Opini Pos Kupang
Buah Simalakama Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
Kegembiraan itu munculnya Surat Keputusan Bersama dari 4 Menteri yakni, Mendikbud Ristek, Mendagri, Menkes
Namun pertanyaan selanjutnya ialah siapa yang akan mengontrol anak-anak ini saat berada di luar sekolah? Maka tidak heran jika tidak ada kontrol ketat atau setelah pulang atau pun berada di luar pagar sekolah, sikap tidak taat prokes kerap sekali dilakukan.
Kedua, adanya permasalahan dengan habitus menggunakan masker. Masalah ini terjadi karena adanya situasi belum terintegrasinya secara baik kesadaran untuk selalu menggunakan masker pada anak-anak sekolah.
Hal ini semakin parah ketika anak-anak ini merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi atau mengobrol sambil menggunakan masker. Masker dilihat menjadi penghalang untuk mengintenskan komunikasi antara teman, apalagi itu adalah teman akrab.
Ketiga, penyebab bisa munculnya klaster baru karena belum semua warga menerima vaksin. Akibatnya mereka ini menjadi kelompok potensial untuk menularkan virus kepada orang lain.
Situasi ini semakin berbahaya ketika sampai saat ini sudah muncul varian baru virus seperti Delta (16172) dan varian MU (B1621), (Mochtar, 2021).
Terhadap fakta-fakta di atas, pertanyaannya, apakah PTM terbatas harus diberhentikan dan ditunda lagi? Situasi menjadi seperti memakan buah simalakama.
Terhadap situasi ini ada baiknya diperhatikan beberapa hal antara lain,
Pertama, sebelum memulai persekolahan perlu ada kajian dengan pertanyaan mendasar apakah sekolah sudah siap baik sumberdaya maupun infrastruktur untuk melaksanakan kagiatan PTM terbatas.
Ini penting untuk menilai ketersediaan berbagai fasilitas termasuk adanya regulasi sekolah yang jelas, baik tentang penyelenggaraan maupun penanganan pertama, jika terjadi masalah. Ini penting untuk mendukung penerapan prokes penanggulangan permasalahan di sekolah.
Selain itu, ketersediaan sumberdaya manusia yang mumpini, baik itu dari pengajar maupaun tenaga kependidikan sangat penting. Alasannya ialah selain untuk mengawasi berbagai proses belajar mengajar di kelas, tetapi menjadi contoh yang baik bagi para siswa untuk menerapkan prokes secara tertib dan konsisten di lingkungan sekolah sehingga tidak menimbulkan masalah klaster baru Covid-19.
Kedua, perlunya upaya untuk terus membangun dan menanamkan paradigma berpikir tentang kontrol diri yang baik di masa pendemi ini. Ini bisa dilakukan oleh para pengajar di sekolah.
Selain itu, hal ini bisa membantu meminimalisir munculnya klaster baru, tindakan ini juga bisa membuat melekatkan pemikiran tentang pentingnya mengontrol diri dan menjaga prokes. Dengan begitu besar harapan bahwa di luar pagar sekolah pun para siswa bisa mengingat dan menerapkan perilaku ini.
Ketiga, para pelajar yang akan melakukan PTM terbatas sebaiknya sudah memperoleh vaksin. Ini penting, untuk menjaga keamanan dan kesehatan bersama.
Mendapatkan vaksin atau tidak merupakan hak setiap orang dan ini harus dihargai dan dihormati. Namun perlu diingat, ada juga hak orang lain di sekitar kita juga yang mesti dihargai yakni untuk merasa aman dan sehat.
Dengan begitu, sikap bijak dan etis perlu diperhatikan menyangkut vaksin ini, bukan hanya oleh warga tetapi juga oleh negara dan pemerintah sebagai pemberi vaksin.
Keempat, di tiap periode tertentu selama PTM terbatas ini, secara berkala perlu dilakukan evaluasi untuk melihat berbagai hal yang masih kurang untuk diperbaiki. Di dalam kegiatan ini pun, bisa muncul berbagai inovasi yang mendukung kegiatan PTM selama masa pandemi ini.