Berita Lembata Hari Ini
Krisis Air Bersih dan Infrastruktur Masih Jadi Masalah di Kecamatan Atadei Lembata
dia berjanji untuk mengkawal semua usulan yang diajukan lima belas kepala desa untuk diperhatikan Pemda.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricardus Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Masih banyak desa di kecamatan Atadei, kabupaten Lembata belum menikmati air bersih, layaknya desa-desa lainnya di wilayah itu.
Padahal, Atadei sendiri terkenal dengan daerah yang memiliki banyak sekali sumber mata air dan terbukti dinikmati oleh beberapa kecamatan di Lembata.
Informasi kekurangan air bersih ini mencuat dalam Musrenbang RKPD tahun 2023 di Kecamatan Atadei, Rabu 2 Maret 2022 yang disampaikan oleh Camat Atadei Ryan Demoor.
Baca juga: BREAKING NEWS : Bocah 5 Tahun Ditemukan Meninggal Dunia di Wuekerong Lembata
Menurut Ryan, dari lima belas desa di kecamatan itu, ada empat desa yang sampai sekarang belum menikmati air bersih.
"Termasuk desa Atakore, Dulir, Lewogroma dan Lerek itu desa desa yang sampai saat ini sudah air," ungkap dia kepada wartawan di sela- sela Musrenbang.
Kondisi ini pun sudah terjadi sejak lama, dan selalu berulang tahun sehingga pada momentum Musrenbang tersebut hal serupa kembali diusulkan.
Baca juga: Eksplorasi Budaya Lembata Sia-sia Jika Dokumen Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Tak Diperbaharui
Usulan ini juga, sebut dia, tidak lagi menjadi usulan murni desa tapi sudah berubah menjadi usulan pemerintah kecamatan.
"Dan rata-rata, usulan dari desa adalah kekurangan air bersih agar bisa diakomodir masalah ini oleh Pemkab Lembata," kata dia.
Selain air bersih, isu infrastruktur pun turut dibahas dalam kegiatan tersebut. Bayangkan saja, sejak Lembata otonom pada 7 Maret 1999, sebagian besar infrastruktur jalan di Atadei rusak berat.
Baca juga: Saatnya Kabupaten Lembata Punya Shelter Bagi Korban Kekerasan Perempuan dan Anak
Ryan mengungkapkan, hingga kini akses jalan dari dan ke desa Dulir sungguh memprihatinkan. Kendaraan roda empat tidak bisa lewat, hanya bisa roda dua.
Akses jalan dari desa Katakeja ke Nubaboli juga terputus. Masyarkat hanya bisa lewat dengan berjalan kaki.
Lalu, lanjutnya, akses jalan dari desa Merdeka di kecamatan Lebatukan ke desa Nubaboli juga ikut terputus. Kondisi ini semakin parah ketika musim hujan.
Baca juga: Pemkab Lembata tak Berdaya Terkait Penanganan Kasus Bom Ikan, Ini Penyebab Utamanya
Tidak hanya itu, untuk wilayah Atadei sendiri juga ada beberapa titik yang masuk dalam segmen kritis.
Sebut saja, di jalur Tengah dari Atadei Barat, dari desa Tubukrajan ke desa Lebaata yang semakin hancur karena tidak pernah diperhatikan.
Ia juga menuturkan, semua itu mereka usulkan melalui kegiatan Musrenbang dan diteruskan sampai tingkat kabupaten.
"Tetapi kita kembali lagi kepada kemampuan keuangan daerah, itu yang jadi soal," ujarnya.
Baca juga: Peneliti Australia Dalami Kekayaan Pangan Tradisional dan Tumbuhan Herbal di Lembata
Dirinya berharap, persoalan air bersih yang selama ini dialami beberapa desa itu kelak diperhatikan melalui eksekusi anggaran daerah.
Begitu juga dengan infrastruktur, adanya PEN Rp 225 miliar, dan bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana Rp 9.5 miliar diharapkan infrastruktur jalan di Atadei bisa dibangun.
Kemudian, di Atadei juga masih tersisa satu desa yang sampai saat ini belum menikmati jaringan listrik.
Dari waktu ke waktu, desa Dulir belum mendapat penerangan lampu PLN. Kehidupan masyarakat di sana masih menggunakan lampu minyak atau Pelita.