Berita Lembata
Pesan WALHI NTT Untuk Bupati Thomas Ola Langoday: Jangan 'Undang' Bencana di Lembata
Pesan WALHI NTT Untuk Bupati Lembata Thomas Ola Langoday: Jangan 'Undang' Bencana di Lembata
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA- Thomas Ola Langoday telah dilantik menjadi Bupati Lembata di Aula El Tari, Kantor Gubernur NTT, Kamis, 16 September 2021.
Untuk Bupati Thomas Ola Langoday, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia ( Walhi) NTT menitipkan pesan ekologis.
Kepada Pos Kupang, Koordinator Desk Bencana WALHI NTT, Dominikus Karangora berharap sebagai bupati, Thomas Ola Langoday harus menjadi lokomotif kekuatan baru dalam pemulihan ekologis di Kabupaten Lembata.
Menurut dia, bencana yang telah terjadi secara beruntun di Kabupaten Lembata sudah mengantarkan masyarakat penyintas pada pengalaman traumatis yang akan dipikul seumur hidupnya.
Baca juga: Bupati Lembata Thomas Ola Langoday Janji Copot Kepala Dinas Bermasalah
"Bencana ini tidak terjadi begitu saja. Kami menyebutnya sebagai bencana ekologis atau bencana yang terjadi karena ada campur tangan manusia di dalamnya," ujar Dominikus.
Banjir bandang yang terjadi di 11 desa yang ada di Kabupaten Lembata merupakan dampak dari kerusakan kawasan penyangga yang salah satu fungsinya melindungi manusia di saat perubahan cuaca ekstrim.
Meningkatnya intensitas hujan pada awal maret 2021, kata dia, merupakan dampak tidak langsung dari Siklon Seroja, terjadi di hampir semua wilayah NTT namun banjir dan longsor hanya terjadi pada wilayah tertentu. Artinya bahwa wilayah yang terjadi bencana memiliki masalah di kawasan penyangganya.
Selain itu, terjadinya badai siklon karena dua faktor yaitu kenaikan suhu di permukaan laut dan kenaikan tekanan udara.
Baca juga: Thomas Ola Langoday Siap Dilantik Jadi Bupati Lembata
Kata Dominikus, kenaikan suhu di permukaan laut maupun daratan terjadi karena emisi atau gas buangan akibat aktivitas manusia tidak diserap kembali oleh alam karena adanya kerusakan.
Di Lembata, banyak ekosistem yang bisa diandalkan untuk menyerap emisi atau gas buangan. Ada ekosistem mangrove, terumbu karang, hutan, sabana, karst dan lain sebagainya.
"Keanekaragaman ini perlu dijaga keutuhannya, perlu dirawat perkembangannya sehingga fungsi ekologisnya dapat berjalan dan kita tidak lagi mengundang bencana dan ketika terjadi bencana maka resikonya kecil," katanya.
"Lembata merupakan pulau kecil, ruang gerak kita akan sangat terbatas. Dalam konteks politik ruang, akan ada pertarungan antara ekonomi dan ekologis. Untuk itu, Bupati Lembata harus menjaga keseimbangan antara kedua hal ini," papar aktivis lingkungan hidup asli Lembata ini.
WALHI NTT menurutnya tidak anti pembangunan, silakan membangun tapi harus memastikan keselamatan lingkungannya dan juga keselamatan ruang hidup masyarakatnya.
"Kami menyakini bahwa bencana terjadi karena adanya kebijakan politik yang buruk dalam hal perlindungan maupun pengelolaan," imbuhnya.