja. Pada akhirnya di supply and demand.
Di sisi investasi biasanya masyarakat itu mau tahu oh ada kondisi yang akan resesi nih, itu mereka akan menarik dana - dana mereka, tidak melakukan investasi demi memperbanyak cash mereka. Ada istilah cash is king apalagi investasi yang dibilang itu high risk itu mereka cabut dan mereka beralih kepada produk yang lebih low risk atau mereka cabut ke cash jadi tidak lagi pada produk - produk investasi.
Nah kaitannya dengan itu pasti kadinya produk - produk kita atau orang yang mau berinvestasi jadi berkurang, misalnya seperti itu. Jadi bisa terjadi.
Kenapa hari ini kita sharing hal itu, karena sebenarnya kita itu sudah melewati banyak banget krisis. 1998, 2013, Covid kemarin dan lain - lain terus 2008 juga kalau nggak salah, itu banyak sekali kondisi krisis yang kita alami tapi kalau dilihat situasi harga saham yang tercermin lewat index harga saham gabungan itu selalu naik dan tidak anjlok jadi walaupun ada turunnya tapi tetap naik lagi, kenapa? Karena ternyata masyarakat itu cukup cerdas.
Mereka di saat krisis ada yang buru - buru jual, mereka yang punya bantalan kuat artinya punya cash banyak ini akan beli sebanyak - banyaknya disaat harga anjlok makanya kemarin waktu pas, Index harga saham itu kan bukan hanya di Indonesia di bursa - bursa luar juga ada, waktu tercermin di harga bursa - bursa luar jelek, anjlok, bursa luar itu udah parah banget, kita nggak apa - apa. IHS kita itu 7.000 kemarin aja hari Senin baru turun 6.900.
A : Tapi sempat panik tidak sebelum itu bahwa di luar sudah anjlok?
A : Paniknya bentar sih menurut saya, itu koreksi negatif sebentar aja jadi nggak lama. Ternyata investor kita itu udah paham kalau ada situasi seperti itu ya di luar aja yang kacau karena sebenarnya yang dibeli adalah perusahaan tercatat yang ada di bursa itu mereka masih berdiri dengan baik, masih laba, masih pertumbuhannya sangat baik ada eksplor atau mungkin ada pengembangan produk baru, prospeknya masih sangat baik.
A : Semuanya masih terkendali?
A : Masih terkendali jadi untuk membeli sahamnya itu investor atau masyarakat kita nggak ragu. Itu sih yang mau kita sharing dan mungkin kembali lagi walaupun kondisi itu bisa terkendali kita sendiri pun harus tetap punya kendali atas apapun yang ada di tubuh kita ini termasuk dengan dana yang kita punya jadi kalau misalnya ada "peluru"nya banyak jangan dikeluarkan di satu waktu.
A : Kalau misalnya resesi benar terjadi, teman - teman yang menanam saham sekian lama terus anjlok tiba - tiba, dia masih bisa tidak mendapatkan keuntungan dari itu?
A : Kalau dia pada saat harga saham anjlok memutuskan untuk ya udah saya menyerah saya jual, selesailah. Tapi kalau ternyata di saat posisi itu dia belum jual berarti yang ada hanyalah potensi kerugian atau potensi keuntungan di masa depan.
A : Potensi keuntungan di masa depan itu berarti tidak dirasakan sekarang ya?
A : Betul. Kalau misalnya dia merasa oh saya rugi saya harus jual ya udah dia berarti rugi dong. Saya jual nih potensi kerugian atau potensi keuntungan kalau harganya nanti naik lagi.(uzu)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS