Undana

Polisi Hutan di Sumba Barat Testimoni Soal Ide Pendirian Sekolah Literasi Sumba

Komunitas literasi ini bahkan telah menerbitkan berbagai buku yang juga dikirimkan kepada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan NTT

Penulis: Ray Rebon | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/RAY REBON
TESTIMONI - Pendiri Sekolah Wanno di Sumba Barat, Kristopel Billi menyampaikan testimoni saat mengikuti zoom acara Seminar Nasional Mendorong NTT Menuju Provinsi Literasi di Undana, Selasa 7 Juni 2022 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon

POS-KUPANG.COM, KUPANG--Sekolah Wanno di Sumba Barat memiliki berbagai kegiatan, produk kreatif hingga meluncurkan berbagai buku, namun tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah.

Sekolah ini didirikan oleh Kristopel Bili, seorang polisi hutan yang menjalankan aktivitas literasi di Kabupaten Sumba Barat.

Enam tahun sekolah Wanno ini sudah berjalan baik dan banyak produk kreatif dilakukan serta berbagai buku diluncurkan namun tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah.

"Enam tahun saya sudah dirikan sekolah Wanno ini dan banyak kegiatan dilakukan yang melahirkan produk kreatif serta berbagai buku yang telah diluncurkan, namun belum dapat perhatian serius dari pemerintah," ungkap Kristopel Bili saat mengikuti acara Seminar Nasional Mendorong NTT Menuju Provinsi Literasi di Universitas Nusa Cendana (Undana) kupang via zoom, Selasa 7 Juni 2022.

Menurut Kristopel, pendidikan non formal juga membentuk mental dan karakter baik itu dari kelompok masyarakat, kelompok baca, yang pada kenyataannya minim fasilitas.

Baca juga: Dorong Budaya Literasi, Anita Gah Tantang Kades Bangun Perpustakaan Desa

Komunitasnya merangkum pendidikan mengenai budaya dan sastra di Sumba secara mandiri dan belum ada peran berdampak dari pemerintah daerah.

Komunitas literasi ini bahkan telah menerbitkan berbagai buku yang juga dikirimkan kepada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan NTT.

Namun begitu, kata dia dalam setiap peluncuran buku tidak pula mendapatkan respon atau tanggapan balik dari pemerintah untuk program keberlanjutan secara bersama-sama.

"Kita hanya dikasih kata penyemangat. Adakah dana? yang putus adalah 'jembatan' ini, karena anak muda ada semangat menulis tapi hanya seperti itu saja responnya," urainya

Akses terhadap fasilitas perpustakaan bergerak  juga dimintanya lebih diutamakan di daerah-daerah. 

Baca juga: Dewan Pers Harap Konten Semakin Berkualitas, Literasi Meningkat

Guru-guru dan kepala sekolah pun perlu memperbaharui informasi literasi lewat Gerakan 1000 Guru Menulis untuk meningkatkan pula minat literasi para murid. 

Selain itu, kata dia, aktivis militan bidang literasi yang mendirikan berbagai sekolah non formal di pedesaan dan pedalaman juga perlu disokong dana.

"Kami di daerah susah mendapatkan itu. Apakah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT benar punya dana untuk kami atau tidak yang pendidikan non formal ini? Ini yang kami perlu tahu," ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved