Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Senin 23 Agustus 2021: Orang Munafik
Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan kaum Farisi dengan sangat keras. Kecaman ini menghujam kepada perilaku yang tidak sejalan dengan perkataan.
Orang munafik mempunyai penampakan luar yang selalu baik: rajin berdoa dan beribadah, pandai mengutip ayat Kitab Suci, pandai berkata-kata bijak, dan lain-lain tetapi hatinya disesaki perasaan, niat dan rencana-rencana jahat.
Dalam praktik hidup keagamaan, orang-orang yang munafik menghayati aktivitas keagamaannya hanya sebatas kewajiban saja.
Misteri kudus yang dirayakan hanya berhenti sebagai ritus, tidak menjadi daya rohani yang mentransformasi sikap dan tindakan.
Doa-doa mereka hanya sebatas di bibir saja dan sekadar tataran kognitif, tetapi tidak sampai di hati apalagi dihayati dalam perilaku sehari-hari.
Sikap seperti ini sangat mungkin menjadi penghalang bagi orang lain untuk datang kepada Tuhan dan memasuki Kerajaan Sorga (Mat 23:13).
Yesus memakai seruan “celakalah” untuk mengungkapkan ketidaksetujuan-Nya dengan perilaku kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat karena sikap munafiknya.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 19 Agustus 2021: Iman dan Kasih
Para pemimpin agama Yahudi ini tidak mempunyai integritas karena apa yang diajarkan tidak sesuai dengan apa yang dilakukan.
Padahal, mereka ini adalah pemuka-pemuka masyarakat, orang-orang yang tingkah lakunya mesti menjadi pedoman hidup masyarakat.
Munafik adalah sikap berpura-pura. Sebagai pemimpin, mereka justru menyalahgunakan wewenang yang dimiliki untuk memeras rakyat dan meraup keuntungan besar bagi diri sendiri.
Apalagi orang-orang diperalat adalah orang-orang lemah, orang-orang tak berdaya yang seharusnya ditolong.
Sikap munafik tersebut menjadi penghalang bagi orang-orang yang ingin mencari kebenaran. Mereka ditipu, diperlakukan secara licik, dan diperbudak.
Yesus bersuara sangat keras karena orang Farisi dan para pemimpin ibadat tidak boleh memperlakukan umat dengan cara demikian.
Fokus kecaman Yesus adalah kemunafikan. Kemunafikan ada di setiap penganut agama. Akarnya adalah kesombongan dan superioritas pandangan.
Brad. H. Young mengatakan, “Hypocrisy is a problem for all religious faith communities” (Rabbis:2007:8).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 23 Agustus 2021: Munafik
Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat memperlihatkan kemunafikan di balik kesalehannya agar kita mewaspadai dan membuang kemunafikan.