Berita Manggarai

Romo Ino : Post Natal 2022 Sebagai Tahun Pariwisata Holistic-Integral Tepat Waktu dan Kontekstual 

Hal ini secara fenomenal ditunjukkan oleh Labuan Bajo yang menjadi pintu masuk pariwisata Manggarai Raya dan Flores, NTT.

Penulis: Robert Ropo | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ROBERT ROPO
Ketua Komisi Pariwisata Keuskupan Ruteng Romo Inosensius Sutam Pr. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Robert Ropo

POS-KUPANG.COM, RUTENG--etua Komisi Pariwisata Keuskupan Ruteng Romo Inosensius Sutam Pr, membawakan materi terkait Pastoral Eko-Pariwisata Holistik-Integral  Berbasiskan Budaya, Religi, dan Masyarakat Lokal saat kegiatan hari ketiga Sidang Pastoral Post Natal Keuskupan Ruteng di Rumah Ret-Ret Maria Bunda Karmel Wae Lengkas, 6 Januari 2022.

Dosen Unika St Paulus Ruteng ini menjelaskan, sejak tahun 2016, setelah selesai Sinode III (2013-2015), Keuskupan Ruteng berada dalam masa penerimaan dan pelaksanaan hasil sinode selama jangka sepuluh tahun (2016-2025).

Setiap tahun dengan temanya masing-masing dan refleksi tentang tema tersebut berlangsung pada sidang post-natal Tahun 2022 ditetapkan sebagai tahun pariwisata holistic-integral. 

Dikatakan Romo Ino, penetapan ini tepat waktu dan kontekstual. Karena pariwisata telah menjadi primadona, prime mover/penggerak/lokomotif pembangunan nasional termasuk di Provinsi NTT dan tiga Kabupaten Manggara Raya yang menjadi wilayah Keuskupan Ruteng

Baca juga: Tidak Ada Kasus Positif Covid-19 di Kabupaten Manggarai Barat

Hal ini secara fenomenal ditunjukkan oleh Labuan Bajo yang menjadi pintu masuk pariwisata Manggarai Raya dan Flores, NTT.

Labuan Bajo berturut-turut menjadi 10 destinasi wisata nasional/internasional untuk Indonesia, empat destinasi super, dan destinasi wisata super premium. 

Menurut Romo Ino, tentu lingkaran pertama dari pintu masuk Labuan Bajo adalah Manggarai Raya yang mempunyai potensi pariwisata dengan atraksinya yang indah, menarik dan unik. Karena itu, pariwisata menjadi bagian dari pastoral Keuskupan Ruteng.

Meski demikian, kata Romo, tetapi juga dibungkus dengan berbagai masalah yang mencemaskan. Harapan dan kecemasan itu tentu menjadi pergumulan Gereja lokal (bdk. GS 1) dalam bingkai pastoral dan teologi. 

"Hal pertama yang perlu kita sadari ialah bahwa pariwisata adalah fakta yang  luas. Semua hal bisa dipariwisatakan, pariwisata meresap dan mencakup semua hal, dan juga tentunya semua orang. Karena itu tepatlah pemilihan istilah pariwisata holistic-integral berkaitan potensinya, masalah, obyek (bidang kehidupan), dan subyek (orang, lembaga) yang bersentuhann dengannya,"ungkapnya. 

Menurut Romo Ini kepariwisataan memiliki sejumlah unsur yakni prinsip, tujuan dan asas, kemitraan pertahelix, pariwisata berkelanjutan (Suistainaible Tourism), lariwisata berbasis masyarakat lokal  (Community Based Tourism), dan organisasi pariwisata.

Khusus pariwisata berkelanjutan, kata Romo Ino, secara nasional pariwisata berkelanjutan berdasarkan asas pembangunan kepariwisataan pasal 2 huruf f dan h UU No 10 Tahun 2009, Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, dan secara global berkaitan dengan 17 Tujuan Pembangunan berkelanjutan yang ditetapkan PBB di Rio de Janeiro (Brasil) pada Juni 2012 . 

Seperti mengakhiri kemiskian, mencapai mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, menjamin kehidupan yang sehat.

Selain itu menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua.

Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan dan lain sebagainya. 

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved