Cerpen

Surat Sakti untuk Umbu 

Umbu, surat sakti ini Bapak tulis akhir Januari 2022 ketika hujan air mata sudah berhenti. Sekarang Bapak sudah sehat walafiat.

Editor: Agustinus Sape
KOMPAS.com
Ilustrasi 

Ya, sudahlah, anak! Orang punya kebebasan untuk menilai apa yang sudah terjadi. Kita ambil saja nilai positifnya, untuk refleksi demi perbaikan di kemudian hari.

Bapak mungkin saja ikut-ikutan mengatakan, bahwa kamu tidak baik karena memang saya rasakan betapa sakitnya diri Bapak saat itu. Tetapi Bapak sangat percaya, bahwa dengan campur tangan Tuhan suatu waktu kamu baik dan berbuat baik pada Bapak.

Di kala engkau melakukan yang terbaik dalam hidupmu dan juga berbuat baik pada Bapak, maka di sanalah engkau mengalami kemenangan abadi. Tuhan pasti memberi engkau berkat dan rahmat berlimpah-limpah seperti yang engkau inginkan.

Di situlah engkau merasa, bahwa engkau berada dalam ruang pembelajaran yang tepat yang sangat berbeda ruang pembelajaran masa lalu yang disarati dengan masalah pembunuhan orang tua kandung, pemerkosaan terhadap saudari kandung, dan masih banyak lagi yang lain.

Cukup sudah dengan satu peristiwa yang terjadi pada diri bapak. Untung Bapak sendiri yang jadi korbannya. Kalau korbannya orang lain, maka tidak tahu apa yang terjadi, mungkin saja kita yang satu turunan disapu habis.

Setelah jadi orang bebas bisa saja engkau lakukan perbuatan yang lebih kejam daripada yang Bapak rasakan seandainya engkau masih kembali di ruang pembelajaran yang salah.

Bapak berharap dan kiranya surat Sakti yang Bapak kirim dan Bapak pastikan sampai di tanganmu disimpan dengan rapi dan selalu dibaca demi masa depanmu yang lebih baik sebelum dan sesudah Bapak  mati.

Tetapi manakala takdir hidupmu yang Tuhan atur, engkau harus membunuh orang baru puas hatimu, maka janganlah jauh-jauh mencari. Bapak siap sorong leher dan Bapak tidak melawan. Demi Tuhan, Bapak tidak melawan kalau anak kandung yang haus darah. Setelah Bapak mati daku panewiki, ango…

Umbu, surat sakti ini Bapak tulis akhir Januari 2022 ketika hujan air mata sudah berhenti. Sekarang Bapak sudah sehat walafiat. Dengan Tuhan tolong Umbu juga pasti sehat dan ke depan Bapak yakin engkau baik. Salam damai dari SP 2.

Tambolaka, 16 Maret 2022

Catatan:

1. Daku panewiki, ango: tidak bicara (makna denotasi), tidak sumpah, tidak kutuk (makna konotasi)

2. Horok: sembelih, potong

 Aster Bili Bora, sastrawan tinggal di Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT. Email: asteriusbilibora@gmail.com

Antologi cerpennya: Bukan sebuah jawaban (1988), Matahari jatuh (1990),  Bilang saja saya sudah mati ( 2022), dan yang akan menyusul terbit: antologi cerpen Laki yang terbuang, dan antologi Lahore. Karya novel yang sedang disiapkan: Laki yang kesekian-sekian. Antologi bersama pengarang lain:  Seruling perdamaian dari bumi flobamora tahun 2018 , Tanah Langit NTT tahun 2021,  Gairah Literasi Negeriku tahun 2021 .

Baca juga: Seandainya Engkau Perempuan, Dia Tidak Akan Mati

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved