Berita NTT

UNICEF dan ChildFund Indonesia Gelar Pelatihan SIPBM Bantu Pementasan Anak Tidak Sekolah di NTT

Yayasan ChildFund Internasional di Indonesia menggelar kegiatan pelatihan Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Masyarakat (SIPBM).

Penulis: Ray Rebon | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/ISTIMEWA
Suasana kegiatan pelatihan SIPBM oleh ChildFund dan UNICEF di hotel Neo Aston Kupang, Selasa 27 September 2022. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Yayasan ChildFund Internasional di Indonesia menggelar kegiatan pelatihan Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Masyarakat (SIPBM). Pelatihan ini membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan Anak Tidak Sekolah.

Pelatihan SIPBM oleh ChildFund ini didukung UNICEF kepada Pemprov NTT dalam mengatasi permasalahan ATS di daerah-daerah di NTT.

Kegiatan tersebut berlangsung di hotel Neo Aston Kupang, Selasa 27 September 2022. Diikuti oleh 48 peserta.

Baca juga: Yayasan Sanggar Suara Perempuan Bersama Unicef Hadirkan Program Bantu Pemerintah Tangani Stunting

Kepada POS-KUPANG.COM, Robertus Djone, Education Officer UNICEF Kupang mengatakan Pelatihan Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Masyarakat (SIPBM) dukungan UNICEF kepada Pemprov NTT dalam mengatasi permasalahan ATS (Anak Tidak Sekolah). 

Sebagai pilot, kata dia program ini dilaksanakan di 8 desa di 2 kabupaten yakni Kabupaten Kupang dan TTS.

Menurutnya pelatihan ini bertujuan untuk melatih aparat pemerintah desa dan enumerator untuk melakukan pengumpulan data melalui aplikasi SIPBM.

Baca juga: IBI NTT Gandeng Unicef dan Dinkesdukcapil NTT Gelar Penyegaran MTBS Bagi Fasilitator

Selain itu dilatih juga untuk mengolah dan memanfaatkan data SIPBM untuk melakukan perencanaan pembangunan, untuk mengatasi Anak Tidak Sekolah (ATS).

Dengan SIPBM, menurutnya dapat membantu pemerintah daerah dalam perencanaan mikro, karena melalui sistem ini, anak-anak yang tidak sekolah akan teridentifikasi secara faktual, berdasarkan nama dan alamat atau by name by address.

Sementara itu, Ivan Tagor dari ChildFund Indonesia menambahkan pelatihan Sistem Informasi Pembangunan Berbasis Masyarakat (SIPBM) membantu pemerintah daerah dalam perencanaan mikro, karena melalui sistem ini, anak-anak yang tidak sekolah akan teridentifikasi secara faktual, berdasarkan nama dan alamat atau by name by address.

Baca juga: Unicef & Pemerintah Jepang Bantu Pendidikan Anak Usia Dini di Kota Kupang

Sebelum dilaksanakan pelatihan SIPBM, kata dia diawali dengan sosialisasi ditingkat pemerintahan provinsi dengan melibatkan dua kabupaten pilot yakni Kab Kupang dan TTS.

"Usai sosiisasi ini baru kami lanjutkan dengan pelatihan master trainer dan dilanjutkan dengan pelatihan SIPBM," kata dia

Sebanyak 48 peserta dilatih dalam pelatihan SIPBM ini.

Kata dia, ke 48 peserta ini setelah mengikuti pelatihan SIPBM ini akan turun ke 8 desa di dua kabupaten tersebut untuk menggunakan sistim android dalam melakukan pendataan anak tidak sekolah.

Pelatihan ini dilaksanakan selama dua hari untuk 48 peserta dari kabupaten kupang yang akan tersebar di 4 desa, dan pelatihan akan dilanjutkan di TTS dengan tujuan dan jumlah peserta yang sama.

"Kami harapkan selesai pelatihan ini, semua peserta dapat lakukan pendataan secara detail bagi anak tidak sekolah di desa yang sudah ditentukan," ungkapnya

Kata dia, apabila data yang telah diinput, akan mempermudah proses pemantasan anak tidak sekolah.

Menurut dia, program pementasan anak tidak sekolah ini akan berjalan lancar apabila didukung penuh oleh pihak pemerintah, sektor swasta maupun pihak lainnya.

Pementasan anak tidak sekolah, dapat memungkinkan bagi anak-anak tersebut untuk kembali bersekolah maupun penyediaan pembelajaran alternatif seperti kegiatan PKBM maupun kegiatan lainnya.

Ia menyampaikan angka anak di Indonesia cukup tinggi, dimana Provinsi NTT sebagai salah satu daerah yang berkontribusi Anak Tidak Sekolah (ATS). Hal ini berdasarkan Survei Nasional (Susenas) ditahun 2020.

Ia menjabarkan Anak Tidak Sekolah (ATS) di NTT berdasarkan klasifikasinya yakni, 1,2 anak usia Sekolah Dasar, 8,2 persen anak ditingkat Sekolah Menengah Pertama dan 23 persen anak usia Sekolah Menengah Atas.

Menurut dia situasi pandemi Covid-19 sebagai salah satu masalah, dimana menambah faktor resiko untuk anak tidak sekolah. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved