Perang Rusia Ukraina

Perang di Ukraina Tak Kunjung Usai, Negara Barat Diduga Lelah, Bantuan Senjata Menipis

Bantuan ke Ukraina Semakin Menipis, Negara Barat Diduga Lelah karena Perang Tak Kunjung Usai

Editor: Eflin Rote
YouTube AFP News Agency
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertemu dengan Menteri Pertahan AS Lloyd Austin dan Sekretaris negara AS Antony Blinken (kiri) di Kiev, Minggu (24/4/2022). Terbaru, Blinken menuding Rusia telah merampas cadangan pangan Ukraina dan menjualnya ke luar negeri, Senin (5/6/2022). 

POS-KUPANG.COM - Sudah lebih dari 100 hari berlangsung, konflik antara Rusia dan Ukraina kini hampir memasuki bulan keempat.

Selama konflik berlangsung, Ukraina terus-menerus menerima bantuan senjata dari negara-negara barat untuk menghadapi gempuran pasukan militer Rusia.

Namun akhir-akhir ini Ukraina melaporkan bantuan dari beberapa pihak semakin menipis.

Baca juga: Pertempuran Sengit Ukraina vs Rusia di Sloviansk dan Bakhmut, Pasukan Putin Mundur di Beberapa Titik

Dikutip TribunWow.com dari Aljazeera.com, sejumlah pejabat di Ukraina mengutarakan rasa takut saat ini negara-negara barat mengalami kelelahan karena perang tak kunjung usai.

Rasa lelah ini dikhawatirkan akan memperlemah tekad negara-negara barat untuk membantu Ukraina melawan Rusia.

Volodymyr Fesenko, seorang analis politik dari Penta Center think tank menyebut saat ini Ukraina sangat ketergantungan terhadap bantuan dari negara-negara barat.

Baca juga: UPDATE Perang Rusia Ukraina, Pasukan Vladimir Putin Cari Titik Lemah Ukraina di Dekat Donets

Ukraina diketahui harus mengeluarkan uang sebesar 5 miliar USD per bulan untuk berperang melawan Rusia.

Ukraina juga masih membutuhkan kiriman senjata canggih supaya bisa menang melawan pasukan militer Rusia.

"Ini jelas Rusia bertekad untuk membuat lelah negara-negara barat," kata Fesenko.

Baca juga: MENGERIKAN,Detik-detik Tentara Ukraina Terkena Serang Udara Rusia Terekam Drone, Mayat Bergelmpag

Fesenko mengatakan, Rusia diduga ingin negara-negara barat yang lelah nantinya tidak akan lagi membantu Ukraina secara agresif.

Sementara itu, seorang akademisi asal Amerika Serikat (AS) justru merasa wajar jika pada akhirnya Ukraina menang melawan Rusia.

Dikutip TribunWow.com dari Sky News, informasi ini disampaikan oleh Timothy Synder yang merupakan profesor sejarah di Universitas Yale.

Baca juga: Warga Jepang Nekat Santet Presiden Rusia, Foto Wajah Putin Dipaku ke Pohon Suci

Profesor Synder menegaskan anggapan bahwa negara berkekuatan nuklir pasti menang dalam konflik adalah cara berpikir yang salah dan tidak masuk akal.

Ia kemudian mencontohkan kekalahan AS terhadap Vietnam Utara dan kekalahan Uni Soviet saat berkonflik melawan Afghanistan.

Profesor Synder menjelaskan di era perang dingin adalah masa di mana negara penjajah mulai mengalami kekalahan besar melawan negara anti-kolonial.

Sumber: TribunWow.com
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved