Cerpen

Surat Sakti untuk Umbu 

Umbu, surat sakti ini Bapak tulis akhir Januari 2022 ketika hujan air mata sudah berhenti. Sekarang Bapak sudah sehat walafiat.

Editor: Agustinus Sape
KOMPAS.com
Ilustrasi 

Sebelum Bapak pingsan seorang anak kecil dalam gendongan dengan sangat prihatin bertanya pada mamanya, “Kenapa si Dia?”

Hati Bapak tambah sedih di kala itu, karena anak kecil yang belum kenal huruf A sebesar lopo memiliki perasaan kasih, sementara…

Setelah seminggu Bapak keluar dari opname dan berada di rumah, video yang sangat viral itu dipertontonkan di depan Bapak. Kejadian awal di depan penjual Hanphone, ditarik paksa seperti orang PKI  yang siap ditembak mati di pantai Rua, dirogo-rogo, diinjak, kerumunan orang banyak yang menonton gratis, dan siapa yang angkat bapak ke rumah sakit;  semuanya lengkap dalam video.

Melihat ulang peristiwa tersebut, hati Bapak remuk-redam dan menangis terseduh-seduh karena anak kandung buat Bapak demikian.

Ketika itu, alam bawah sadar Bapak bertanya, “Seandainya orang yang menyiksa saya, maka siapakah yang  berani membela?”

Kalau akhirnya Umbu ditahan pihak yang berwajib semata-mata atas desakan publik dan relawan kemanusiaan.

Kakakmu yang di kampung, engkau jangan salahkan. Hatinya memberontak seperti halnya juga orang lain dengan komentar-komentar yang menyalahkan engkau, tetapi bukan dialah  pelapor kalau akhirnya  sampai engkau diciduk polisi. Kakakmu diam dan pasrah, karena dia tidak mau memperbesar rasa malu keluarga.

Kepada teman-teman dan juga kepada istrinya, ia sering berkata, “Kita percayakan saja pada penegak hukum. Bagaimana awal persaoalan, saya tidak ikut campur. Bapak rumah sendiri, Umbu rumah sendiri, dan kita juga sudah rumah sendiri. Prinsipnya, tidak mau intervensi.”

Dengan Umbu ditahan, tidak ada dari mulut Bapak yang keluar, ”Biar tahu rasa!” Sumpah demi Tuhan, karena engkau adalah tetesan darah Bapak yang terbentuk jadi manusia dalam rahim mamamu.

Haram untuk mengutuk dan membenci, entah apa pun alasannya, karena engkau adalah darah-daging saya sendiri. Justru saya terus berdoa kiranya Tuhan tetap memberikan berkat dan rahmat berlimpah kepada kalian semua.  

Bapak saat ini sudah sadari akar masalahnya. Ya, Bapak harus katakan bahwa Umbu tidak salah. Bapaklah yang salah dari awal mengapa manja kelewat bodoh. Sekarang orang tua petik hasilnya.

Di masa kecil engkau dimanja-manja. Apa pun yang engkau minta, jarang orang tua menolak. Bapak tidak hitung-hitungan karena engkau anak bungsu tumpahan kasih sayang terakhir bapak-mama.

Setelah engkau dewasa, lebih-lebih setelah engkau ada istri-anak, maka tidak seluruh yang engkau minta  dipenuhi karena orang tua mencintaimu dengan setulus hati.

Sejatinya Bapak tidak rela engkau menderita setelah orang tua mati. Sebab itu, selama Bapak masih hidup, Bapak tidak terus-menerus memberi setiap apa yang engkau minta.

Maksudnya apa, supaya engkau belajar tentang kehidupan nyata. Engkau tahu suka-dukanya sehingga nanti engkau menjadi manusia sukses yang pantang menyerah.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved