Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Rabu 1 September 2021, Pembukaan BKSN 2021: Sahabat Sejati

Kota-kota, desa dan kampung bergetar dalam ketakutan dan telantar dilanda kesepian.  Setiap orang berdiri pada tempatnya masing-masing.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik Rabu 1 September 2021, Pembukaan BKSN 2021: Sahabat Sejati

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Hari ini kita memasuki ziarah Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2021. Kita yang sedang “berenang” dalam lautan penuh gelombang pandemi Covid-19 dilanda rasa takut, cemas, gelisah sepi dan sendirian.

Kota-kota, desa dan kampung bergetar dalam ketakutan dan telantar dilanda kesepian.  Setiap orang berdiri pada tempatnya masing-masing. Berjuang sendirian di tengah kesunyian banyak orang yang mencari keselamatan sendiri.

Pandemi ini membuat kita terkurung dalam kecemasan tanpa batas. Kita seolah melewati malam panjang yang entah kapan akan mencapai awal pagi cerah.

Pertanyaan Elie Wiesel dalam bukunya “The Nacht/Malam” terngiang keras “Kapan malam akan berakhir?”

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 30 Agustus 2021: Kekecewaan Kecil

Sang Penjaga akan menjawab, “Pagi akan datang tapi malam juga akan tiba lagi.”

Pandemi Covid-19 menjadi bencana global yang tidak diskriminatif. Semua orang orang bisa “diterornya.” Entah kapan akan berakhir. Di luar batas kemampuan manusiawi.

So, apa yang mesti kita lakukan dalam ketidakpastian penantian ini?  

Victor Frankl, seorang psikolog yang selamat dari peristiwa Holocaust pada Perang Dunia II menulis, “Ketika kamu dihadapkan pada situasi yang tidak dapat kamu kontrol, kamu perlu beradaptasi dengan situasi tersebut. Kamu perlu menemukan arti dari situasi tersebut. Maksudnya, menemukan apa yang dapat dipelajari darinya dan menemukan cara yang membuat kamu dapat melewatinya. Kekuatan yang melampui kemampuanmu untuk mengontrol dapat mengambil segala sesuatu yang kamu miliki, kecuali satu hal, yaitu kebebasannmu untuk memilih bagaimana kamu akan menanggapi situasi tersebut. Kamu tidak dapat mengontrol apa yang terjadi padamu dalam hidup, tetapi kamu selalu dapat mengontrol apa yang kamu rasakan dan lakukan atas apa yang terjadi padamu.”

Selama masa pandemi ini, gereja-gereja lengang. Kosong. Pastor berkhotbah di depan bangku-bangku yang diam. Umat (mungkin) mengikuti misa dari layar televisi dan komputer/laptop. Suasana dalam rumah sangat berpengaruh.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 1 September 2021: Perhatian dan Kunjungan

Sebagai orang Kristen, kita ingat kata-kata Yesus bahwa di mana ada kumpulan orang yang percaya kepadaNya, Dia selalu hadir.

Suara-Nya menggelegar melampaui gelombang pandemi. “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” (Mat 14:27). Ia menghardik gelombang pandemi agar menenteramkan gejolak kegelisahan batin.

Yesus yang mendatangi kita seperti saat Ia mendatangi para murid-Nya di tengah Danau Galilea. Saat itu, mereka sangat lelah dan nyaris putus asa karena sudah tidak sanggup melawan amukan angin sakal di danau itu.

Yesus datang dan hadir untuk memberi pertolongan dan peneguhan iman bagi mereka.

Kehadiran Yesus di tengah para murid bukan hanya menghentikan angin sakal yang mengancam nyawa mereka, melainkan juga memberi ketenangan hati bagi para murid-Nya.

Perikop ini menegaskan kebenaran: Jika kita percaya bahwa Tuhan senantiasa hadir dan menolong kita dalam kesulitan dan penderitaan, dalam keputusasaan dan kehilangan semangat hidup, hati kita akan menjadi tenang dan damai. Di sini, Yesus ditampilkan sebagai sahabat yang hadir dan menguatkan mereka yang putus asa (BKSN, 2021: 17).  

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 29 Agustus 2021, Minggu Biasa XXII: Hati Murni

Selama bulan September, kita merenungkan tema BKSN: Yesus Sahabat Seperjalanan Kita.  Yesus menempuh satu perjalanan bersama kita di tengah amukan gelombang pandemi.

Sahabat adalah sosok yang setia. Kesetiaan adalah semacam sikap “berjaga-jaga”, selalu hadir, mengulurkan tangan.

Sosok ini kita temukan dalam diri orang Samaria yang baik hati (Luk 10: 25-31).

Perumpamaan ini mengajak kita untuk menggali lebih dalam apa makna ungkapan “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.

Orang Samaria dalam perumpamaan ini adalah model sahabat bagi semua orang tanpa memperhitungkan batas-batas suku bangsa dan kelas sosial.

Orang Samaria juga menjadi model sahabat yang mau mengorbankan diri dan memberikan apa yang dimiliki untuk keselamatan orang yang menderita.

Sikap dan reaksi orang Samaria itu secara tidak langsung mencerminkan sikap dan reaksi Yesus kepada kita ketika kita sedang mengalami penderitaan.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 1 September 2021: Yesus Sahabat Sejati

Di sini, Yesus hadir sebagai sahabat bagi mereka yang sedang menderita dan membutuhkan. Ada unsur pokok kesetiaan yakni tak meninggalkan dan membentuk persahabatan sejati.

Kita hanya menempatkan diri sebagai sosok teman setia ketika kita tidak begitu gampang meninggalkan dia dalam situasi buruk.

Mungkin saja kita tidak meninggalkan dia tapi kita masih dalam perjalanan untuk menjadi setia.

Sebagai sahabat, kita harus mau melakukan apapun untuk sahabat, berkorban untuknya, walau kadang dilanda rasa kecewa karena gesekan kepentingan.  

Masa gelap pandemi adalah momen pemurnian kualitas iman yang mesti terlibat dalam ruang sosial.

Yesus ajarkan kita: setia menjadi sahabat bagi semua orang tanpa sekat suku, agama, ras dan golongan.

Kita harus jadi sosok orang Samarian yang baik hati kepada sesama yang terpuruk dalam genangan pandemi ini.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 28 Agustus 2021: Menghargai dan Mensyukuri Talenta

Kita mesti masuk ke dalam lumpur dan menarik mereka keluar, membersihkan tubuh dan memberi pakaian pantas.

Selama masa pandemi, harta dan kekayaan mesti kita berdayakan agar bermanfaat bagi banyak orang.

Saatnya kita kosongkan “gudang” hati kita kita untuk mencintai sesama yang lain. Tuhan mesti jadi fokus hidup dan karya.

Harta dan kekuayaan, kedudukan dan status hanya membahayakan kemurnian iman ketika sekadar jadi pajangan mati.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 26 Agustus 2021: Ketidakpastian

Yesus mengetuk pintu hati kita tiap saat. Yesus mengajak kita agar bertobat dan mengubah hidup agar lebih peka dengan desakan kenyataan hidup yang riil. *

Teks Lengkap Bacaan 1 September 2021:

Bacaan I : Kolose 1:1-8

Sabda kebenaran telah sampai kepadamu, demikian juga kepada seluruh dunia

Dari Paulus, rasul Kristus Yesus, oleh kehendak Allah, dan Timotius saudara kita, kepada saudara-saudara yang kudus dan yang percaya dalam Kristus di Kolose. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, menyertai kamu.

Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu, karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga.

Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil, yang sudah sampai kepada kamu.

Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya.

Semuanya itu telah kamu ketahui dari Epafras, kawan pelayan yang kami kasihi, yang bagi kamu adalah pelayan Kristus yang setia.

Dialah juga yang telah menyatakan kepada kami kasihmu dalam Roh.

Demikianlah Sabda Tuhan

Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan: 52:10.11

Refr.: Aku percaya akan kasih setia-Mu, ya Tuhan, sekarang dan selama-lamanya

  • Tetapi aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah; aku percaya akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya.
  • Aku hendak bersyukur kepada-Mu selama-lamanya, sebab Engkaulah yang bertindak; karena nama-Mu baik, aku hendak memasyhurkannya di hadapan orang-orang yang Kaukasihi.

Bacaan Injil: Lukas 4:38-44

Juga di kota-kota lain Aku harus mewartakan Injil, sebab untuk itulah Aku diutus

Setelah meninggalkan rumah ibadat di Kapernaum, Yesus pergi ke rumah Simon.

Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia.

Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itupun meninggalkan dia.

Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka. Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit.

Ia pun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka.

Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: "Engkau adalah Anak Allah."

Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias.

Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi.

Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka.

Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus."

Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.

Demikianlah Injil Tuhan

Terpujilah Kristus

Renungan harian katolik lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved