Lipsus
OJK Tindak 6 Investasi Ilegal
Sejak tahun 2015 Otoritas Jasa Keuangan atau OJK Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) telah menindak 6 perusahaan investasi ilegal
Karenanya, diperlukan dukungan seluruh stakeholder guna mendorong penggunaan Qris di tengah masyarakat sehingga dapat memenuhi target 344.000 user Qris di Provinsi NTT.
"Caranya, mari kira gunakan mobile banking untuk pembayaran dengan Qris. Selain itu, mendorong masyarakat untuk menggunakan aplikasi yang premium memang ini sedikit berat. Kami berharap pemerintah daerah, kota dan kabupaten termasuk pihak perbankan dan stakeholder di pasar untuk terus mendorong penggunaan Qris kepada masyarakat dimana saja dan kapan saja," sarannya.
Terkait transaksi tunai, Wayan menjelaskan, pada Juli 2022 disebut transaksi tunai di Provinsi NTT mengalami posisi net outflow senilai Rp 144,2 miliar yang dipengaruhi pencairan gaji ke-13 bagi ASN. "Mudah-mudahan semakin berbahagia dengan gaji ke-13," kata Nyoman.
Untuk transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) pada bulan Juni tumbuh sebesar 16.78 persen (yoy). Sedangkan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) terkontraksi sebesar 8,05 persen (yoy).
Hal ini juga dipengaruhi BI Fast mempengaruhi transaksi masyarakat karena menurutnya lebih mudah dan murah.
Nyoman menjelaskan, BI-FAST merupakan infrastruktur sistem pembayaran ritel nasional yang dapat memfasilitasi pembayaran ritel secara real-time, aman dan efisien.
BI Fast hanya mengenakan biaya transfer lebih murah yakni Rp 2.500 per transaksi dibandingkan biaya transfer yang dikenakan perbankan sebesar Rp 6.500 per transaksi.
Diharapkan kedepan, NTT dapat memungut pajak, retribusi parkir dan retribusi lainnya secara digital. Ia menyebut, daerah-daerah di Jawa, Bali, Sumatera yang telah menggunakan digitalisasi untuk menambah pendapatan daerah dapat memberikan pengaruh sangat signifikan.
"Ya terutama dari pendapatan pajak dan retribusi," ungkapnya lagi.
Pengumpulan pajak secara digital ini dapat meningkatkan pendapatan daerah dan membantu mempermudah masyarakat. "Bisa tiga kali lipat dari PAD-nya dan harapannya kita bisa mempercepat digitalisasi dari sisi pendapatan," tambah Nyoman.
* Tumbuh 3.01 Persen
Lebih jauh Nyoman menjelaskan, pertumbuhan Ekonomi di NTT tumbuh sebesar 3.01 persen (yoy) pada periode triwulan II, hal ini didasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional.
Hal ini naik jika dibandingkan dengan triwulan I sebesar 1,86 persen (yoy), sementara jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional, ekonomi NTT masih lebih rendah dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5.44 persen (yoy).
Jika dilihat dari angka Quarter to Quarter (QtQ) pertumbuhan ekonomi NTT sebesar 6,22 persen naik dibandingkan sebelumnya karena terjadi kontraksi.
"Sementara struktur ekonomi NTT berdasarkan lapangan usaha yang paling besar pertanian dengan 30 persen, administrasi pemerintah 13 persen, dan perdagangan 12 persen," kata dia.
"Pertanian ada dua sub sektor, yakni peternakan dan perikanan, kalau kita mau mendorong ekonomi kita tumbuh menjadi lebih baik, kita harus mendorong kedua ini," tambahnya.
Pihaknya memperkirakan tahun 2022 ini sektor pertanian akan terus meningkat dengan banyaknya infrastruktur pertanian yang dibangun pemerintah pusat maupun daerah.