Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Selasa 12 Oktober 2021: Merawat Hati
Kita tentu masih ingat seorang penyanyi cantik yang kemudian mati muda. Namanya: Nike Ardila.
Substansi spiritual yang dirayakan hanya berhenti sebagai ritual, tidak menjadi energi rohani yang mentransformasi sikap dan tindakan.
Doa-doa yang panjang dan berbelit-belit hanya sebatas di bibir saja dan sekadar berhenti pada tataran pikiran logis, masuk akal semata, tetapi tidak keluar dari dan sampai menyentuh hati, apalagi dihayati dalam tindakan nyata setiap hari.
Gaya hidup keagamaan seperti ini sangat tidak disukai Tuhan. Belum lagi bila yang melakukannya adalah pemuka agama yang mestinya menjadi panutan bagi umat.
Yesus menyebut orang-orang Farisi itu munafik. Kecaman keras itu sesungguhnya mengingatkan betapa kemunafikan itu sangat berbahaya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan “munafik” sebagai sikap “berpura-pura percaya atau setia kepada agama atau lainnya, tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak, suka berkata tentang sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya (2008: 939).
Istilah lain yang sarkastis adalah "bermuka dua.” Orang munafik selalu hidup dalam kepura-puraan, tipu muslihat dan kelicikan.
Orang munafik mempunyai penampakan luar yang selalu baik: rajin berdoa dan beribadah, pandai mengutip ayat Kitab Suci, pandai berkata-kata bijak, dan sebagainya tetapi hatinya penuh perasaan, niat dan rencana-rencana jahat.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 11 Oktober 2021: Iman Sederhana
Sikap munafik menghambat dan menghalangi orang lain untuk menemukan kebenaran yang hanya mungkin ketika orang datang kepada Tuhan.
Sebab, orang akan mudah tergoda untuk membuat pembelaan diri dengan mengatakan untuk apa berdoa, ikut misa di gereja dan membaca Kitab Suci karena orang-orang model begini perilaku hidupnya buruk, suka membicarakan dan menjelek-jelekkan orang lain, berlaku tidak adil, korupsi dan lain-lain.
Tuhan mendesak murid-murid-Nya agar bersikap waspada terhadap ragi kemunafikan.
Ragi itu sesuatu yang sangat kecil tapi ketika sudah masuk, daya pengaruhnya sangat signifikan.
Hal ini berarti kita harus hidup penuh kesadaran dan berhati-hati supaya tidak terjerat sikap munafik.
Sedikit saja ada celah kita berikan pada kemunafikan, kita menjadi terbiasa dan ragi itu akan menguasai keutuhan diri kita.
Ketika ragi kemunafikan menguasai diri, kita akan merasakan nikmatnya pujian dari manusia dan kita jadi mengejar hal itu seumur hidup dan lupa mengejar kehendak Allah.
Marilah kita berjuang menghindari sikap munafik ini. Kita menggantinya dengan sikap tulus dan rendah hati.