Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Senin 23 Agustus 2021: Orang Munafik
Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan kaum Farisi dengan sangat keras. Kecaman ini menghujam kepada perilaku yang tidak sejalan dengan perkataan.
Renungan Harian Katolik Senin 23 Agustus 2021: Orang Munafik (Mat 23: 13-23)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan kaum Farisi dengan sangat keras. Kecaman ini menghujam kepada perilaku yang tidak sejalan dengan perkataan.
Yesus mengecam dengan menggunakan kata “celakalah.” Di dalam bahasa Inggris sehari-hari, kata “woe” (celaka)’ ini tidak lazim digunakan.
Dalam adat Ketimuran, kata “celaka” sungguh merupakan kata yang pedas yang mengandung harapan akan terjadinya hal yang tidak menguntungkan. Kalau orang tua sampai mengatakan kepada anaknya, “Celakalah,” jelas itu merupakan suatu kutukan.
Sebelum kata kutukan itu dicabut, diyakini bahwa si anak akan terus mendapat kesulitan, kesusahan, dan kemalangan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 22 Agustus 2021, Minggu Biasa XXI: Momen Pemurnian Iman
Kata “celaka” di dalam Kitab Suci mengungkapkan kesedihan, kegelisahan tapi juga bermakna peringatan.
Awalnya, kata ini mengungkapkan kesedihan tetapi kesedihan ini sedemikian kerasnya sehingga menimbulkan kegelisahan dan kegetiran.
Ia juga menjadi suatu peringatan karena hal yang menyakitkan bagi kita merupakan tanda adanya bahaya yang akan melumpuhkan dan menghancurkan.
Bahaya ini akan menghancurkan seseorang yang terlibat dalam penyakit rohani ini.
Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi sebagai pemimpin yang munafik.
Kecaman ini lebih keras dari kecaman-Nya terhadap sikap dan tindakan para pemuka agama Yahudi yang menolak-Nya, mencobai-Nya dan ingin membunuh-Nya karena kemunafikan itu sangat berbahaya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan “munafik” sebagai sikap “berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada agama dan sebagainya tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak; suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya; bermuka dua” (2008:939).
Jadi, dalam kemunafikan selalu ada kepura-puraan, tipu muslihat dan kelicikan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 20 Agustus 2021: Zat Perekat Istimewa
Sikap munafik itu menghambat dan menghalangi orang lain untuk melihat dan menemukan kebenaran.