Berita NTT Hari Ini
Perjalanan Urbanus Reko dari Petugas Lapangan Hingga General Manager Kopdit Solidaritas
bahasa Kupang, Lu Susah Beta Bantu, Beta Susah Lu Bantu, itu tidak terjawab. Yang ada hanya Lu Susah Beta Bantu, Beta Susah Lu Kabur.
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
Dizaman itu setiap rumah yang saya kunjung itu menggantikan uang bensin Rp. 2.000. Ada yang beri kita uang ada yang tidak, kita tidak bisa paksa karena itulah situasi pada saat itu. Bahkan sampai motor kita minyak habis di jalan. Itu adalah resiko di lapangan.
E : Selama dari 2002 sampai 2022 apakah pernah ada hal yang membuat ingin menyerah saja?
U : Kalau pengalaman sebagai petugas lapangan saya pernah, bukan menyerah juga tapi memang saya waktu itu dimasa peralihan di tahun 2004 saya coba mau melamar ke salah satu LSM, saya coba melamar tapi waktu itu bukan atas keinginan saya tapi saya punya keinginan, saya tidak mungkin melepaskan ini Kopdit.
Yang pertama saya melihat pihak Gereja sendiri, waktu itu zaman Romo Kris Saku, Pastor Paroki terus mendorong yang namanya Gerakan Koperasi Umat dimana anak - anak yang permandian dan sambut baru pada saat itu, anak - anaknya buka tabungan melalui Paroki tinggal orangtuanya tambah. Itu kebijakan Romo. Itu yang membuat saya tambah semangat.
Lalu yang berikut pernah juga saya diajak orang yang mau mempekerjakan saya di perusahaannya, bagaimana kamu bertahan dengan gaji yang masih di bawah UMR itu sementara kamu sudah mau berkeluarga, tapi saya tetap maju, dia tawar saya dengan gaji Rp. 1 juta saya masih gaji Rp. 450.000 saya bilang tidak bisa.
Kecintaan saya terhadap Kopdit Solidaritas ini. Saya mengatakan bahwa bagaimana saya sudah bermitra dengan anggota yang saya melihat dari yang sebelumnya tidak punya tanah, melalui koperasi dia beli tanah dan melalui koperasi dia bisa pinjam bangun rumah lagi, menyekolahkan anaknya, kitae sudah hubungan baik jadi saya tidak bisa jadi saya mengatakan bahwa kalau saya mengundurkan diri dari Kopdit, sejak awal - awal.
Waktu itu saya juga sudah miliki motor bahkan saya pinjam dari Kopdit ini bisa beli tanah, saya punya rumah. Disitu saya merasa bahwa Kopdit ini punya jasa besar. Ini yang membuat saya bertahan.
E : Selama di lapangan apakah ada pengalaman unik yang masih ingat ceritanya?
U : Iya. Saya pikir ini menjadi pengalaman yang sangat berharga. Ternyata tidak semua orang, tidak semua anggota yang punya itikad baik, itu yang saya alami. Dadi seratus mungkin ada satu dua. Jadi kita kunjung ke rumahnya hanya karena mau mengambil setoran lalu dia menyampaikan uang tidak ada.
Tapi anehnya kita datang di bulan berikut ada perubahan di rumahnya. Yang sebelumnya tidak punya keramik, rumah sudah punya keramik bahkan sebelumnya kursi yang (biasa) sudah kursi yang bagus, yang sofa.
Akhirnya di zaman itu saya dengan manager, untuk menghibur diri sekedar hanya sambil guyon, ada bahasa yang saya sampaikan, bapak ini luar biasa, bapak ini hebat.
Bapak bisa membangun rumah ini yang sebelumnya belum punya keramik dan sampai pada kursi dalam rumah lumayan bahkan anak juga sekolah, yang lain - lain bapak hebat, saya mengatakan bahwa bapak punya dosa cuma satu yaitu bapak dosa utang tidak bayar.
Karena saya pesan begini, ini yang bapak pinjam sebenarnya sebagian orang lain punya uang. Kenapa di motto kita yang dikatakan dalam bahasa Kupang, Lu Susah Beta Bantu, Beta Susah Lu Bantu, itu tidak terjawab. Yang ada hanya Lu Susah Beta Bantu, Beta Susah Lu Kabur. Nah itu tidak boleh terjadi.
Disitu kesetiakawanan itu tidak akan terjawab.
Saya menyampaikan seperti itu, bapak itu malu hati dengan saya sampai - sampai akhirnya dia berpikir seperti apa, dia mencicil dan mengatakan, anak punya bahasa menggugah saya dan saya terus menyampaikan, ketika kita menggunakan uang tidak sesuai dengan tujuan, kita menyalahgunakan, karena kita memberikan pelayanan dengan setulus hati lalu menggunakan uang tidak sesuai dengan tujuan, sudah pasti kalaupun usaha pasti gagal karena doa dari orang - orang kecil karena Kopdit ini kan kumpul dari orang - orang susah.