Berita NTT Terkini
Soal Co-firing Biomassa di NTT, Komisi IV DPRD Akan Minta Penjelasan PLN
Perusahaan Listrik Negara (PLN) kini sedang mengembangkan sumber energi terbarukan untuk pembangkit listrik melalui program Co-firing Biomassa. Untuk
Laporan Wartawan POS-KUPANG.COM, Ryan Nong
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Perusahaan Listrik Negara (PLN) kini sedang mengembangkan sumber energi terbarukan untuk pembangkit listrik melalui program Co-firing Biomassa. Untuk wilayah kerja Provinsi NTT, PLN bahkan telah melakukan kerjasama dengan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang untuk memasok briket biomassa untuk kebutuhan produksi listrik itu.
Ketika dihubungi pada Kamis (11/3) malam, Sekretaris Komisi IV DPRD NTT, Refafi Gah menegaskan dukungan untuk program itu. "Kalau program PLN dibuat untuk menerangi NTT, saya kira kita dari komisi IV sangat mendukung," kata Refafi.
Ia menyebut, program biomassa itu sangat dimungkinkan karena bahan baku biomassa dapat tumbuh dengan mudah di seluruh wilayah NTT. Seperti tanaman gamal, kata dia, dapat dibudidayakan dengan baik oleh masyarakt karena mudah tumbuh. Selain itu, menurutnya program biomassa juga tepat untuk konteks NTT.
Namun demikian, Refafi menyebut pihaknya belum mendapat gambaran soal program itu secara komprehensif dari pihak PLN. Karena itu, menurutnya, Komisi IV yang membidangi pembangunan akan menyikapi program itu dan akan meminta penjelasan dari PLN.
"Kalau sebagai mitra, belum ada pembahasan ke arah itu. Dengan munculnya program PLN yang disambut baik pemprov maka kita akan menyikapai dengan meminta penjelasan mereka," ujar Refafi.
Program Co-firing biomassa yang merupakan kolaborasi pembakaran batu bara dan biomassa untuk sumber energi listrik di NTT disambut baik dan didukung Pemprov.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral NTT, Yusuf Adoe menyebut, pihak PLN juga telah memaparkan program tersebut kepada Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan jajaran pemerintahan pada perayaan ulang tahun PLN yang lalu. Pemerintah Provinsi, kata Adoe, mendukung program tersebut.
"Prinsipnya kita dukung. Yang penting bahwa semua itu kalau menguntungkan bagi masyarakat saya pikir itu hal yang baik," kata Adoe kepada POS-KUPANG.COM, Kamis (10/3) malam.
Dengan adanya program tersebut, secara ekonomi dapat menguntungkan masyarakat yang memelihara atau membudidayakan tanaman lamtoro taramba, kaliandra dan gamal. Selain itu, secara umum, suplai listrik menjadi lebih bagus termasuk mengurangi emisi karbon.
Karena itu, ia juga mendorong agar semakin banyak masyarakat yang membudidayakan tanaman tersebut baik di pekarangan maupun di lahan produksi yang lebih luas.
"Pemda berperan bagaimana lahan masyarakat ditanami, sehingga (tanaman lamtoro taramba, kaliandra dan gamal) bisa dijual untuk meningkatkan ekonomi," katanya.
Dalam program itu, PLN NTT bekerja sama dengan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang untuk menyediakan briket biomassa tersebut.
Sebelumnya, dalam Ngobrol Asyik di Pos Kupang pada Rabu, 10 Maret 2021, GM PLN UIW NTT, Agustinus Jatmiko menyebut saat ini, PLTU Bolok Kupang dan PLTU Ropa di Ende menjadi dua lokasi pengembangan program yang bertujuan untuk mengurangi efek rumah kaca itu. Sementara itu, di level nasional telah ada 20 unit PLN yang menggunakan CO-Firing Biomassa sebagai sumber energi listrik.
Co-firing biomassa diklaim sangat ramah lingkungan karena tingkat emisi hasil proses pembakaran sangat rendah, bila dibandingkan dengan pembakaran batu bara. Bagan biomassa yang saat ini tersedia di NTT terdiri dari potongan lamtoro, kaliandra dan Gamal serta hasil gergajian kayu dan sampah organik lain.