Opini Pos Kupang
Seroja, Apalah Arti Sebuah Nama?
Kejadian luar biasa yang menimpa wilayah NTT dan sekitarnya pada saat umat Kristiani sedang menjalani pekan Paskah 2021
Oleh: Dr Hamza H Wulakada (Pemerhati Lingkungan, Tinggal di Kupang)
POS-KUPANG.COM- Kejadian luar biasa yang menimpa wilayah NTT dan sekitarnya pada saat umat Kristiani sedang menjalani pekan Paskah 2021 sebenarnya bukanlah hal baru karena memang perubahan iklim global itu nyata, ditandai semakin meningkatnya suhu baik di udara maupun di muka air laut.
Penggunaan istilah dan penamaan peristiwa alam demikian (berupa angin kencang di lautan) juga bervariasi tergantung otoritas setempat yang telah ditetapkan sebelumnya. Kejadian sejenis diseputaran Samudera Pasifik biasa disebut badai, Pasifik Utara disebut topan, Samudera Atlantik disebut hurikan (hurricane), Samudera Hindia dan Pasifik Selatan disebut siklon (cyclone) atau siklon tropis.
Penamaan lokal juga dikenal dibeberapa Negara seperti Bagyo di Filipina, Chubasco di Meksiko dan Taino di Haiti namun berdasarkan aspek pencirinya tetap menjadi otoritas World Meteorogical Organization (WMO).
Fenomena angin kencang semacam itu umumnya terklasifikasi berdasarkan kecepatan angin di atas 199 km per jam, dan diistilahkan tergantung lokasi kemunculannya.
Baca juga: Pemkab Malaka Bantu Beras Premium Buat Warga Terdampak Seroja
Selanjutnya penamaan khusus sebagai pertanda tempo kejadian akan menjadi otoritas lokasi setempat karena wilayah tumbuh dan berkembangnya masuk ke dalam wilayah tanggung jawab, semacam penamaan `Seroja' yang berada dalam wilayah tanggung jawab Jakarta TCWC (Tropical Cyclone Warning Centre).
Secara etimologi, istilah taufan berasal dari kata taifun yang berasal dari frasa Tionghoa atau dalam bahasa Jepang dikenal tai fuu yang artinya angin besar, dan pengejaan Indonesia dihubungkan dengan kata Persia `taufan' yang terkait kata Yunani typhon.
Sementara istilah hurikan merupakan nama dewa badai bagi pribumi Amerika-Indiana Karibia yaitu huracan, serta kata siklon yang berasal dari kata Yunani kyklos yang artinya lingkaran atau roda. Semua penamaan dimaksud adalah cara untuk dikenang dan memudahkan dalam pengenalan karakteristiknya.
Seroja: bukan Serangan Roh Jahat
Kenapa dinamai Seroja yang merupakan sejenis nama bunga? Sejarahnya, penamaan nama bunga pada siklon tropis di Indonesia disepakati sejak terbentuknya pusat peringatan dini siklon tropis Jakarta pada tahun 2008.
Baca juga: Warga Terdampak Badai Seroja di Flotim Dapat Bantuan Kemanusiaan
Menurut WMO, penamaan dimaksud untuk membantu publik dalam mengidentifikasi kehadiran badai secara cepat, juga membantu media memberitakan keberadaan siklon tropis.
Memilih nama bunga mulanya dari pemikiran sederhana, bahwa bunga itu indah sehingga tumbuhnya siklon diharapkan bukan dijadikan sebuah kenestapaan namun keindahan yang didapat agar apapun dampak kerusakan adalah bagian dari sebuah refleksi untuk terus memperbaiki, tumbuh dan berkembang.
Siklon pertama oleh BMKG dinamai `Durga', sebuah tokoh perwayangan yang peristiwanya terjadi pada 2009 di perairan barat daya Bengkulu, kemudian beberapa kejadian sejenis muncul setelahnya dan dinamai Anggrek (2010), Bakung (2014), Cempaka (2017), Dahlia (2017), Flamboyan (2018), Kenanga (2018), Lili (2019), Mangga (2020) dan yang masih hangat kini adalah Seroja (2021).
Penamaan di wilayah Samudera Hindia diantaranya Agni, Fanoos dan Chapala yang merupakan kontribusi dari India, Pakistan dan Bangladesh. Kejadian sejenis di USA juga memiliki ciri khas yang umumnya adalah penamaan manusia, khususnya nama perempuan yang identik dengan kecantikan dan keindahan.