Polemik AGT
Kepala BEI Perwakilan NTT: Investasi Bodong, Bukan Untung Malah Buntung
Transfer dana tidak jelas, bahkan tidak bisa monitor dengan baik. Hanya selang beberapa bulan, investasi itu akan pergi, musnah
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM,Asti Dhema
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Investasi Ilegal atau kerap dikenal masyarakat luas dengan sebutan investasi bodong menawarkan keuntungan yang besar dalam waktu yang singkat selalu berujung menyakitkan.
"Banyak sekali masyarakat NTT yang terbuai dengan keuntungan-keuntungan semata namun rasa keingintahuannya tidak dicapai dan hanya terfokus pada keuntungan yang sangat sementara dan jangka pendek yang bisa langsung ditafsirkan masyarakat mengenai keuntungan dalam waktu satu hari atau satu bulan dan hal ini menjadi peringatan bagi masyarakat NTT," ungkap Kepala Bursa Efek Indonesia atau BEI Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Adevi Sabath Sofani.
Dirinya mengutip jargon andalan Otoritas Jasa Keuangan atau OJK, jika ingin berinvestasi maka harus menerapkan prinsip 2L, yakni Legal dan Logis.
Baca juga: Lewati Kriteria Sulit Versi OJK, Bank NTT Dapat Award Bergengsi di Level Nasional
Dijelaskan Devi, Legal artinya terdaftar dan diawasi, diatur oleh undang-undang kemudian,Logis yang menjadi poin penting.
Lanjutnya, masyarakat kadang tidak mau menerima investasi yang logis. Maunya menerima investasi yang dalam sekejap bisa membuat langsung kaya.
Maksud Logis itu perusahaannya jelas,produk yang diinvestasi ada underline-nya. Artinya dalam berinvestasi kita harus mengetahui jelas produk yang diinvestasikan.
"Kalau produknya mesin iklan,cari aja di google. Mesin iklan tuh apa sih?,nggak nemu definisi yang tepat,modelnya kayak gimana,nggak nemu,"katanya.
Artinya,kalau investasi yang benar,di-googling saja menggunakan nama produknya,nanti definisinya akan muncul, undang-undangnya, peraturan OJK nya, serta portofolio dibuat seperti apa itu ada aturannya.
Baca juga: Kepala OJK NTT Sebut Pertumbuhan Kredit NTT Masih Positif di 2022
Investasi seperti ini kita bisa menafsirkan sangat luas, karena masih banyak orang atau masyarakat, meskipun ada Investasi yang underlying asset nya tidak jelas, yang penting untungnya kelihatan jelas.
"Tetapi setiap orang punya definisi logis dan persepsi masing-masing yang tidak bisa dikendalikan,"ungkap Devi.
Adapun tawaran investasi bodong menurut Devi, bahwa investasi bodong biasanya menawarkan investasi yang menggiurkan dengan keuntungan besar dalam waktu yang singkat tanpa memberi tahu resiko dari Investasi itu sendiri.
Menawarkan investasi dengan menggunakan Skema ponzi dan Money game.
Berdasarkan Wikipedia, skema Ponzi adalah modus investasi palsu yang membayarkan keuntungan kepada investor dari uang mereka sendiri atau uang yang dibayarkan oleh investor berikutnya, bukan dari keuntungan yang diperoleh oleh individu atau organisasi yang menjalankan operasi ini.
Skema ini dicetuskan oleh Charles Ponzi dari Italia, yang kemudian menjadi terkenal pada tahun 1920.Praktik investasi bodong dengan skema Ponzi sudah banyak terjadi di Indonesia sejak tahun 1990-an.
Baca juga: Kepala DPMPTSP NTT Sebut tidak Keluarkan Izin untuk Investasi Bodong
Sedangkan Money game dilansir dari idxchannel.com investasi Skema money game digambarkan dengan bentuk segitiga atau skema Piramida, menggambarkan bahwa setiap member (anggota) lama memiliki member baru di bawahnya.
Member yang posisinya sudah di atas akan terus mendapat dana dari downline (anggota di bawahnya) sedangkan member baru harus menggaet member baru lainnya demi mendapatkan keuntungan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keuntungan yang didapat hanyalah dari uang member baru yang wajib setoran di awal. Jika tidak ada member baru, sistem akan runtuh,karena tidak ada aliran dana baru dari member.
"Transfer dana tidak jelas, bahkan tidak bisa monitor dengan baik. Hanya selang beberapa bulan, investasi itu akan pergi, musnah,"terang Devi.
Devi juga menginformasikan kepada masyarakat NTT untuk selalu berhati-hati, ketahui dan kenali produk investasi yang diinvestasikan seperti yang selalu diedukasikan Bursa Efek Indonesia perwakilan NTT.
"Sayang banget gitu,uang yang kita perjuangkan dengan kerja, bisnis atau usaha lenyap hanya karena ketidaktahuan kita. itu yang bikin sedih, gitu ya," sesal Devi.
Baca juga: Ingatkan Skema Ponzi hingga Investasi Bodong, Jokowi Minta Pengawasan OJK Jangan Kendur
Misalnya BEI NTT sebelum menggaet para investor,dimulai dengan mengarahkan calon investor untuk mengikuti edukasi saham, Belajar Bareng dalam edukasi pasar modal. Setelah mengikuti edukasi, lalu membuka rekening saham kemudian memilih perusahaan yang cocok untuk investasi.
"Dibiasakan untuk sebelum buka akun,buka rekening, dipelajari dulu baru setelah benar-benar tahu produk ini seperti apa, baru mulai terjun di dalamnya," terangnya, saat dihubungi dalam Pos Kupang Selasa, 5 Juli 2022).
Hal terkait investasi bodong sudah sangat sering diingatkan, diinformasikan. Lanjutnya,yang membuat Investasi bodong ini terus ada itu bukan pemerintah, bukan tingkat edukasi tetapi ketika ketika masyarakat itu berhenti percaya.
"Kalau investasi itu kan,kami nggak pernah nyuruh orang langsung buka rekening saham itu kan, nggak seperti itu,"ungkap Devi.
Jika masyarakat tidak percaya akan hal-hal seperti itu, lambat laun investasi bodong akan hilang.Karena bagaimanapun regulator pemerintah dan OJK, kalau ada masyarakat yang masih percaya, maka tetap saja ada investasi bodong.
Tidak bisa dijamin jika dibilang orang yang teredukasi tidak mungkin percaya, menurutnya justru sebaliknya,orang yang teredukasi malah percaya.
Baca juga: Percepat Pemulihan Ekonomi, OJK Rakornas Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah 2021
"Kalau misalnya pendidikan dia sampai tingkat SD dan dia tidak percaya ya, dia tidak akan masuk ke dalam itu," tegas Devi.
Menurutnya, Investasi bodong tidak mengenal tingkat pendidikan seseorang. Mau tingkat pendidikannya apa pun kalau orang percaya pada investasi bodong ini maka Investasi bodong akan terus merajalela.
"Karena harusnya dana itu bisa digunakan untuk biaya anak sekolah atau menambah kesejahteraan kita tetapi ternyata malah membuat kita buntung bukan untung,"tandasnya.
Devi tidak menepis,dalam kondisi seperti ini tidak bisa menyalahkan siapapun tetapi mungkin dijadikan introspeksi untuk masing-masing masyarakat.Karena sudah terlalu banyak yang menyakitinya dari investasi bodong.
"Kalau ada ajakan dari teman-teman atau siapa tetapi kalau dirasa tidak benar,maka diinformasikan hal yang benar. Perihal tidak percaya atau tidak,itu bukan ranah kita,"pesan Devi.