KKB Papua
Tokoh Pemuda Papua Ini Berani Sebutkan Papua Merdeka Ideologi Menyesatkan, Begini Ciri Pengikutnya
Di tengah suasana Papua yang amat mencekam, sosok yang satu ini berani tampil dan melakukan perlawanan terhadap KKB Papua.
Marselinus Ola Attanila mantri di Distrik Kiwirok Kabupaten Pegunungan Bintang tak menyangka akan menjadi korban keganasan kelompok separatis teroris Papua.
Ia yang sudah satu setengah tahun mengabdi di Papua itu nyaris menjadi korban pembantaian.
Beruntung, ia berhasil selamat setelah peristiwa penyerangan tenaga medis dan pembakaran di Kiwirok terjadi pada Senin 13 September 2021 lalu.
Kisah pembantaian sadis oleh kelompok separatis kepada tenaga medis di wilayah itu diceritakannya dengan detail, sambil meneteskan air mata.
Ia mengatakan, pihaknya sudah mengetahui akan adanya penyerangan dari kelompok tersebut kepada pos aparat TNI-Polri di wilayah itu.
Bersama nakes lainnya, ia dimintai warga agar tetap berada di tempat untuk melakukan perawatan bila ada korban.
“Berawal pada pukul 07.00 WIT, setelah mendapat informasi itu kami nakes mengambil langkah bijak untuk tetap tenang di dalam barak medis dan Puskesmas. Kami siap sedia melayani jika ada korban,” ujar Marselinus Ola di Makodam Cenderawasih sesaat setelah tiba, Jumat 17 September 2021.
Sekitar pukul 9.00 WIT ia mendengar letusan senjata di Pos TNI Kiwirok yang berada di ketinggian.
Karena merasa tak akan menjadi sasaran, dirinya dan nakes lainnya tetap memilih menjalankan tugas.
“Pukul 9.05 WIT keadaan berbalik, KKB memukul kaca puskesmas, melempari gedung puskesmas dan mulai menyiram bensin dan melakukan pembakaran pertama."
"Hanya beberapa saat saja, mereka kembali merusak dan membakar barak dokter yang berada di sebelah Puskesmas Kiwirok,” katanya.
Di dalam barak tersebut, terdapat lima tenaga medis yaitu dr. Restu Pamanggi, mantri Lukas Luji, suster Siti Khodijah dan mantri Martinus Deni Satya.
KKB kemudian semakin brutal dan menyerang petugas yang berada di barak dokter.
“Dokter dan petugas lainnya memilih keluar. Mereka berhamburan lari terpisah,” katanya lagi.
Saat mencoba menyelamatkan diri, dokter Restu Pamanggi ditangkap dan dianiaya kemudian ia digiring ke jurang dan ditendang ke arah jurang. Ia berhasil selamat dengan kondisi patah tangan.