Paraodi Situasi
Parodi Situasi: Preman Kampung dan Jembatan Liliba
Pasalnya, jembatan Liliba yang ada sekarang sudah tidak mampu melayani padatnya lalu lintas.
BENAR! Jembatan kembar Liliba perlu segera dibangun. Selain untuk menghindari kemacetan dan beban jembatan, juga perlu untuk menikmati keindahan kota.
Indah sekali kota yang sedang menggeliat dengan berbagai pembangunan ini, jika segalanya tertata dengan baik. Jembatan kembar salah satunya.
***
Sebagaimana diberitakan media online kita bahwa rencana pembangunan jembatan kembar Liliba di Kota Kupang dinilai menjadi sebuah keseharusan dan kebutuhan.
Pasalnya, jembatan Liliba yang ada sekarang sudah tidak mampu melayani padatnya lalu lintas.
Setidak-tidaknya, itulah yang disampaikan mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur, katanya, rencana pembangunan sudah ada sewaktu dirinya masih menjabat sebagai kepala dinas.
Baca juga: Parodi Situasi Minggu 16 Januari 2022: Rokok dan Tuak Salah Siapa?
"Bahkan konsep dan desainnya sudah ada. Tinggal laksanakan!" kata Benza selanjutnya.
"Bahkan sejak dulu Dinas PU Propinsi sudah minta Pemkot Kupang untuk segera lakukan berbagai pendekatan untuk pembebasan lahan di sekitar lokasi untuk jembatan kembar."
"Kenapa tidak jadi?" tanya Rara dengan kening berkerut. "Kabarnya, alokasi anggaran yang diusulkan waktu itu dipakai untuk bangun jembatan Petuk. Di sana di ruas jalur empat puluh. Ring road jembatan yang terkenal." "Ooooh tempat Jaki selvi sore-sore dengan Nona Mia eh bukan Nona Selvi si mantan!"
***
"Saya segera lamar proyek itu. Hitung-hitungannya mesti jelas ya. Pengeluaran, pemasukan, untung, rugi, dan lain-lainnya harus segera diurus. Sayalah orang yang tepat untuk melaksanakan itu semua. Pegang proyek dan pasti jadi jembatan terbaik."
Baca juga: Parodi Situasi: PON dan Raju Sena Seran
"Jadi kamu yang mau lamar dari pimpinan proyek alias pimpro? Sekaligus rekan kerja saya orangnya. Kita kerja sama. Benza jadi konsultan. Nona Mia pemberi dana. Cocok bukan?"
"Saya yang pimpro sekaligus rekanan. Betulkah Nona Mia?" kata Jaki lagi sambil berbisik, akan tetapi bisikannya terlalu keras sehingga terdengar oleh Benza dan Rara.
"Kamu mau terima fee berapa? Omong saja. Santai! Yang penting saya pimpronya."
"Kenapa harus kamu?" tanya Nona Mia. "Mau jalan-jalan ke luar negeri, bayar utang biar bisa utang lagi. Begitulah Nona Mia. Tolong serahkan kepada saya temanmu yang baik hati ini untuk jadi pimpro pembangunan jembatan Liliba. Oke?" Jaki bicara tanpa jedah.
Baca juga: Parodi Situasi: Sekolah Tatap Muka
"Waduh! Kamu ini getol bukan main mau jadi pimpro."
"Ingat temanlah Nona Mia."
"Memang susah berhadapan dengan preman kampung seperti Jaki," Rara menepuk testanya sendiri sambil menggeleng dan melirik mencari sasaran tembak yang tepat sambil memikirkan untungnya bagi dirinya sendiri juga.
***
"Kamu yang preman kampung!" sambar Jaki dengan marah. "Saya ini punya harga diri tinggi. Saya ini mahal orangnya. Jadi jangan sembarang bicara hei, Rara! Saya banting kamu!"
"Kamu punya maksud apa?" Rara melotot. "Preman kampung?"
"Ya! Preman kampung! Peduli amat dengan masyarakat pengguna jembatan!
Baca juga: Parodi Situasi: Laboratorium Tiga Batu
Peduli amat dengan apa pun. Halalkan cara apa pun yang penting jadi pimpro. Bukankah kamu preman kampung?" Jaki juga melotot tidak mau kalah.
Nona Mia dan Benza tertawa saja melihat kelakuan kedua sahabatnya. Aneh bin ajaib hubungan persahabatan mereka berempat ini. Hanya empat orang tetapi diskusi masalah apa saja, pasti jadi soal yang berujung pada pertengkaran.
"Ada preman kampung dari jembatan Liliba," Nona Mia tertawa.
"Betulkah? Tetapi apa hubungan antara preman kampung dan jembatan?" tanya Jaki si kura-kura dalam perahu pura-pura tidak tahu. Sebab dirinya sendiri sudah jadi preman ketika segala sesuatu dihitungnya demi keuntungan dirinya sendiri.
Baca juga: Parodi Situasi Minggu, 10 Oktober 2021: Peraih Medali Emas PON XX Papua
"Jembatan belum dibangun tetapi kamu sudah pikir keuntungan. Sudah mohon-mohon ke Nona Mia agar kamu yang jadi pimpronya," Benza yang menjawab.
"Itulah preman kampung!""Biasa sajalah," sambung Jaki. "Bukankah lebih baik jadi preman kampung jembatan Liliba daripada jadi simanis atau jadi si hitam jembatan Liliba?" Rara bergidik.
"Beberapa hari lalu ada seorang gadis remaja yang hampir terjerembab di jurang Liliba gara-gara didorong bayangan hitam laki-laki."
***
Baca juga: Parodi Situasi Minggu, 15 Agustus 2021: Hanya Tiga Menit untuk Indonesia
"Kamu pilih yang mana?" tanya Jaki. "Si hitam jembatan Liliba, si manis jembatan Liliba, ataukah preman kampung jembatan Liliba?"
"Preman kampung!" Jaki menjawab dengan penuh semangat. "Kamu?" Nona Mia bertanya kepada Rara. "Preman Kampung!" jawab Rara sambil tertawa.
"Kamu berdua?" tanya Jaki dan Rara hampir bersamaan. "Pengguna jembatan kembar Liliba!"