Berita Manggarai Barat Hari Ini

Tarian Adat Sambut Kedatangan Wisman Kedubes Irlandia di Desa Wisata Wae Lolos Manggarai Barat

Selanjutnya kelompok-kelompok sadar wisata (pokdarwis) di tiga desa ini menjadi agen yang akan bekerjasama langsung dengan pasar. 

Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-ROBERT PERKASA.
Suasana kunjungan Mr. Padraig bersama keluarganya ke Dusun Ndengo, Desa Wisata Wae Lolos, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Rabu 4 Mei 2022. 

Tahun lalu, Flores Destination Management Organisation, Sefnitta Saptrya bersama Irwanto Mahmud selaku PO Product & Servis Development Swiscontact SUSTOUR dan Jon Fidelis Pula hadir di Desa wisata Wae Lolos untuk mengampu kegiatan pelatihan penguatan kapasitas organisasi pemandu wisata di  Desa "seribu air terjun" itu. 

Baca juga: Menteri Pertahanan Australia Sebut Kelas Collins Masih Kuat, Tidak Perlu Kapal Selam Tipe Ketiga

"Kami dipercayakan untuk mengerjakan peningkatan kualitas destinasi di 3 desa wisata pilihan Tour Operator internasional Der Touristik. Karena menurut Tour operator ini, masih ada beberapa pelayanan yang perlu ditingkatkan," ujar Sefnitta Saptrya 

Dia memaparkan, DMO Flores sudah mulai menjalankan program peningkatan kualitas SDM di tiga Desa wisata tersebut sejak tahun 2019.  Peningkatan SDM dengan pengembangan modul-modul yang sudah berstandar internasional untuk pariwisata berkelanjutan menuju Indonesian Sustainable Tourism Award (ISTA). 

"Kita berharap tiga Desa ini bisa bersaing untuk mendapatkan kriteria sebagai desa wisata berkelanjutan di Indonesia. Itu targetnya. Wae Lolos sendiri sudah kami kerjakan sama dengan dua desa lainnya dan ini modul yang keempat tentang pemandu wisata berkaitan dengan organisasinya," terang Sefnitta. 

Desa wisata Wae Lolos, kata dia, sebenarnya sudah dipromosikan sejak dua tahun lalu. Hanya karena pintu kedatangan internasional belum dibuka (pandemi Covid-19) sehingga belum ada kunjungan tamu. Tetapi peminatnya sudah ada. Untuk mewujudkan itu, DMO Flores hanya mengerjakan apa yang menjadi kebutuhan dari Tour Operator untuk ditingkatkan di destinasi pilihan tersebut.

Selanjutnya kelompok-kelompok sadar wisata (pokdarwis) di tiga desa ini menjadi agen yang akan bekerjasama langsung dengan pasar. 

"Kami adalah orang-orang yang berada di belakang layar untuk keberlanjutan dan kemandirian organisasi di Desa Wisata," jelasnya. 

Swiscontact, kata dia, hanya sebagai penghubung antara DMO dengan destinasi. Mereka tidak menjadi lembaga implementasi. Berbeda dengan LSM-LSM lain, mereka yang implementasi di destinasi. 

Sekarang DMO memiliki sistem inklusif market yang menggerakkan pemain-pemain di destinasi untuk mengerjakan pengembangannya. Baik dari sisi akademisi, edukasi sekolah-sekolah SMK, advokasi maupun lembaga pemberdayaannya diintervensi supaya pelaku-pelaku inilah yang bermain.

Karena keberlanjutan itu ditentukan dari sistem yang ada di destinasi. Bukan sistemnya mereka karena mereka, LSM temporer yang ada di destinasi. 

Sefnitta menjelaskan lebih terperinci mengenai beberapa modul dasar yang disusun untuk pengembangan destinasi di tiga desa wisata pilihan tersebut. Pertama, modul pembangunan pariwisata berkelanjutan. Membangun pemahaman tentang  apa itu pariwisata berkelanjutan. Bukan pariwisata saja. 

Kedua, modul tentang CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety and Enviromental Sustainability) sebagai salah satu standar destinasi di masa New Normal yang harus diterapkan, termasuk di desa wisata. Penerapan CHSE, kata dia tidak hanya di industri pariwisata saja. 

Ketiga, modul tentang keuangan organisasi kelompok pengelola desa wisata. Modul keempat adalah tentang pemandu wisata. 

Kelompok inilah yang akan berbisnis ke depan. Karena itu mereka harus pandai mengelola keuangan organisasi sebagai salah satu standar kelompok pengelola desa wisata yang sehat. (*)

Berita Manggarai Barat Hari Ini

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved