Berita NTT Hari Ini
Masuk Kategori Clear Area PMK, NTT Berpeluang Jadi Pemasok Daging Sapi untuk Pulau Jawa
penelusuran selama ini, penyakit PMK masuk dalam kategori penyakit hewan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.
Dengan mengusung tema Peluang dan Tantangan Usaha Peternakan di Tengah Wabah PMK, webinar ini menghadirkan narsaumber yang sangat berkompeten yakni drh. Melki Angsar, M. Sc dari Dinas Peternakan Provinsi NTT, Dr. drh Annyta Dheta, M.Si dari Universitas Nusa Cendana, dan pelaku usaha yang bergerak di bidang penjualan oleh-oleh Toko Ibu Soekiran yaitu Bapak Agoes Rahardjo.
Baca juga: Hotman Paris Bertemu Menteri Pertanian di Kopi Joni Syahrul Yasin Limpo Teriak Jaga Jarak Jaga Jarak
Didatangkannya ketiga nara sumber ini bermaksud untuk menginformasikan kepada masyarakat luas bahwa kita tidak harus takut terhadap virus PMK ini karena belumlah sampai ke wilayah NTT.
Selain NTT, ada beberapa wilayah seperti Sulawesi, Papua, Bali, NTB dan Kep. Riau yang belum terpapar virus PMK. Bisa dikatakan daerah tersebut termasuk clear area dari virus PMK.
Seperti yang kita ketahui Foot and Mouth Disease ini adalah penyakit virus yang sangat menular pada hewan berkuku genap/belah (cloven-hoofed) dengan ditandai vesikel/lepuh, erosi mulut, lidah, gusi, nostril, puting, dan kulit sekitar kuku. Karena hal ini, menimbulkan kerugian besar akibat menurunnya produksi dan hambatan dalam perdagangan hewan dan produknya.
Narasumber pertama drh.Melki menyampaikan bahwa penyebaran PMK dapat melalui Virus RNA (Picornaviridae,Aphthovirus) yang mampu bertahan lama di lingkungan. Virus ini juga dapat bertahan hidup di tulang, kelenjar, susu, produk susu. Hewan yang rentan terkena virus ini antara lain Sapi, babi, domba, kambing, kerbau. Maka dari itu ia menyampaikan kesempatan ini sangat baik khususnya daerah NTT sebagai daerah clear area PMK terbuka peluang usaha menjadi pemasok terbesar daging sapi ke Pulau Jawa. Ditambah lagi harga daging sapi di jabodetabok telah menembus angka 140 ribu/kg.
Hal serupa disampaikan oleh narasumber ketiga Bapak Agus Rahardjo selaku perwakilan dari toko Ibu Soekiran.
Ia menyampaikan bahwa permintaan olahan daging, khusus nya Se’i sapi tidak menurun bahkan justru cenderung naik walaupun ditengah wabah virus ini.
Hal ini menandakan bahwa permintaan terhadap olahan daging sapi masih tinggi dan masyarakat tidak terpengaruh dengan adanya penyebaran virus ini selama proses pengolahannya dilakukan dengan benar.
Dr. drh Annyta Dheta, M.Si menyampaikan prinsip dasar pemberantasan wabah PMK yaitu dapat dilakukan dengan cara tindakan karantina serta pengawasan lalu lintas, kemudian menghilangkan sumber infeksi dengan pemusnahan hewan tertular dan hewan yang terpapar (stamping out).
Walaupun PMK ini tidak dapat menular kepada manusia, namun kita harus tetap waspada terutama terhadap daging hewan yang berasal dari hewan yang telah terpapar virus ini.
Pangan asal hewan ini aman dikonsumsi asalkan dengan penanganan yang tepat untuk inaktivasi virus PMK dengan cara pemasakan yang sempurna, dipanaskan pada air yang mendidih (merebus) minimal selama 30 menit.
Menutup acara, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Idha Widi Arsanti menyampaikan bahwa virus ini dapat kita atasi dengan baik dan kita tidak perlu merasa khawatir. Namun harus terus waspada.
Diharapkan dengan terlaksananya webinar ini dapat menambah wawasan kita terkait pencegahan, penanganan Penyakit Mulut dan Kuku, serta tetap terbukanya peluang usaha khususnya daging olahan.
Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung penuh upaya berjenjang yang dilakukan pemerintah daerah dalam menangani dan mengendalikan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan, khususnya sapi. (*/ Luluk Juan Pertiwi)