Berita Ende
Ketua DPRD Ende NTT Dukung Hadirnya Tribun Flores. Com
Dalam kesempatan itu juga mereka juga berbincang - bincang seputar isu - isu terkini baik nasioal maupun daerah.
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oris Goti
POS-KUPANG.COM, ENDE -- Jajaran Direksi Tribun Network berkunjung ke Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, 16 - 17 November 2021.
Tribun Network merupakan surat kabar daerah cetak dan elektronik yang dimiliki oleh Kompas Gramedia.
Tribun Network telah tersebar hampir di seluruh Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia, satu di antaranya Pos Kupang dan POS-KUPANG.COM, versi digitalnya.
Kendati di NTT sudah ada Pos Kupang dan POS-KUPANG.COM, Tribun Network merasa perlu membentuk satu media lagi di NTT, yakni TribunFlores.com.
Baca juga: Direktur Utama BPOLBF Tertarik Berkunjung ke Desa Wolotopo Timur Ende
Jajaran direksi yang hadir di Ende antara lain, Sentrijanto selaku Commissioner, Dahlan, Chief Executive Officer, Hadrianus Tjiptyantoro, Commercial Director, Febby Mahendra Putra, News Director.
Selain itu, Marina Napitupulu, Internal Audit Tribun Network, Margaretha Iin Wahyuningrum, GM Pos Kupang dan Hasyim Ashari, Pemimpin Redaksi Pos Kupang.
Sehubungan dengan pembentukan TribunfFlores.com, Ketua DPRD Kabupaten Ende, Fery Taso, menyatakan dukungan dan apresiasi.
Hal itu diutarakan Fery, saat jajaran Direksi Tribun Network silaturahmi ke Kantor DPRD Kabupaten Ende di Jl. El Tari, Kota Ende.
Dalam kesempatan itu juga mereka juga berbincang - bincang seputar isu - isu terkini baik nasioal maupun daerah.
Baca juga: Shana Fatina Tertarik Berkunjung ke Desa Wolotopo Timur Ende
Fery mengaku sangat senang Tribun Network bisa hadir di Flores.
Dia berharap hadirnya TribunFlores.com, bisa mendukung pembangunan di Flores dan Kabupaten Ende khususnya.
Dia menguraikan Ende merupakan Kota Pancasila, karena Bung Karno menemukan ilham Pancasila di Kota Ende. Ende juga memiliki banyak potensi pariwisata seni dan budaya.
Tidak hanya itu, Bung Karno, selama berada di Ende (1934-1938) menjalani massa pembuangan oleh Pemerintah Kolonial Belanda, mendidik kaum muda- mudi melalui sebuah sanggar seni.
"Selain itu, Ende merupakan kota pelajar. Banyak pemimpin - pemimpin yang dulu sekolahnya di Ende dan sampai saat ini sekolah - sekolah di Ende eksis dan melahirkan generasi yang cerdas dan berkarakter," kata Fery.