Polemik AGT

Kepala BEI Perwakilan NTT: Investasi Bodong, Bukan Untung Malah Buntung

Transfer dana tidak jelas, bahkan tidak bisa monitor dengan baik. Hanya selang beberapa bulan, investasi itu akan pergi, musnah

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA
KEPALA - Kepala Bursa Efek Indonesia Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Timur (BEI NTT), Adevi Sabath Sofani. 

Sedangkan Money game dilansir dari idxchannel.com investasi Skema money game digambarkan dengan bentuk segitiga atau skema Piramida, menggambarkan bahwa setiap member (anggota) lama memiliki member baru di bawahnya.

Member yang posisinya sudah di atas akan terus mendapat dana dari downline (anggota di bawahnya) sedangkan member baru harus menggaet member baru lainnya demi mendapatkan keuntungan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa keuntungan yang didapat hanyalah dari uang member baru yang wajib setoran di awal. Jika tidak ada member baru, sistem akan runtuh,karena tidak ada aliran dana baru dari member.

"Transfer dana tidak jelas, bahkan tidak bisa monitor dengan baik. Hanya selang beberapa bulan, investasi itu akan pergi, musnah,"terang Devi.

Devi juga  menginformasikan kepada masyarakat NTT untuk selalu berhati-hati, ketahui dan kenali produk investasi yang diinvestasikan seperti yang selalu diedukasikan Bursa Efek Indonesia perwakilan NTT.

"Sayang banget gitu,uang yang kita perjuangkan dengan kerja, bisnis atau usaha lenyap hanya karena ketidaktahuan kita. itu yang bikin sedih, gitu ya," sesal Devi.

Baca juga: Ingatkan Skema Ponzi hingga Investasi Bodong, Jokowi Minta Pengawasan OJK Jangan Kendur

Misalnya BEI NTT sebelum menggaet para investor,dimulai dengan mengarahkan calon investor untuk mengikuti edukasi saham, Belajar Bareng dalam  edukasi pasar modal. Setelah mengikuti edukasi, lalu membuka rekening saham kemudian memilih perusahaan yang cocok untuk investasi.

"Dibiasakan untuk sebelum buka akun,buka rekening, dipelajari dulu baru setelah benar-benar tahu produk ini seperti apa, baru mulai terjun di dalamnya," terangnya, saat dihubungi dalam Pos Kupang Selasa, 5 Juli 2022).

Hal terkait investasi bodong sudah sangat sering diingatkan, diinformasikan. Lanjutnya,yang membuat Investasi bodong ini terus ada itu bukan pemerintah, bukan tingkat edukasi tetapi ketika ketika masyarakat  itu berhenti percaya.

"Kalau investasi itu kan,kami nggak pernah nyuruh orang langsung buka rekening saham itu kan, nggak seperti itu,"ungkap Devi.

Jika masyarakat tidak percaya akan hal-hal seperti itu, lambat laun investasi bodong akan hilang.Karena bagaimanapun regulator pemerintah dan OJK, kalau ada masyarakat yang masih percaya, maka tetap saja ada investasi bodong.

Tidak bisa dijamin jika dibilang orang yang teredukasi tidak mungkin percaya, menurutnya justru sebaliknya,orang yang teredukasi malah percaya.

Baca juga: Percepat Pemulihan Ekonomi, OJK Rakornas Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah 2021

"Kalau misalnya pendidikan dia sampai tingkat SD dan dia tidak percaya ya, dia tidak akan masuk ke dalam itu," tegas Devi.

Menurutnya, Investasi bodong tidak mengenal tingkat pendidikan seseorang. Mau tingkat pendidikannya apa pun kalau orang percaya pada investasi bodong ini maka Investasi bodong akan terus merajalela.

"Karena harusnya dana itu bisa digunakan untuk biaya anak sekolah atau menambah kesejahteraan kita tetapi ternyata malah membuat kita buntung bukan untung,"tandasnya.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved