Berita NTT
Kepala BEI NTT: Resesi Tidak Perlu Ditakuti Tapi Perlu Diwaspadai
perusahaan tercatat yang ada di bursa itu mereka masih berdiri dengan baik, masih laba, masih pertumbuhannya sangat baik
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Nusa Tenggara Timur atau BEI NTT, Adevi Sabath Sofani mengungkapkan, resesi tidak perlu ditakuti melainkan perlu diwaspadai.
Hal ini disampaikan dalam Podcast Pos Kupang, Rabu, 12/10/2022 yang dipandu oleh host jurnalis Pos Kupang, Ani Toda.
BEI NTT sendiri sudah hadir sejak 27 November 2019 di Kota Kupang dan Adevi mengaku senang karena disambut baik oleh seluruh stakeholder yang ada di NTT begitu pula dengan jumlah kenaikan investor di pasar modal Indonesia dengan tiga produk utama di pasar modal yakni saham, reksadana, obligasi.
Selain itu, pihaknya juga senang karena semakin banyak masyarakat yang memahami, memiliki dan terus memantau.
Seperti apa hubungan resesi dan investasi, berikut cuplikan wawancara eksklusif Pos Kupang bersama Kepala Kantor Perwakilan BEI NTT.
A : Kantor Bursa Efek perwakilan Nusa Tenggara Timur di sini di daerah mana?
A : Kita ada di (Jalan) W.J. Lalamentik blok 1 nomor 1, do sebelahnya Bank Bukopin terus Transmart dikit di situ ada ruko, logonya besar IDX gitu ya.
IDX itu Indonesia Stock Exchange jadi kalau Bursa itu kan setiap negara punya namanya in English ya jadi kalau di Indonesia, Bursa Efek Indonesia, di seluruh dunia kita dikenal Indonesia Stock Exchange atau misalnya Jakarta Composite Index juga dulu sering banget kita dipanggil kayak gitu karena dulu Bursa Efek Indonesia itu terbagi jadi ada Bursa Efek Jakarta ada Bursa Efek Surabaya tapi sekarang jadi satu.
A : Sebenarnya situasi resesi itu seperti apa?
A : Resesi sebenarnya adalah hasil, jadi bukan resesi terus ekonomi kita jadi kacau, nggak. Jadi resesi itu refleksi dari dua kali, dua kuartal berturut - turut pertumbuhan ekonomi sebuah negara itu negatif. Jadi negatif - negatif baru dikatakan resesi gitu ya.
Nah yang sudah mengalami saat ini itu Amerika, beberapa negara di Eropa juga.
Nah kita, dalam hal ini Indonesia itu sebenarnya belum resesi karena kemarin Dua kuartal itu kita pertumbuhan ekonominya 5 persen ke atas kan oke, suku bunga kita juga masih terjaga cukup baik, inflasi kita juga masih terjaga, nah ini applause juga buat kinerja seluruh pemerintah di pusat, daerah dan sebagainya yang bekerja keras demi masyarakat kita. Tapi gini, resesi itu tidak perlu ditakuti tapi perlu diwaspadai.
Ini kan masih positif - positif, kita belum resesi nih tapi kan prediksinya 2023 ya ditahun depan sepertinya kita akan mengalami situasi tersebut.
Refleksinya berarti dimulai dari kuartal ini sampai awal tahun tapi kita masih terus berdoa dan berusaha. Pemerintah nggak bisa kerja sendirian, masyarakat juga nggak bisa berjuang sendirian.
Di dalam kondisi ini kita harus waspada dengan mengelola keuangan kita bijak mengelola investasi kita juga bijak, supaya nanti kalaupun terjadi ketidakpastian yang adalah kondisi resesi itu, kita siap. Ibaratnya itu kalau kita jatuh, kata ibu Sri Mulyani, jatuh ada bantalnya jadi kita nyiapin bantalan ini nih.
A : Kaitannya resesi dan investasi ini apa?
A : Ini kaitannya erat sama supply and demand karena biasanya namanya hukum ekonomi ya ada permintaan ada penawaran, ini dari segi konsumsi, investasi, sama aja. Pada akhirnya di supply and demand.
Di sisi investasi biasanya masyarakat itu mau tahu oh ada kondisi yang akan resesi nih, itu mereka akan menarik dana - dana mereka, tidak melakukan investasi demi memperbanyak cash mereka. Ada istilah cash is king apalagi investasi yang dibilang itu high risk itu mereka cabut dan mereka beralih kepada produk yang lebih low risk atau mereka cabut ke cash jadi tidak lagi pada produk - produk investasi.
Nah kaitannya dengan itu pasti kadinya produk - produk kita atau orang yang mau berinvestasi jadi berkurang, misalnya seperti itu. Jadi bisa terjadi.
Kenapa hari ini kita sharing hal itu, karena sebenarnya kita itu sudah melewati banyak banget krisis. 1998, 2013, Covid kemarin dan lain - lain terus 2008 juga kalau nggak salah, itu banyak sekali kondisi krisis yang kita alami tapi kalau dilihat situasi harga saham yang tercermin lewat index harga saham gabungan itu selalu naik dan tidak anjlok jadi walaupun ada turunnya tapi tetap naik lagi, kenapa? Karena ternyata masyarakat itu cukup cerdas.
Mereka di saat krisis ada yang buru - buru jual, mereka yang punya bantalan kuat artinya punya cash banyak ini akan beli sebanyak - banyaknya disaat harga anjlok makanya kemarin waktu pas, Index harga saham itu kan bukan hanya di Indonesia di bursa - bursa luar juga ada, waktu tercermin di harga bursa - bursa luar jelek, anjlok, bursa luar itu udah parah banget, kita nggak apa - apa. IHS kita itu 7.000 kemarin aja hari Senin baru turun 6.900.
A : Tapi sempat panik tidak sebelum itu bahwa di luar sudah anjlok?
A : Paniknya bentar sih menurut saya, itu koreksi negatif sebentar aja jadi nggak lama. Ternyata investor kita itu udah paham kalau ada situasi seperti itu ya di luar aja yang kacau karena sebenarnya yang dibeli adalah perusahaan tercatat yang ada di bursa itu mereka masih berdiri dengan baik, masih laba, masih pertumbuhannya sangat baik ada eksplor atau mungkin ada pengembangan produk baru, prospeknya masih sangat baik.
A : Semuanya masih terkendali?
A : Masih terkendali jadi untuk membeli sahamnya itu investor atau masyarakat kita nggak ragu. Itu sih yang mau kita sharing dan mungkin kembali lagi walaupun kondisi itu bisa terkendali kita sendiri pun harus tetap punya kendali atas apapun yang ada di tubuh kita ini termasuk dengan dana yang kita punya jadi kalau misalnya ada "peluru"nya banyak jangan dikeluarkan di satu waktu.
A : Kalau misalnya resesi benar terjadi, teman - teman yang menanam saham sekian lama terus anjlok tiba - tiba, dia masih bisa tidak mendapatkan keuntungan dari itu?
A : Kalau dia pada saat harga saham anjlok memutuskan untuk ya udah saya menyerah saya jual, selesailah. Tapi kalau ternyata di saat posisi itu dia belum jual berarti yang ada hanyalah potensi kerugian atau potensi keuntungan di masa depan.
A : Potensi keuntungan di masa depan itu berarti tidak dirasakan sekarang ya?
A : Betul. Kalau misalnya dia merasa oh saya rugi saya harus jual ya udah dia berarti rugi dong. Saya jual nih potensi kerugian atau potensi keuntungan kalau harganya nanti naik lagi.(uzu)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS