Berita Kupang
Program School for Change Save the Children agar Dilanjutkan
tak terjadi lagi baik di sekolah, masyarakat maupun oleh orang tua. Khusus orang tua telah mengikuti kegiatan parenting
Penulis: Paul Burin | Editor: Rosalina Woso
Karena itu ia mengharapkan dukungan dari lurah, camat hingga kabupaten.
Sebab kata dia, jika program ini terhenti maka dasar-dasar edukasi yang sudah dilakukan selama tiga tahun ini akan mubazir.
Jika sudah berjalan harus berlanjut agar membawa hasil yang maksimal. Mengurus pendidikan kata Dewi membutuhkan kerja bersama. Kerja berkelompok, kerja keroyokan dan yang lebih utama adalah keterpanggilan hati dalam menyelamatkan anak-anak yang sulit mengakses pendidikan serta mengalami kekerasan.
Baca juga: UPT BKN Dibangun di Kabupaten Kupang, Jadi Unit ke 21 Nasional
Selain itu, banyak anak yang telah mendapat akses untuk belajar membaca dan menulis. Fakta menunjukkan bahwa anak-anak di kelurahan itu mengalami banyak perubahan.
Lurah Nonbes, Melianus Kabnani mengatakan bahwa ketika mengetahui anak bisa membaca -- sebelumnya tak bisa membaca-- sebagai sebuah cerita sukses (succsess strory).
Sebab kata dia, membuat sebuah perubahan memang tak gampang. Butuh keuletan dari fasilitator. Ia menilai fasilitator telah menunaikan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan negara kepadanya.
Tim fasilitator lain juga bercerita bahwa ada anak yang sebelumnya tak bisa membaca akhirnya bisa membaca dengan lancar atas pola pengasuhan dan pendampingan dari fasilitator.
Dua kelompok anak, yakni pertama yang sudah lancar membaca dan kedua, belum lancar membaca. Tim akan lebih fokus membantu anak-anak kategori kedua, yakni yang belum lancar membaca. Ketika anak sudah lancar membaca saja, fasilitator memberikan pujian sebagai suport kepada anak itu.
Kadang mereka menyampaikan kepada pihak sekolah untuk memerhatikan anak-anak yang belum lancar membaca. Komunikasi yang baik itu dibangun secara intens sejauh untuk mengetahui perkembangan anak-anak kategori ini.
Baca juga: Upaya Pencegahan Stunting di Kabupaten Kupang Libatkan Semua Elemen
Pendampingan yang dilakukan tetap menunjukkan sikap yang ramah kepada anak. Juga dalam hal pendisiplinan, fasilitator melakukan dengan pola disiplin yang positif. Bukan dengan pola atau cara disiplin yang membuat anak mengalami tekanan psikologis.
Diskusi itu berlangsung sekitar dua jam. Diawali dengan sejumlah pertanyaan dari tim kabupaten yang kemudian dilanjutkan dengan dialog yang intens. Tiga orang tim dari kabupaten, yakni pengawas Ferdi Anabokay, Kasi Sarpras Dinas P dan K, Dora Peta Nuki dan Kabid PMD, Marie Manafe kadang memertajam pertanyaan untuk mendapatkan jawaban yang lebih pas dari peserta kegiatan ini.
Untuk diketahui, pendampingan oleh Save the Children dilakukan pada 56 sekolah dasar pada 45 desa yang tersebar pada tujuh kecamatan di Kabupaten Kupang.
Sejak awal pelaksanaan tahun 2018, Save the Children bekerja sama dengan mitra lokal, yakni CIS Timor dan Bengkel APPek melibatkan stakeholder kunci di tingkat kabupaten maupun desa. (*)