Berita NTT Hari Ini

Komnas Perempuan Menduga Kepolisian Ada Dalam Sindikat TPPO di Sikka

dalam kasus 17 anak yang diamankan di empat Pub yang bermasalah di Sikka dia melihat ada pola sindikat TPPO

Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/RYAN TAPEHEN
Anggota Truk-F, Suster Fransiska Imakulata SSpS 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Tapehen

POS-KUPANG.COM, OELAMASI - Mandeknya penyelesaian kasus TPPO di Kabupaten Sikka, Komnas Perempuan RI menduga Kepolisian juga ikut terlibat dalam sindikat TPPO.

Hal tersebut disampaikan oleh Dewi Kantil dalam diskusi via Zoom bersama Truk-F dan jaringan HAM Sikka bersama Media, Rabu 30 Maret 2022.

Kata dia dalam kasus 17 anak yang diamankan di empat Pub yang bermasalah di Sikka dia melihat ada pola sindikat TPPO.

Baca juga: Kapolres Alor Apresiasi Warga Informasikan Temuan Benda Asing

"Ada permainan dari aparat kepolisian dan itu sangat jelas," ujarnya.

Senada dengan Dewi, Karel salah satu pentolan Truk-F juga menduga ada permainan oleh oknum di Polres Sikka dalam kasus ini.

"Polisi kalau kejar teroris sampai lubang semutpun bisa sampai, tapi anak-anak ini yang kita tahu mereka main HP koq tidak bisa dapat, ada apa ini," tukasnya.

Baca juga: Suami Istri di Sikumana Kupang Tewas Gantung Diri, Tinggalkan 2 Anak Perempuan

Dia menduga ada konspirasi antara pemilik pub, Polres Sikka dan Polda NTT agar keempat anak yang kabur dari Shelter Santa Monika tidak ditemukan lagi.

Selain itu dia juga melihat ada keanehan di Sikka yakni empat Pub yang bermasalah diberikan police line dan ditutup sampai ada putusan yang jelas soal kasus ini namun kini terlihat masih beroperasi.

"Perdagangan anak dan perempuan  bagi saya itu kejahatan luar biasa," tegasnya.

Baca juga: Ultimatum Bagi 3 Shio pada Besok Kamis 31 Maret 2022, Urungkan Niat Jalan Jauh

Sementara Suster Fransiska Imakulata SSpS, mengungkapkan 4 anak yang kabur dari shelter Sta. Monika memanjat lewat pagar belakang dan diselundupkan melalui Labuan Bajo agar kembali ke Jawa.

Hingga kini dirinya masih menjalin komunikasi dengan keempat anak tersebut, tiga anak melalui telepon dan satunya lagi via aplikasi facebook.

Dari kasus ini dia menyimpulkan ada motif yang digunakan oleh pemilik Pub kepada 17 anak tersebut yakni dengan iming-iming pekerjaan dengan gaji tinggi dan semua akomodasi mereka ditanggung.

Baca juga: Raih Doktor Dengan Predikat Cumlaude, Ini Pesan Romo Maxi Un Bria

"Disini ada pola yang terbentuk, mereka menyasar anak-anak yang broken home di Jawa Barat, anak-anak ini juga minim pendidikan dan ekonomi sehingga mudah terpengaruh," jelasnya.

Menanggapi itu salah satu Dosen STFK Ledalero, Otto Gusti yang adalah putra Maumere menilai Truk-F lebih canggih dari kepolisian.

"Truk-F saja bisa komunikasi dengan mereka tapi koq kepolisian dengan alatnya yang canggih masa tidak bisa temukan mereka," ujarnya.(cr9)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved