Perang Rusia Ukraina

Kisah Pilu Warga Ukraina, Kubur Jenazah di Pinggir Jalan, Bersikukuh Pertahankan Kota Mariupol

Warga Mariupol mengubur jenazah para korban tewas di pinggir jalan setelah kota pelabuhan tersebut dibombardir pasukan Rusia.

Editor: Alfons Nedabang
ARIS MESSINIS/AFP
Prajurit Ukraina mengevakuasi seorang wanita tua dengan tandu dari kota Irpin pada 13 Maret 2022. 

POS-KUPANG.COM - Dampak invasi Rusia ke Ukraina kian mengerikan. Banyak warga sipil menjadi korban peperangan. Dalam situasi yang tidak menentu, warga terpaksa menguburkan jenazah di pinggir jalan.

Warga Mariupol Ukraina mengubur jenazah para korban tewas di pinggir jalan setelah kota pelabuhan tersebut dibombardir habis-habisan oleh pasukan Rusia.

Andrei contohnya, yang tampak sibuk mengubur tetangganya yang tewas di kuburan darurat di pinggir jalan, di seberang blok apartemen yang dibom.

Suasana mengerikan masih terpampang di Mariupol pada Minggu 20 Maret 2022, yang dilanda beberapa pengeboman dan baku tembak sengit sejak invasi Rusia ke Ukraina tanggal 24 Februari.

Baca juga: Kyiv Dibombardir Rusia, Polisi Ukraina Teriak Minta Tolong Presiden Biden dan Presiden Macron

Berhenti sejenak dengan sekopnya, Andrei mengatakan bahwa tetangga yang dia kuburkan bukan terbunuh oleh peluru atau granat Rusia, melainkan meninggal karena penyakit yang diperburuk oleh tekanan besar selama beberapa minggu terakhir setelah tidak dapat bantuan medis.

"Bom-bom itu tidak membunuh mereka, tetapi semua ini... situasi (di) ruang bawah tanah, kurangnya aktivitas fisik, stres, juga dingin," kata Andrei, dikutip dari Reuters.

Di dekatnya, beberapa mayat tergeletak tertutup selimut kotor. Beberapa orang berjalan dengan susah payah membawa barang-barang mereka dalam kantong plastik atau kotak kardus.

Andrei mengatakan, dia dan teman-temannya disarankan oleh militer Ukraina untuk menyimpan mayat di ruang bawah tanah yang dingin, tetapi tempat itu sudah penuh dengan orang-orang yang berlindung dari serangan artileri serta rudal Rusia.

"Saya berharap akan ada semacam penguburan kembali dan ini hanya sementara," tambahnya seraya menunjuk ke lubang di tanah.

Baca juga: Rusia Perintahkan Ukraina untuk Meletakkan Senjata di Mariupol yang Terkepung

Sekitar 400.000 orang terjebak di Mariupol--kota pelabuhan strategis di Laut Azov--selama lebih dari dua minggu, dan kalau ada dengan sedikit akses ke air, makanan, pemanas, atau listrik, kata pihak berwenang setempat.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Sabtu 19 Maret 2022 mengatakan, pengepungan Mariupol oleh Rusia adalah teror yang akan diingat selama berabad-abad yang akan datang.

Kementerian Pertahanan Rusia pada Minggu 20 Maret 2022 menyalahkan nasionalis Ukraina atas bencana kemanusiaan di Mariupol, dan memberi kota itu waktu hingga Senin 21 Maret 2022 dini hari untuk menyerah.

Dikatakan bahwa 59.000 orang telah dievakuasi dari Mariupol dalam tiga hari terakhir, menurut kantor berita Rusia TASS.

Duduk di ruang bawah tanah yang telah menjadi kediamannya selama 11 hari terakhir, Irina Chernenko, pustakawan di universitas, berujar, dia tidak tahu berapa lama lagi mereka bisa bertahan seperti ini.

"Kami berharap yang terbaik... untuk hidup sebagai manusia. Blok apartemen hancur, semuanya hancur. Ke mana kita bisa pergi dari ruang bawah tanah?"

Baca juga: Putin Siapkan Senjata Canggih Ini Untuk Hancurkan Ukraina, Sekali Tembak Sasaran Hancur Lebur

"Kami sedang memasak di api unggun. Untuk saat ini, kami memiliki beberapa makanan dan kayu bakar. Dalam seminggu kami tidak akan memiliki apa-apa, tidak ada makanan sama sekali."

Beberapa bagian Mariupol dikuasai Rusia dan beberapa lainnya tetap di bawah kendali Ukraina, sehingga penduduk tidak mengetahui nasib kerabat yang tinggal di distrik lain.

Natalia seorang pekerja di taman kanak-kanak mengatakan, dia tinggal bersama anak-anaknya dan tidak bisa kembali ke flatnya sendiri di seberang kota.

"Tidak ada kabar, tidak ada informasi. Semuanya hancur... Kami tidak tahu bagaimana kami akan hidup sekarang."

Tolak Ultimatim Rusia

Rusia mengultimatum Ukraina untuk menyerahkan Mariupol yang telah dikempung militer Moskwa. Namun Pemerintah Ukraina menolak dengan tegas.

"Ukraina menolak ultimatum untuk menyerahkan kota pelabuhan Mariupol yang terkepung kepada pasukan Rusia," kata Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk, Senin 21 Maret 2022.

"Tidak ada pembicaraan tentang penyerahan senjata. Kami sudah memberitahu pihak Rusia tentang hal ini," kata Vereshchuk kepada surat kabar Ukrainska Pravda.

Baca juga: Perang Rusia vs Ukraina: Pasukan Rusia Paksa Ribuan Perempuan dan Anak-anak Mariupol Pindah Paksa

"Ini adalah manipulasi yang disengaja dan ini adalah situasi penyanderaan yang nyata," tambahnya tentang tuntutan tersebut, dikutip dari AFP.

Rusia memberi ultimatum ke Mariupol pada Minggu 20 Maret 2022 malam, mendesak para pembelanya untuk menyerah sebelum Senin 21 Maret pukul 05.00 pagi waktu setempat.

"Kami menyerukan unit Angkatan Bersenjata Ukraina, batalyon pertahanan teritorial, tentara bayaran asing, untuk menghentikan perlawanan, letakkan senjata, dan memasuki wilayah yang dikendalikan oleh Kyiv di sepanjang koridor kemanusiaan yang disepakati dengan pihak Ukraina," ujar Mikhail Mizintsev kepala Pusat Kontrol Pertahanan Nasional Rusia.

Kementerian Pertahanan Rusia yang berbicara kepada otoritas Mariupol di aplikasi perpesanan Telegram menulis, "Anda adalah orang-orang yang sekarang memiliki hak untuk membuat pilihan bersejarah -- entah Anda bersama orang-orang Anda atau Anda bersama para penjahat."

Baca juga: Rusia Serang Ukraina dengan Rudal Jelajah dari Laut

"Jika tidak, pengadilan militer yang menanti Anda hanya sedikit dari apa yang telah Anda alami karena sikap tercela terhadap warga Anda sendiri, serta kejahatan dan provokasi mengerikan yang telah Anda lakukan."

Mariupol, kota pelabuhan strategis yang sebagian besar warganya berbahasa Rusia di tenggara Ukraina, menjadi salah satu target utama serangan Rusia. Kota ini dihantam tembakan Rusia selama berhari-hari, mengalami pemadaman komunikasi yang hampir total, dan terputus dari pasokan makanan, air, serta kebutuhan lainnya.

Kementerian Pertahanan Rusia berkata, akan membuka koridor kemanusiaan untuk memungkinkan penduduk pergi pada Senin pukul 10.00 pagi waktu setempat jika penyerahan itu disetujui. (*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved