Perang Rusia Ukraina
Kisah Pilu Warga Ukraina, Kubur Jenazah di Pinggir Jalan, Bersikukuh Pertahankan Kota Mariupol
Warga Mariupol mengubur jenazah para korban tewas di pinggir jalan setelah kota pelabuhan tersebut dibombardir pasukan Rusia.
"Kami sedang memasak di api unggun. Untuk saat ini, kami memiliki beberapa makanan dan kayu bakar. Dalam seminggu kami tidak akan memiliki apa-apa, tidak ada makanan sama sekali."
Beberapa bagian Mariupol dikuasai Rusia dan beberapa lainnya tetap di bawah kendali Ukraina, sehingga penduduk tidak mengetahui nasib kerabat yang tinggal di distrik lain.
Natalia seorang pekerja di taman kanak-kanak mengatakan, dia tinggal bersama anak-anaknya dan tidak bisa kembali ke flatnya sendiri di seberang kota.
"Tidak ada kabar, tidak ada informasi. Semuanya hancur... Kami tidak tahu bagaimana kami akan hidup sekarang."
Tolak Ultimatim Rusia
Rusia mengultimatum Ukraina untuk menyerahkan Mariupol yang telah dikempung militer Moskwa. Namun Pemerintah Ukraina menolak dengan tegas.
"Ukraina menolak ultimatum untuk menyerahkan kota pelabuhan Mariupol yang terkepung kepada pasukan Rusia," kata Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk, Senin 21 Maret 2022.
"Tidak ada pembicaraan tentang penyerahan senjata. Kami sudah memberitahu pihak Rusia tentang hal ini," kata Vereshchuk kepada surat kabar Ukrainska Pravda.
Baca juga: Perang Rusia vs Ukraina: Pasukan Rusia Paksa Ribuan Perempuan dan Anak-anak Mariupol Pindah Paksa
"Ini adalah manipulasi yang disengaja dan ini adalah situasi penyanderaan yang nyata," tambahnya tentang tuntutan tersebut, dikutip dari AFP.
Rusia memberi ultimatum ke Mariupol pada Minggu 20 Maret 2022 malam, mendesak para pembelanya untuk menyerah sebelum Senin 21 Maret pukul 05.00 pagi waktu setempat.
"Kami menyerukan unit Angkatan Bersenjata Ukraina, batalyon pertahanan teritorial, tentara bayaran asing, untuk menghentikan perlawanan, letakkan senjata, dan memasuki wilayah yang dikendalikan oleh Kyiv di sepanjang koridor kemanusiaan yang disepakati dengan pihak Ukraina," ujar Mikhail Mizintsev kepala Pusat Kontrol Pertahanan Nasional Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia yang berbicara kepada otoritas Mariupol di aplikasi perpesanan Telegram menulis, "Anda adalah orang-orang yang sekarang memiliki hak untuk membuat pilihan bersejarah -- entah Anda bersama orang-orang Anda atau Anda bersama para penjahat."
Baca juga: Rusia Serang Ukraina dengan Rudal Jelajah dari Laut
"Jika tidak, pengadilan militer yang menanti Anda hanya sedikit dari apa yang telah Anda alami karena sikap tercela terhadap warga Anda sendiri, serta kejahatan dan provokasi mengerikan yang telah Anda lakukan."
Mariupol, kota pelabuhan strategis yang sebagian besar warganya berbahasa Rusia di tenggara Ukraina, menjadi salah satu target utama serangan Rusia. Kota ini dihantam tembakan Rusia selama berhari-hari, mengalami pemadaman komunikasi yang hampir total, dan terputus dari pasokan makanan, air, serta kebutuhan lainnya.
Kementerian Pertahanan Rusia berkata, akan membuka koridor kemanusiaan untuk memungkinkan penduduk pergi pada Senin pukul 10.00 pagi waktu setempat jika penyerahan itu disetujui. (*)