Berita Lembata Hari Ini

SMAS Frater Don Bosco Lewoleba Terapkan Tes Akademi Online untuk Calon Siswa Baru

Soal-soal yang diberikan terdiri atas mata pelajaran eksakta dan ilmu-ilmu humaniora, seperti, IPS, IPA, PJOK, dan Agama. 

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/RICARDUS WAWO
Sebanyak 105 dari SMP se-kabupaten Lembata ikut tes akademik gelombang pertama di SMA Swasta Frater Don Bosco Lewoleba.   

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, RICKO WAWO

POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Sebanyak 105 dari SMP se-kabupaten Lembata ikut tes akademik gelombang pertama di SMA Swasta Frater Don Bosco Lewoleba.  

Mereka adalah calon siswa dan siswi baru untuk tahun ajaran 2022/2023. Pendaftaran gelombang kedua dibuka kembali dari tanggal 2 sampai 30 Juni 2022

Para calon siswa baru tersebut mengikuti tes masuk gelombang pertama dengan sistem gadget atau online. Kegiatan tes berlangsung satu hari dan bertempat di Aula Fraternitas, Senin, 30 Mei 2022. 

Baca juga: Ketua DPP GPP: NTT Harus Menjadi Dasar Kuat Gaungkan Pancasila

Beberapa pelajar yang ditemui mengatakan senang bisa bergabung di salah satu sekolah unggulan di Lembata tersebut. 

Andri dan Febi salah satunya. Mereka sudah tidak asing dengan lingkungan SMATER. Di bulan Januari tahun ini, mereka pernah terlibat aktif pada turnamen SMATER Cup. 

Pada turnamen tersebut, sekolah mereka, SMPN 7 Maret, berada di posisi kedua atau juara dua turnamen futsal antar SMP. 

Baca juga: Ketua DPRD Sumba Timur, Ali Oemar Fadaq Dorong Bank NTT Keluar dari Zona Nyaman

Hari ini, mereka hadir kembali. Mereka akan menjadi bagian dari SMATER. Mereka berdua tampak antusias, walau sedikit gugup dan malu. 

"Kami dari SMPN 7 Maret hanya empat orang saja. Dua pelajar laki dan dua pelajar perempuan. Kami senang bisa masuk dan bergabung di Smater. Smater punya nama besar di Lembata", ungkap Andri. 

Teman-teman calon siswa baru juga merasakan hal yang sama. Ada yang tampak malu. Sungkan. Semangat. Sumringah. Bahagia. 

Dalam sapaan awal, Fr. Norbert, CMM mengatakan kegiatan tes akademik sebagai persiapan mengikuti kegiatan pembelajaran tahun ajaran baru 2022/2023. 

Baca juga: Garuda Muda Kalikasa Lembata Gelar Turnamen Bola Voli Antar Kecamatan Kecamatan Atadei

 Di hadapan para calon pelajar, Fr. Norbert menekankan pentingnya kegiatan tes akademik untuk mengetahui tingkat kemampuan pelajar sebelum penentuan peminatan dalam sistem kurikulum merdeka belajar. 

Karena itu, jelasnya, para calon siswa baru harus berani mengerjakan soal-soal yang disediakan tanpa merasa tidak bisa atau takut salah. 

"Soal yang disiapkan sangat gampang, mudah untuk kalian kerjakan. Tidak boleh gugup atau takut salah," imbuhnya.

Waktu pengerjaan soal selama seratus dua puluh menit. Selama dua jam para calon pelajar diberikan kesempatan untuk menyelesaikan soal sebanyak lima puluh nomor. 

Baca juga: Pengurus GPP Harus Pengaruhi Orang Lain Agar Bisa Terapkan Nilai Pancasila

Soal-soal yang diberikan terdiri atas mata pelajaran eksakta dan ilmu-ilmu humaniora, seperti, IPS, IPA, PJOK, dan Agama. 

Para pelajar yang hadir terlihat tampak serius. Mereka tekun dengan gadget masing-masing. 

Pa Luis selaku ketua panitia PPDB 2022/2023 mengingatkan agar selama proses pengerjaan soal para pelajar tidak boleh bekerja sama. 

Karena ini tes akademik, ungkapnya, para pelajar wajib menyelesaikan soal-soalnya sampai tuntas. 

Tuntas yang dimaksudkan guru matematika ini, murni dari hasil usaha dan kerja keras para pelajar sendiri. Jika ketahuan kerja sama, tidak ditoleransi. 

Baca juga: 108 Sampel di Sumba Timur Dinyatakan Negatif Covid-19

Kegiatan tes berakhir di pukul sebelas. Selain kegiatan tes akademik, para pelajar diberikan kesempatan untuk melihat lingkungan sekolah. Saling bercengkerama. Saling bertatap muka dengan teman sebaya. 

Beberapa pelajar dari SMP Pius berbaur akrab dengan teman-teman dari SMP Negeri 4. Rupanya mereka sudah saling kenal. 

Begitu juga dengan para pelajar dari sekolah lain cepat akrab dengan teman-teman yang hadir. 

Sebenarnya mereka tidak perlu merasa asing. Moto sekolah; Fides, Scientia, et Fraternitas menjadi rujukan dasar terciptanya budaya persaudaraan di Smater. 

Artinya, dengan siapa saja para pelajar boleh bergaul, menyapa, dan tentu tidak boleh merasa paling 'asing'. 

Para pengajar sudah tunjukkan itu. Dengan latar perbedaan SARA , para pengajar menepis anggapan primordial atau merasa budayanya paling superior. 

Karena itu, para calon pelajar yang hadir diharapkan tidak memiliki kebiasaan 'menang dan benar sendiri'. Mereka bisa melakukan itu dari sekarang. 

Di sisi lain, dengan tes akademik membuka ruang dialog dan interaksi terhadap perbedaan latar budaya, pendidikan, kemampuan, bakat, serta pengetahuan pelajar.

Tujuannya, mereka mesti terbuka menghargai perbedaan yang sudah terberikan oleh Tuhan. Tidak hanya di lingkungan sosial, KUB, dan Gereja, tetapi juga pada saat pembelajaran di sekolah.(*)

Berita Lembata Hari Ini

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved