Berita Nasional

Vladimir Putin Bakal Datang ke Indonesia, Begini Kata Luhut Panjaitan: Terlalu Dini Kita Berkomentar

Sampai saat ini Presiden Rusia, Vladimir Putin masih menjadi sorotan dunia. Ini terjadi sejak keputusannya untuk melakukan invasi ke Ukraina.

Editor: Frans Krowin
Via Intisari.grid.id
Presiden Jokowi dan Presiden Rusia Vladimir Putin membahas soal KTT G20? 

POS-KUPANG.COM - Sampai saat ini Presiden Rusia, Vladimir Putin masih menjadi sorotan dunia. Ini terjadi sejak keputusannya untuk melakukan invasi ke Ukraina.

Agresmi militer Rusia ke Ukraina pun dikutuk oleh dunia internasional. Tindakan Vladimir Putin dicap sebagai tindakan genosida, pembasmian kelompok tertentu dari muka bumi.

Bahkan Vladimir Putin dikatai sebagai penjahat perang karena membunuh banyak warga sipil dan pasukan bersenjata dan menghancurkan eksistensi suatu negara yang berdaulat

Dalam situasi yang demikian, kini beredar kabar bahwa Vladimir Putin akan segera datang ke Indonesia.

Kunjungan Vladimir Putin ke Indonesia itu dalam rangka menghadiri KTT G20 di Bali pada Oktober 2022 mendatang.

Kabar itu pun langsung disoroti media asing. Sejumlah media asing menurunkan berita yang bernada sama.

Reuters, The Sydney Morning Herald, Channel News Asia, Fox News, BBC, dan sejumlah media asing lainnya menurunkan berita dengan judul mirip 'Presiden Rusia Vladimir Putin akan Menghadiri Pertemuan G20 di Bali'.

Sorotan media asing tersebut mengutip pernyataan Duta Besar Rusia di Jakarta, Lyudmila Vorobyova, pada Rabu 23 Maret 2022.

Untuk diketahui, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20) di Bali, akan berlangsung pada akhir tahun 2022 ini.

Acara tersebut konon kabarnya akan dihadiri pula Presiden Rusia Vladimir Putin.

Kehadiran Vladimir Putin tersebut tentu menjadi salah satu perhatian publik.

Baca juga: Australia Salahkan Indonesia Gegara Undang Presiden Rusia Vladimir Putin ke KTT G20

Pasalnya, dalam sebulan terakhir sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Kamis 24 Februari 2022, muncul seruan yang menginginkan Rusia dikeluarkan dari kelompok tersebut.

Menanggapi seruan itu, Duta Besar Rusia Untuk Indonesia, Lyudmila Vorobyova mengatakan reaksi negara barat terhadap Rusia tak proporsional.

"Tak hanya G20, tapi banyak organisasi berusaha untuk mengeluarkan Rusia. Reaksi ini benar-benar tidak proporsional," katanya dalam konferensi pers Rabu 23 Maret 2022.

Keinginan Amerika dan sekutu barat untuk mengeluarkan keanggotaan Rusia dalam kelompok G20, tampaknya tidak akan mudah.

Pasalnya, sejumlah negara yang tergabung dalam G20, yakni China, India dan Arab Saudi, kemungkinan menggunakan vetonya untuk membatalkan usul tersebut.

Hak veto merupakan hak konstitusional penguasa untuk mencegah, menyatakan, menolak, atau membatalkan keputusan.

Sementara dalam pertemuan G20 tahun 2022 ini, Indonesia dipercayakan sebagai presidensi G20.

Acara puncak pertemuan para pemimpin G20 itu, akan dilaksanakan di Bali akhir tahun nanti.

Kecaman dari China

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, melontarkan pernyataan tegas tentang gagasan mengecualikan Rusia dari KTT G20 pada Oktober nanti.

"G20 adalah forum utama untuk kerja sama ekonomi internasional, dan Rusia adalah anggota penting di dalamnya."

"Jadi, tak ada anggota G20 yang berhak mencabut keanggotaan negara lain," kata diplomat itu seperti dilaporkan Straits Times, Rabu 23 Maret 2022.

Baca juga: Australia Protes Indonesia Undang Vladimir Putin Hadiri KTT G20

Terbetik kabar, China dilaporkan sudah memberikan tingkat perlindungan diplomatik ke Rusia setelah para pemimpin kedua negara menyatakan hubungan "tanpa batas" menyusul kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Beijing untuk Olimpiade Musim Dingin.

Pernyataan China itu menyusul pengarahan oleh penasihat keamanan nasional Amerika Serikat Jake Sullivan yang mengatakan Amerika Serikat akan memimpin tekanan agar Rusia dikecualikan dari berbagai forum internasional atas invasinya terhadap Ukraina.

"Kami percaya tidak bisa business as usual bagi Rusia di lembaga-lembaga internasional dan dalam komunitas internasional.”

Namun, Amerika Serikat berencana untuk berkonsultasi dengan sekutunya sebelum pernyataan lain dibuat, kata Sullivan.

Sebuah sumber Uni Eropa secara terpisah mengkonfirmasi diskusi tentang status Rusia pada pertemuan G20 mendatang, yang kursi bergilirnya saat ini dipegang oleh Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Panjaitan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Panjaitan (tribunnews.com)

Luhut Panjaitan: Masih Terlalu Dini

Sampai saat ini, Pemerintah Indonesia belum menentukan sikap terkait polemik kehadiran Presiden Rusia Vladimir Putin di KTT G20 yang akan berlangsung di Bali.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, masih terlalu dini bagi Indonesia, selaku Ketua Presidensi G20, membahas kehadiran para anggota G20, termasuk Rusia.

"Kita lihat saja, terlalu dini kita untuk berkomentar," kata Luhut usai menghadiri acara Business Matching Belanja Produk Dalam Negeri 2022 di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis 24 Maret 2022.

Luhut enggan bicara banyak terkait rencana Presiden Rusia tersebut.

Baca juga: Rencana Pembunuhan Vladimir Putin Terungkap, Elit Rusia Disebut Siapkan Racun untuk Sang Presiden

Ia hanya menyebut, G20 merupakan forum ekonomi yang bakal dihadiri negara-negara dengan perekonomian top dunia.

"Kita lihat, kita tunggu, G20 itu kan forum ekonomi, bukan politik," katanya.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin berencana menghadiri KTT G20 akhir tahun ini di Indonesia.

Ini disampaikan utusan Moskwa pada Rabu 23 Maret 2022, dilansir AFP.

Rencana Putin untuk ikut terlibat dalam forum ekonomi ini mendapat mendapat penolakan dari berbagai negara.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada Kamis 24 Maret 2022 mengatakan, keputusan Indonesia mengizikan kedatangan Presiden Rusia Vladimir Putin di G20 adalah langkah yang terlalu jauh. B

"Rusia menginvasi Ukraina. Ini adalah tindakan kekerasan dan agresif yang menghancurkan aturan hukum internasional," kata Morrison pada konferensi pers di Melbourne.

"Dan ide untuk duduk satu meja dengan Vladimir Putin, bagi saya, adalah langkah yang terlalu jauh." katanya.

Apa itu G20?

G20 memiliki kepemimpinan bergilir, yang tahun 2022 presidensinya dipegang Indonesia.

Namun apakah yang akan dibahas dalam KTT G20 di Bali Oktober nanti?

Menurut sumber resmi, G20 adalah platform multilateral strategis yang menghubungkan negara-negara maju dan negara-negara berkembang utama di dunia.

G20 punya peran strategis dalam mengamankan pertumbuhan dan kemakmuran ekonomi global di masa depan.

Bersama-sama, anggota G20 mewakili lebih dari 80 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, 75 persen perdagangan internasional, dan 60 persen penduduk dunia.

Baca juga: Vladimir Putin Marah Besar, Jenderal Pemimpin Pasukan Khusus Rusia Berkhianat, Langsung Ditangkap?

Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu Paus Fransiskus di Vatikan pada 2013.
Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu Paus Fransiskus di Vatikan pada 2013. (EPA)

Asal Mula G20

G20 dimulai tahun 1999 sebagai pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral, lalu berkembang menjadi pertemuan puncak tahunan yang melibatkan kepala negara dan kepala pemerintahan.

Selain itu, pertemuan sherpa (yang bertugas melakukan negosiasi dan membangun konsensus di antara para pemimpin), kelompok kerja, dan acara khusus juga diselenggarakan sepanjang tahun.

Anggota G20 saat ini adalah Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Cina, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Republik Korea, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

Spanyol juga diundang sebagai tamu tetap.

Pemerintah menerapkan travel bubble bagi para delegasi pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20, yang akan berlangsung di Jakarta mulai 15 Februari 2022.

Saat ini presidensi G20 dipegang Indonesia, yang memilih tema serta fokus dari seluruh kegiatan G20.

Untuk tahun 2022 Indonesia sebagai presidensi G20 fokus pada tiga pilar utama,

Arsitektur Kesehatan Global, Transisi Energi Berkelanjutan, dan Transformasi Digital.

Setiap tahun, Kepresidenan G20 mengundang negara-negara tamu, yang mengambil bagian penuh dalam seluruh kegiatan G20. Beberapa organisasi internasional dan regional juga berpartisipasi, memberikan forum tersebut representasi yang lebih luas.

Baca juga: Vladimir Putin Makin Tak Terkendali,Nekad Gunakan Rudal Hipersonik Hancurkan Gudang Senjata Ukraina

Kepresidenan G20 bergilir setiap tahun di antara para anggotanya. Negara yang memegang kepresidenan bekerja sama dengan pendahulu dan penerusnya, juga dikenal sebagai Troika, untuk memastikan kesinambungan agenda.

Saat ini Italia, Indonesia, dan India adalah negara Troika. Artinya, pendahulu kepemimpinan Indonesia adalah Italia, dan setelah Indonesia, G20 akan dipimpin oleh India.

G20 tidak memiliki sekretariat tetap. Agenda dan koordinasi kerja diselesaikan oleh utusan pemimpin G20 yang dikenal dengan sherpa bersama para menteri keuangan dan gubernur bank sentral.

Puncak kerja G20 di setiap siklus adalah komunike yang mengungkapkan komitmen dan visi anggota untuk masa depan, yang disusun dari rekomendasi yang dipilih, dan hasil dari pertemuan tingkat menteri serta hasil dari alur kerja lainnya.

G20 dibentuk pada tahun 1999 dengan tujuan untuk membahas kebijakan dalam rangka mencapai stabilitas keuangan internasional.

Militer Rusia makin sangar menyerang Ukraina. Setelah menembakan rudal hipersonk, kini Rusia mulai menggunakan rudal jelajah
Militer Rusia makin sangar menyerang Ukraina. Setelah menembakan rudal hipersonk, kini Rusia mulai menggunakan rudal jelajah (via Kontan.co.id)

Tujuan G20

Forum ini dibentuk sebagai upaya untuk mencari solusi atas kondisi ekonomi global yang dilanda krisis keuangan global pada tahun 1997-1999 dengan melibatkan negara-negara berpenghasilan menengah dan memiliki pengaruh ekonomi yang sistemik, termasuk Indonesia.

Atas saran para Menteri Keuangan G7, para Menteri Keuangan G20 dan Gubernur Bank Sentral mulai mengadakan pertemuan untuk membahas tanggapan terhadap krisis keuangan global yang terjadi.

Baca juga: Perang Rusia vs Ukraina: Rusia Invasi Ukraina, Vladimir Putin Ungkap Tujuan Utama Bebaskan Donbass

Setelah itu, pertemuan tingkat Menteri Keuangan diadakan secara rutin pada musim gugur setiap tahun.

Sembilan tahun kemudian, pada 14-15 November 2008, para pemimpin negara-negara G20 berkumpul untuk KTT G20 yang pertama.

Pada kesempatan itu, para pemimpin negara tersebut mengoordinasikan respons global terhadap dampak krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat saat itu dan sepakat untuk mengadakan pertemuan lanjutan.

Untuk mempersiapkan KTT tahunan, para Menteri Keuangan G20 dan Gubernur Bank Sentral, bersama dengan para sherpa bertemu beberapa kali dalam setahun.

Indonesia Presidensi G20

Saat ini presidensi G20 dipegang Indonesia, yang memilih tema serta fokus dari seluruh kegiatan G20.

Indonesia memandang dunia membutuhkan tindakan kolektif dan kolaborasi inklusif yang lebih kental di antara negara-negara maju utama dan ekonomi berkembang di seluruh dunia.

Untuk tahun 2022, Indonesia sebagai presidensi G20 fokus pada tiga pilar utama, Arsitektur Kesehatan Global, Transisi Energi Berkelanjutan, dan Transformasi Digital.

Melalui pilar-pilar tersebut, Indonesia mengatakan akan terus memimpin dalam memastikan akses yang adil terhadap vaksin Covid-19, dan mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif melalui partisipasi UMKM dan ekonomi digital.

Baca juga: Vladimir Putin Terancam Lengser Dari Kursi Presiden , Anak- Muda Rusia Tak Suka Negaranya Berperang

Selain itu, Indonesia mendorong peningkatan kapasitas kolektif melalui reformasi perpajakan global, kerja sama yang lebih kuat dalam memerangi korupsi, pendalaman pembiayaan infrastruktur, dan mendorong kerja sama internasional yang lebih demokratis, dan representatif.  (*)

Berita Lain Terkait KTT G20 di Bali

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved