Hari Pancasila
Pengamat Politik Ahmad Atang: Jauh Lebih Pancasilais
tentang membumikan Pancasila pada saat perayaan 1 Juni itu sebetulnya kita harus Akui bahwa ada semacam gap generasi disini.
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Bagi saya ada tiga legitimasi yang mesti dilihat dari kunjungan ini.
Secara historis memang sekarang ini terjadi perdebatan soal keabsahan Pancasila itu tanggal 22, tanggal 18 atau tanggal 1 itu menjadi perdebatan ketika perayaan 1 Juni sebagai hari Lahir Pancasila itu memberikan legitimasi historis bahwa memang tanggal 1 itu yang diakui kebenarannya dan tanggal 18 dan tanggal 22 itu sebetulnya hanya proses.
Yang kedua, ada legitimasi sosiologi dan memang selama empat tahun Soekarno di Ende itu kan dia merasakan kehidupan orang Ende, persatuan Kesatuan mereka, bagaimana peradaban mereka dalam memperlakukan tamu dan seterusnya
Dia begitu banyak berinteraksi dengan pastor, dengan Romo, dia berinteraksi dengan Haji, kyai, itu gambaran secara utuh tentang bagaimana pluralisme itu ada di Indonesia.
Baca juga: Naikkan Suku Bunga Sepihak, Nasabah di Kupang Gugat PT BNI
Dari perspekstif politik sesungguhnya kehadiran Jokowi dari sekian banyak Presiden mungkin dia yang secara politik hadir di Ende sebagai bagian dari pengakuan negara terhadap Ende sebagai Kota yang melahirkan Pancasila yang sekarang menjadi sebuah ideologi bangsa.
Megawati sendiri belum pernah ke Ende padahal Soekarno yang notabene orangtuanya maka kita mesti beri apresiasi diujung masa jabatan Jokowi dia memberikan semacam legitimasi politik terhadap generasi kedepan bahwa kita harus tahu Ende secara politik yang melahirkan sebuah konsep kebangsaan hari ini.
Maka bagi saya ketika tema tentang membumikan Pancasila pada saat perayaan 1 Juni itu sebetulnya kita harus Akui bahwa ada semacam gap generasi disini.
Baca juga: Sidang Kasus Pembunuhan Astri dan Lael, Randy Minta Linggis, Marten Taunus: Ada Proyek ko Bos
Selama dua puluh tahun Pancasila kemudian tercabut dari generasi hari ini.
Di sektor politik umpamanya kita sudah bukan lagi Demokrasi Pancasila tapi kita sudah demokrasi liberalisme. Liberalisme itu demokrasi yang berorientasi menang - kalah tapi Pancasila bukan memang kalah, akomodatif.
Begitu juga dari sisi ekonomi, demokrasi ekonomi sudah mengarah ke kapitalisme, sudah mengarah ke monopolo daj seterusnya.
Kita kemudian tercabut juga Dadi ekonomi Pancasila San seterusnya maka pesan penting membumikan Pancasila mesti ada dua pertama itu bagaimana mendekatkan generasi sekarang dengan nilai - nilai Pancasila sehingga dia harus membumi kedepan, yang kedua, secara politik juga kita mesti kembali melihat nilai Pancasila itu setidaknya menjiwai seluruh kebijakan politik bangsa.
Baca juga: Relawan Taman Daun dan Sahabat Penyu Loang Lembata Kecam Aksi Pengeboman Ikan di Teluk Nuhanera
Sebagai Presiden dia adalah tokoh politik tapi ketika dia masuk dalam sebuah komunitas kultural, kemudian dinobatkan sebagai Mosalaki itu kan semacam penghormatan lokal penghargaan lokal terhadap kehadiran beliau sebagai seorang kepala negara yang setidaknya orang Ende setidaknya memberikan semacam legitimasi kultural bahwa bapak ini Presiden, bapak bagian dari kami.
Saya cenderung melihat pak Jokowi ini figur paradox. Dia di mana - mana selalu dielu - elukan tapi pada saat yang sama juga sering dibenci oleh orang - orang. Sikap dan tindakan Jokowi tidak bisa diduga. Cara pikir soal Indonesia itu lebih komplit dan itu bukan pada tataran wacana. Apa yang dia omong dia pasti perbuat.
Ketika orang bicara tentang pemindahan ibu kota, Jokowi satu kali omong dan selanjutnya dilaksanakan jadi bagi kita secara politik, Jokowi itu figur yang satu kata dan satu perbuatan dan kita sebetulnya membutuhkan pemimpin baik di level politik pusat maupun lokal itu seperti Jokowi lah saya kira nilai - nilai yang dilakukan oleh Jokowi itu setidaknya jangan dilihat hari ini. Dia mesti menjadi semacam warisan untuk masa depan bangsa ini.
Baca juga: Bupati Malaka Bersama Pimpinan Bank Indonesia Bahas Pengembangan Potensi Pertanian dan UMKM
Seorang pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang apa yang dia bicarakan harus sesuai dengan apa yang dia buat.
Berangkat dari pesan NTT sebuah Provinsi yang melahirkan Pancasila kita mesti lebih Pancasilais ketimbang orang lain. Dengan lima sila itu kita sebenarnya jauh lebih Pancasila dibandingkan dengan orang lain. Itu saya kira pesan yang mesti kita petik dari kehadiran Jokowi untuk masyarakat NTT kedepan.(*)
Peringati Hari Lahir Pancasila, Aliansi Mahasiswa Gelar Aksi Damai |
![]() |
---|
Ketua Presidium ISKA: Pancasila Baromoter Martabat Kemanusiaan dan Kesetaraan |
![]() |
---|
Deddy Manafe : Bung Karno Melangitkan Pancasila dari NTT |
![]() |
---|
Jokowi Sungguh Indonesia |
![]() |
---|
Sebelum Tinggalkan Ngada, Jokowi Bersama Iriana Bersalaman dan Bagi-Bagi Bingkisan Untuk Warga |
![]() |
---|