Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 18 September 2022, Kebijaksanaan Mamon
Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Steph Tupeng Witin SVD dengan judul Kebijaksanaan Mamon.
Segala yang hidup di dunia ini dimulai dari hal yang kecil, tetapi banyak orang ingin cepat mendapatkan hal yang besar.
Sejak kecil, orangtua mengajarkan kita agar bercita-cita setinggi langit. Akibatnya, tertanam suatu ambisi untuk mencapainya.
Kita tidak akan mendapatkan hasil besar bila tidak menghargai hasil yang kecil. Justru hal-hal yang kecil, sederhana dan sepele itu akan menjadi ruang pengujian yang memurnikan iman kita di hadapan Tuhan.
Resepsionis itu tidak berpusat pada egoismenya. Ia memberi biliknya sendiri, sesuatu yang sangat berharga, kepada orang lain yang lebih membutuhkan.
Ia tidak melekatkan diri pada apa yang ia miliki. Sebaliknya, ia lepas bebas dan malah menjadikan miliknya, sebuah kamar sederhana itu sebagai jalan pengabdian dan pelayanan “sempurna” kepada sesama.
Yesus katakan dalam Injil hari ini bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada Allah dan mamon.
“Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Luk 16:13).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 16 September 2022, Perempuan-perempuan Hebat di Sekitar Yesus
Kegilaan pada harta merupakan literasi peradaban sejak zaman purba dan akan berlangsung hingga akhir dunia. Kisah Raja Midaz yang rakus mengemaskan semua harta benda bahkan putri cantiknya menginsafkan kita akan bahaya kemudaratan harta duniawi. Pesona harta dan nikmat duniawi terkadang memudarkan pesona kehadiran Tuhan.
Mamon berasal dari kata bahasa Aram, Mamona, yang dalam bahasa Yunani pada Injil Matius tidak diterjemahkan, melainkan dipakai dalam bentuk aslinya, dan hal ini diikuti pula dalam penerjemahan Injil Matius ke dalam bahasa Inggris modern, maupun ke dalam bahasa Indonesia.
Kata “mamon” mempunyai arti yang merendahkan: mencari keuntungan secara tidak benar, keserakahan, yang menguasai seseorang ganti pelayanan kepada Allah. Tetapi Tuhan Yesus Kristus memakainya dengan gaya bahasa personifikasi, untuk menunjuk kepada satu oknum sebagai lawan Allah (Mat.6:19-24).
Mamon (Mamona) berarti: harta atau kekayaan. Sedangkan harta atau kekayaan adalah segala ternak, barang (baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak), tanah dan bangunan di atasnya, serta semua perhiasan berharga yang dimilikinya; sehingga untuk menilai harta kekayaan seseorang banyaknya hanya dapat dihitung (dikonversikan) dengan nilai besaran uang.
Tuhan setia mengingatkan kita agar bersahabat dengan harta (mamon) sebagai jalan untuk lebih setia mengabdi Tuhan dalam diri sesama. Kita mesti menjadi orang bijak yang tidak menjadi budak harta atau mamon.
Tuhan beri contoh bendahara yang mengelola harta kekayaan tuannya ketahuan berbuat curang dan karenanya terancam dipecat. Dalam situasi yang terdesak itu, ia mengambil hati orang yang berhutang kepada tuannya dengan menghapus bagian utang yang menjadi jatahnya, tanpa merugikan tuannya.
Demikian ia mendapat sahabat-sahabat yang akan menerimanya bila dipecat tuannya. Hamba itu dipuji bukan karena ketidakjujurannya, tapi kecerdikan dan kepandaiannya mencari solusi dalam krisis.
Ia dipuji karena tidak putus asa. Setelah solusi ditemukan, ia segera menjalankannya.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 15 September 2022, Suatu Pedang Akan Menembus Jiwamu Sendiri