Berita Manggarai Barat Hari Ini
BPBD Manggarai Barat Minta Kajian Pakar Geologi untuk Relokasi Warga Terdampak Pergerakan Tanah
Warga terdampak saat ini memilih untuk tinggal di rumah tetangga atau membangun gubuk di kebun sebagai tempat tinggal
Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Manggarai Barat (Mabar), bersurat ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPBD) untuk meminta pakar geologi untuk meneliti fenomena pergerakan tanah, Rabu 30 Maret 2022.
Fenomena pergerakan tanah terjadi di Kampung Wae Munting dan Kampung Dange Desa Persiapan Benteng Tado, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Mabar.
Selain meminta pakar geologi untuk melakukan kajian terkait fenomena pergerakan tanah itu, diharapkan juga pakar geologi mengkaji lokasi baru untuk merelokasi warga.
Baca juga: Jenazah Wakil Bupati Manggarai Timur Diterbangkan Hari Ini Dengan Pesawat Charter
"Sementara belum (bantuan), kami sementara mitigasi dan sosialisasi untuk mereka pindah. Kami sudah bersurat ke BNPB untuk minta bantuan agar pakar geologi untuk meneliti lokasi baru untuk rencana relokasi," kata Kepala BPBD Mabar, Ovan Adu.
Relokasi, lanjut Ovan, dilakukan agar masyarakat tidak terdampak fenomena pergerakan tanah.
"Jangan sampai di situ juga terjadi lagi bencana yang sama. Kami sudah ada rencana untuk itu, kami sudah lakukan sosialisasi agar masyarakat mau untuk direlokasi," jelasnya.
Baca juga: Pemkab Bersama Masyarakat Manggarai Timur Sampaikan Duka Mendalam Atas Kepergian Alm Jaghur Stefanus
Ditanya terkait bagaimana konsep relokasi warga, Ovan mengaku hal itu belum dibicarakan.
"Kami akan bicarakan, kami rapat lagi untuk membicarakan itu. Kami sudah lakukan kaji cepat tinggal menunggu SK darurat, lagi proses sekarang," katanya
Diberitakan sebelumnya, fenomena pergerakan tanah mengancam sebanyak 411 jiwa dari 114 KK Desa Persiapan Benteng Tado, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Baca juga: Seremonial Earth Hour 2022, Aston Kupang Hotel Kerja Bakti
Pergerakan tanah ini telah dideteksi di desa yang dimekarkan dari Desa Nampar Macing itu sejak 2018, 2019, 2020, 2021 dan 2022.
"Ada 2 kampung, yakni Kampung Dange itu 52 kk dengan jumlah 186 jiwa dan Kampung Wae Munting ada 62 kk, jumlah 225 jiwa," rinci kepala Dusun Tado, Mikael Agung, Minggu 27 Maret 2022.
Mikael menjelaskan, terdapat satu kampung lainnya, yakni kampung Mengkaleng yang memiliki 17 kk, namun tidak ada laporan dampak fenomena pergerakan tanah.
Tokoh masyarakat Kampung Wae Munting, Viktor Bitrudis (50) mengatakan, fenomena pergerakan tanah mengakibatkan sejumlah titik jalan kampung terbelah dan rumah warga yang rusak, bahkan hingga roboh.
Baca juga: Pelayat Mulai Berdatangan ke Rumah Jabatan Wakil Bupati Manggarai Timur di Golo Lada Borong
Selama 5 kali pergerakan tanah yang terjadi usai hujan deras atau gempa bumi, sejumlah rumah warga akan mengalami kerusakan, bahkan roboh.
Terdapat sebanyak 2 rumah warga yang roboh dan 9 rumah lainnya mengalami kerusakan bervariasi.
"Paling parah yang roboh, ada rumah yang fondasi turun, lantai pecah, bangunan bergeser hampir roboh," jelas Viktor diamini Tua Golo Wae Munting, Daniel Labu (82) serta tokoh masyarakat lainnya.
Viktor menuturkan, fenomena pergerakan tanah pada 2018 lalu mengakibatkan 2 rumah warga di Kampung Wae Montong rusak.
Pada 2019, lanjut Viktor, terjadi pergerakan tanah yang mengakibatkan beberapa titik jalan terbelah, namun tidak mengakibatkan kerusakan rumah warga.
Baca juga: Beda Keyakinan, Verrell Bramasta dan Natasha Wilona Kembali Bersama dan Bakal Beli Rumah di Bali
Kejadian tersebut sempat dilaporkan ke pemerintah, namun terkesan tidak mendapatkan respon.
"Karena hal itu (tidak direspon pemerintah), pada tahun 2020 terjadi lagi dan 1 rumah rusak dan 1 rumah roboh, kami tidak laporkan, karena tidak ada penanganan," katanya.
Pergerakan tanah selanjutnya terjadi pada tahun 2021, dan mengakibatkan 1 rumah warga roboh dan 3 rumah warga lainnya rusak.
"Dalam tahun itu kami laporkan ada 4 rumah terdampak, kami laporkan ke pemerintah desa, tapi tidak ada kelanjutan. Lanjutkan ke pemda via pesan WhatsApp, tapi tidak ada respon. Yang kami laporkan tambah di tahun sebelumnya, sehingga 6 rumah terdampak yang kami laporkan," katanya.
Sementara itu, pada Februari 2022, pergerakan tanah kembali terjadi dan mengakibatkan 5 rumah warga rusak.
Baca juga: Bupati Simon Serukan Satukan Tekad Bangun Rai Malaka
"Pada 23 Februari 2022 merambah ke 9 rumah, termasuk 4 rumah di tahun sebelumnya. Total 11 rumah karena 2 rumah lainnya yang rusak di Kampung Denge," jelasnya.
Warga terdampak saat ini memilih untuk tinggal di rumah tetangga atau membangun gubuk di kebun sebagai tempat tinggal
Pihak BPD Desa Persiapan Benteng Tado telah melakukan pendataan dan melaporkan kejadian tersebut BPBD Kabupaten Mabar.
Namun demikian, yang dilakukan pemerintah yakni pendataan di lapangan dan melakukan sosialisasi dan imbauan serta konsekuensi atas peristiwa tersebut yakni relokasi warga.
Namun demikian, hingga saat ini belum dilakukan pemberian bantuan tanggap darurat.
Selain itu, warga pun mengalami keresahan karena terancam fenomena pergerakan tanah, karena masih terdapat hujan dan potensi gempa.
"Kami ini pasrah, seperti apa penanganan pemerintah, kami tidak bisa menentukan seperti apa harapan kami, taoi inilah keadaan, bagaimana penanganan kepada kami," tandasnya.
Pihaknya juga berharap, adanya riset oleh ahli geologi dalam peristiwa tersebut, sehingga memberikan gambaran penyebab fenomena pergerakan tanah di area tersebut.
"Bagi kami sangat penting ahli geologi, karena itu menyangkut kelangsungan hidup kami. Karena kami tidak tahu kondisi tanah kami, sehingga kami sangat butuh. Soal bantuan belum disampaikan pemerintah, tapi pemerintah minta untuk fotocopy KTP dan kartu keluarga dan kami telah lakukan, sudah dikirim," katanya.
Sementara itu, pantauan POS-KUPANG.COM, kondisi perkampungan di Dusun Tado berada di kemiringan. Dusun ini dilingkungi pegunungan Golo Leleng, hamparan perkebunan kemiri dan hutan Jati.
Akses jalan menuju Dusun mungil yang berjarak 45 km dari Labuan Bajo ini melalui simpang Dahot-Pusut-Bibang-simpang Ndiri dengan tekstur jalan berkelok dan tanjakan tajam sekira 6 kilo meter atau 3 km dari simpang Ndiri.
Dusun Tado ditopang dua kampung yakni Kampung Dange dan Kampung Wae Munting yang letaknya berdekatan sekira ratusan meter.
Khusus Kampung Wae Munting, diapiti dua anak sungai, sungai Wae Dongka sebelah kanan atau arah barat dan sungai Wae Tiku Dange di seberang kiri atau arah timur.
Sementara itu di sebelah atas kampung ini terdapat banyak sumber air (mata air) termasuk Wae tiku (sumber air bersih) bagi warga kampung ini.
Pada bagian atas kampung, persis di depan rumah seorang warga yang rumahnya roboh akibat fenomena pergerakan tanah, terlihat berair mirip rawa-rawa. Sedangkan di bagian bawah kampung itu terdapat hamparan sawah dan bentangan perkebunan warga.
Terlihat tanah terbelah sepanjang ratusan meter di ujung kampung ini. Separuh jalan telford di ujung bawah Kampung menuju SDN Tondong Lamba, juga tampak terbelah.
Kedalaman permukaan tanah terbelah sekira satu meter. Sementara di setiap rumah yang rusak itu ditemukan titik- retakan pada permukaan lantai, fondasi, tiang hingga tembok rumah dengan kedalaman dan lebar retakan bervariasi.
Menurut warga, fenomena tanah bergerak di kampung itu terjadi bersamaan dengan kenaikan permukaan tanah di dekat hamparan sawah warga, yang berjarak sekitar ratusan meter jaraknya dari lokasi tanah terbelah yang terjadi di ujung kampung itu. (*)