Perang Rusia Ukraina
Kisah Pilu Warga Ukraina, Kubur Jenazah di Pinggir Jalan, Bersikukuh Pertahankan Kota Mariupol
Warga Mariupol mengubur jenazah para korban tewas di pinggir jalan setelah kota pelabuhan tersebut dibombardir pasukan Rusia.
POS-KUPANG.COM - Dampak invasi Rusia ke Ukraina kian mengerikan. Banyak warga sipil menjadi korban peperangan. Dalam situasi yang tidak menentu, warga terpaksa menguburkan jenazah di pinggir jalan.
Warga Mariupol Ukraina mengubur jenazah para korban tewas di pinggir jalan setelah kota pelabuhan tersebut dibombardir habis-habisan oleh pasukan Rusia.
Andrei contohnya, yang tampak sibuk mengubur tetangganya yang tewas di kuburan darurat di pinggir jalan, di seberang blok apartemen yang dibom.
Suasana mengerikan masih terpampang di Mariupol pada Minggu 20 Maret 2022, yang dilanda beberapa pengeboman dan baku tembak sengit sejak invasi Rusia ke Ukraina tanggal 24 Februari.
Baca juga: Kyiv Dibombardir Rusia, Polisi Ukraina Teriak Minta Tolong Presiden Biden dan Presiden Macron
Berhenti sejenak dengan sekopnya, Andrei mengatakan bahwa tetangga yang dia kuburkan bukan terbunuh oleh peluru atau granat Rusia, melainkan meninggal karena penyakit yang diperburuk oleh tekanan besar selama beberapa minggu terakhir setelah tidak dapat bantuan medis.
"Bom-bom itu tidak membunuh mereka, tetapi semua ini... situasi (di) ruang bawah tanah, kurangnya aktivitas fisik, stres, juga dingin," kata Andrei, dikutip dari Reuters.
Di dekatnya, beberapa mayat tergeletak tertutup selimut kotor. Beberapa orang berjalan dengan susah payah membawa barang-barang mereka dalam kantong plastik atau kotak kardus.
Andrei mengatakan, dia dan teman-temannya disarankan oleh militer Ukraina untuk menyimpan mayat di ruang bawah tanah yang dingin, tetapi tempat itu sudah penuh dengan orang-orang yang berlindung dari serangan artileri serta rudal Rusia.
"Saya berharap akan ada semacam penguburan kembali dan ini hanya sementara," tambahnya seraya menunjuk ke lubang di tanah.
Baca juga: Rusia Perintahkan Ukraina untuk Meletakkan Senjata di Mariupol yang Terkepung
Sekitar 400.000 orang terjebak di Mariupol--kota pelabuhan strategis di Laut Azov--selama lebih dari dua minggu, dan kalau ada dengan sedikit akses ke air, makanan, pemanas, atau listrik, kata pihak berwenang setempat.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Sabtu 19 Maret 2022 mengatakan, pengepungan Mariupol oleh Rusia adalah teror yang akan diingat selama berabad-abad yang akan datang.
Kementerian Pertahanan Rusia pada Minggu 20 Maret 2022 menyalahkan nasionalis Ukraina atas bencana kemanusiaan di Mariupol, dan memberi kota itu waktu hingga Senin 21 Maret 2022 dini hari untuk menyerah.
Dikatakan bahwa 59.000 orang telah dievakuasi dari Mariupol dalam tiga hari terakhir, menurut kantor berita Rusia TASS.
Duduk di ruang bawah tanah yang telah menjadi kediamannya selama 11 hari terakhir, Irina Chernenko, pustakawan di universitas, berujar, dia tidak tahu berapa lama lagi mereka bisa bertahan seperti ini.
"Kami berharap yang terbaik... untuk hidup sebagai manusia. Blok apartemen hancur, semuanya hancur. Ke mana kita bisa pergi dari ruang bawah tanah?"
Baca juga: Putin Siapkan Senjata Canggih Ini Untuk Hancurkan Ukraina, Sekali Tembak Sasaran Hancur Lebur