Berita Pemprov Hari Ini

Ini Sebaran Stunting di Nusa Tenggara Timur Hingga Tahun 2022

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjelaskan sebaran angka stunting di Nusa Tenggara Timur hingga tahun 2021.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-DOK.BKKBN
Info grafis sebaran data stunting di Nusa Tenggara Timur per tahun 2021. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Angka stunting di Nusa Tenggara Timur diklaim terus menurun. Prevelensi stunting di NTT pada tahun 2013 mencapai 51,7 persen, tahun 2018 turun jadi 42,6 persen, tahun 2019 turun jadi 27,67 persen, tahun 2020 turun ke 24,2 persen dan 2021 turun jadi 20,09 persen.

Data yang dihimpun dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjelaskan sebaran angka stunting di Nusa Tenggara Timur hingga tahun 2021.

1. Kabupaten Flores Timur 23,4 persen
2. Kota Kupang 26,1 persen
3. Sikka 26,6 persen
4. Ende 27,2 persen
5. Nagekeo 28,1 persen
6. Sumba Timur 28,8 persen
7. Ngada 29,0 persen
8. Malaka 31,4 persen
9. Lembata 31,7 persen
10. Manggarai 33,1 persen
11. Sabu Raijua 33,9 persen
12. Sumba Tengah 34,0 persen
13. Sumba Barat 37,0 persen
14. Manggarai Barat 38,5 persen
15. Belu 39,9 persen
16. Rote Ndao 40,1 persen
17. Kabupaten Kupang 40,4 persen
18. Manggarai Timur 42,9 persen
19. Sumba Barat Daya 44,0 persen
20. Alor 44,8 persen
21. Timor Tengah Utara 46,7 persen
22. Timor Tengah Selatan 48,3 persen

Data ini merupakan data berdasar pada Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021. SSGI juga mengkategorikan NTT memiliki  15 kabupaten berkategori  merah.

Baca juga: Pemprov NTT Bersama Ombudsman RI Teken Renja 

Pelabelan status merah tersebut berdasarkan prevalensi stuntingnya masih di atas 30 persen. Data SSGI juga menyebut NTT berada di angka 37,8 persen per tahun 2021 angka Prevelensi stunting.

Sementara data yang rilis Kelompok Kerja (Pokja) Percepatan Penanganan dan Pencegahan Stunting Nusa Tenggara Timur menggunakan aplikasi online pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) dan dilakukan setiap 6 bulan menyebut angka stunting 20,09 di tahun 2021.

"Data SSGI yang hanya sampel bukan by name by addres. Dari Pokja Stunting data e-PPGBM," kata Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Percepatan Penanganan dan Pencegahan Stunting Nusa Tenggara Timur, Sarah Lery Mboeik, Kamis 4 Maret 2022.

Baca juga: 30 Unit Konsentrator Oksigen Didonasikan GoTo ke Pemprov NTT

Dalam acara Sosialiasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting Indonesia (RAN PASTI) di Kupang, Jumat ini 4 Maret 2022, gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat menyebut dirinya malu nama NTT hanya dikenal masyarakat  luar NTT sebagai 'juaranya' kemikiskinan dan angka stunting saja.

“Saya mengajak kita semua untuk bekerja maksimal dalam pengentasan kemiskinan dan menurunkan angka stunting," kata Viktor.

Dia menegaskan, kepada semua jajaran dan seluruh kepala daerah se-NTT untuk menggunakan data akurat yang dimiliki Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam memetakan keluarga yang memiliki anak stunting dan keluarga yang berpotensi stunting.

Baca juga: Ini Rincian Anggaran Belanja Negara untuk Pemprov NTT Tahun 2022

Data tentang keluarga yang by name by addres milik BKKBN sangat memudahkan untuk melakukan intervensi kepada keluarga yang berpotensi stunting.

Mantan Anggota DPR RI itu menyebut, tidak ada cara lain untuk menurunkan angka stunting selain berkolaborasi dengan semua kalangan di NTT.

Dirinya tidak ingin ada kepala daerah yang hanya 'duduk' di kantor saja tetapi harus turun langsung ke desa-desa untuk memonitor langsung soal stunting di daerahnya masing-masing.

“Jika ada program yang tidak berjalan dengan benar di daerah, saya akan salahkan kemana saja bupati dan walikotanya selama ini," tegasnya. (*)

Berita Pemprov Hari Ini

Sumber: Pos Kupang
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved