Berita Manggarai Barat
Proyek Geothermal Wae Sano Kabupaten Manggarai Barat Ramah Lingkungan
Kecuali dalam eksplorasi, karena membutuhkan ruang gerak, tapi saat eksploitasi hanya butuh ruang untuk titik pengeboran seluas 2 kali 3 meter
Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Sekda Manggarai Barat (Mabar), Fransiskus S. Sodo mengatakan, proyek geothermal di Desa Wae Sano yang akan dilakukan PT Geo Dipa Energi merupakan proyek yang ramah lingkungan, Rabu 2 Februari 2022.
Hal tersebut ditegaskannya usai menerima para pendemo yang menolak proyek tersebut yang terdiri dari mahasiswa yang tergabung dalam PMKRI Cabang Ruteng dan Kota Jajakan Labuan Bajo serta sejumlah masyarakat Desa Wae Sano.
"Dalam banyak referensi secara global dan Indonesia mendorong energi baru terbarukan. Kita harus meninggalkan energi fosil apalagi kita daerah tujuan wusati, jadi kita harus mendukung penuh itu, termasuk upaya menekan pengeluaran negara, eksplorasi geothermal ini memang menelan biaya yang cukup besar akan tetapi dalam jangka panjang investasi ini sangat menguntungkan baik dalam segi pembiayaan maupun dari segi ramah lingkungan. Pemerintah pusat dalam hal ini kementerian keuangan melalui PT Gio Dipa Energi pasti sudah melakukan kajian Dan pertimbangan jadi ini lembaga resmi pemerintah," katanya.
Baca juga: Demo Tolak Pengembangan Geothermal Wae Sano, Ketua DPRD Manggarai Barat Angkat Bicara
Diakuinya, Pemda Mabar mendukung jalannya tahapan eksplorasi dan eksploitasi panas bumi di Kecamatan Sano Nggoang itu.
Menurutnya, masyarakat tidak "terhempas" dari ruang hidupnya di Desa Wae Sano.
"Kecuali dalam eksplorasi, karena membutuhkan ruang gerak, tapi saat eksploitasi hanya butuh ruang untuk titik pengeboran seluas 2 kali 3 meter, sama sekali tidak mengganggu," ujarnya.
Baca juga: Polres Manggarai Barat Amankan Pelaku Judi Togel
Lebih lanjut, dalam kesempatan audiensi di ruang Rapat Bupati Mabar, mewakili Pemda Mabar ia bersama pihak PT Geo Dipa Energi telah melakukan konsultasi publik selama 4 hari di Desa Wae Sano.
Masyarakat diundang 7 hari sebelum kegiatan tersebut, sehingga mengetahui secara komprehensif proyek geothermal.
"Ruang diskusi ketika kami lakukan konsultasi publik hampir tidak ada yang menolak ketika kami di Wae Sano 4 hari," katanya.
Baca juga: Perda Tata Ruang Manggarai Barat Permudah Investasi di Labuan Bajo
Namun demikian, ia tidak menampik bahwa terdapat sejumlah masyarakat dari Dusun Lempe yang melakukan penolakan.
Akan tetapi, penolakan yang dilakukan tidak dilanjutkan dengan diskusi, sebab masyarakat tersebut menolak untuk berdiskusi
"Tiga hal yang disampaikan. Kami ingin diskusi tapi tidak diberikan kesempatan. Tiga hal yang disampaikan yakni menolak 9 poin kesepakatan dari pemda, menolak kehadiran PT Geo Dipa segera menarik PT Geo Dipa dari Wae Sano. Itu 3 hal yang dibaca kan saat kami ada di Wae Sano Lempe," katanya.
Baca juga: Stefanus Gandi Bantu Pembangunan Gereja di Lembor Manggarai Barat
Sekda Mabar menjelaskan, dinamika yang terjadi bukan soal menolak dan mendukung proyek geothermal, namun perbedaan pikiran dan pikiran ini soal referensi dan keyakinan.
Sementara itu, terdapat sebanyak 9 poin kesepakatan dalam forum Lonto Leo dimana Bupati Manggarai Barat telah melakukan pendekatan dengan masyarakat adat Nunang, Lempe dan Taal untuk bersama-sama mendiskusikan program kemanfaatan projek bagi masyarakat.