Dokter Terduga Teroris
Dokter Sunardi Terduga Teroris Tewas Ditembak Densus, Sering Gratiskan Biaya Pengobatan Pasien
Terduga teroris dokter Sunardi selama ini praktik di rumahnya di Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Jawa Tengah.
Rumah yang berada di pinggir jalan itu memiliki pagar berkelir putih dengan banyak bunga dan tanaman hias di depan pagarnya. Di teras rumahnya yang cukup luas itu terparkir sebuah sepeda motor jenis bebek.
Kemudian terdapat bangku panjang warna putih yang diletakkan di samping barat pintu utama rumah. Pada bagian jendela, tertempel sebuah plakat bertuliskan dokter Sunardi di bawahnya tercantum jam praktik dirinya yakni pukul 06.00-08.00 dan 17.00-20.00 WIB.
Baca juga: Munarman Serang Jaksa Atas Kasus Tudingan Teroris: Ini Cipta Kondisi! Jaksa Malah Bilang Begini
Ketua RT Bambang Pujiana Eka Warsono menjelaskan, semenjak informasi penangkapan dengan penembakan itu rumahnya sepi. Adapun Sunardi menurut dia berprofesi sebagai dokter.
"Pekerjaannya yang saya tahu sampai saat ini dokter, kalau kelihatannya dokter umum," ujar Bambang.
Sepanjang membuka praktik medis, Bambang tak pernah menyaksikan kediaman sang dokter ramai. "Kalau saya lewat ya tidak ramai, sepi artinya tidak ada banyak pasien," katanya.
Meski berprofesi sebagai dokter, menurut Bambang sosok Sunardi dikenal sebagai antisosial. Dia tidak pernah bersosialisasi dengan para warga setempat.
"Semenjak saya megang Ketua RT dari 2019 itu saya mengadakan pertemuan kegiatan warga dia tidak pernah ada, tidak pernah datang, tidak pernah sosialisasi," ungkapnya heran.
Baca juga: Akhirnya Terungkap, Sosok Kepercayaan Habib Rizieq Shihab Ini Terlibat Aksi Teroris di Tanah Air
Alasan Sunardi tak pernah bersosialisasi pun tak diketahui oleh Bambang. Dirinya juga tak pernah menanyakan kepada yang bersangkutan. Bahkan, Bambang menyebut Sunardi tak pernah membayar iuran warga yang hanya berjumlah Rp 25.000 per bulan.
"Tidak sama sekali, boleh dicek di bendahara saya, kalau yang namanya pak Sunardi itu tidak pernah iuran. Padahal iuran di tempat saya cuma Rp 25.000 per bulan," katanya.
Selama ini pun Bambang tak pernah bertegur sapa ataupun mengobrol dengan Sunardi. Sosok dokter yang disebutnya bertubuh agak gempal itu memang sudah dikenal di kampung tidak pernah beraktivitas apa-apa.
Baca juga: Pergulatan Memeluk Islam di Kupang yang Mayoritas Warganya Protestan, Kami Bukan Teroris
Sunardi juga dikatakan Bambang berjalan menggunakan tongkat bantu, karena kakinya pernah mengalami kecelakaan. Hanya beberapa kali Bambang pernah berpapasan dengan Sunardi menunaikan ibadah salat.
Namun sekali lagi Bambang menegaskan tak pernah ada tutur kata atau obrolan terucap dari mulut Sunardi kepadanya.
"Biasanya kalau saya ketemu itu pas maghrib sama isya. Itu saja kadang tidak ketemu, ya tidak rutin, ya cuma pernah salat disitu," jelas dia. (tribun network/dit/igm/wly)