Internasional Womans Day
Perempuan Hadir dan Beri Warna di Legislatif
Perempuan hadir di lembaga legislatif/DPRD turut memberikan warna, karena di lembaga legislatif semua produk yang dihasilkan merupakan kebijak
Hari ini kami masih terus diuji, apakah sampai pada perjuangan bersama atau gagal. Kami tinggalkan legasi bagi perempuan muda bahwa kita bisa jatuh tapi ingat, jangan pakai baju dan sepatu orang lain. Berupaya menemukan apa yang cocok bagi anda dan pakai untuk berjalan," ujarnya.
Sementara dalam penyampaian materi, Emi mengatakan, ketika Tuhan berkehendak dirinya menjadi Ketua DPRD, dirasakan bahwa
menjadi pemimpin itu gampang-gampang susah.
"Ini pengalaman baru. Kita tidak punya bentuk kepemimpinan perempuan,tidak ada,selama ini kepemimpinan maskulin.
Sehingga kita harus adopsi kepemimpinan laki-laki," katanya.
Pengalaman yang ada, lanjutnya, menjadi ketua awalnya sulit, lingkungan tidak biasa DPRD dipimpin oleh perempuan. Jika di eksekutif itu jabatan struktural, tapi di DPRD beda.
"Jika kami 65 orang,maka saya harus bersama ke 64 . Selama ini tidak ada pemimpin perempuan. Perempuan selalu mendengar dan itu terjadi sesungguhnya, sehingga kami coba melakukan dan sudah dua tahun lebih semuanya bisa berjalan baik," ujarnya.
Apa tantangan-tantangan, menghapus stigma perempuan itu tidak bisa?
Emi mengakui, tantangannya ada, namun tetap harus percaya diri.
Butuh waktu juga dalam memberi dorongan kepada perempuan dan anak perempuan kita bahwa kita mampu.
Sedangkan soal budaya, Emi mengatakan, budaya ada secara internal dan eksternal. Misalkan, sekolahkan anak perempuan dapat hasil ganda, dia mendapat ilmu, tapi juga di rumah dia bisa mengatur.
"Kita siapkan perempuan agar punya kesempatan ada di ruang publik. Laki-laki juga kita ajar agar sampaikan bahwa saudara perempuan adik perempuannya juga mampu.(*)
