Berita NTT

Wagub NTT Tegaskan Tidak Ada Tempat Untuk Intoleransi di NTT

Wakil Gubernur NTT Joseph A Nae Soi menegaskan tidak ada tempat untuk Intoleransi di NTT

Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/MICHAELLA UZURASI
Wagub NTT Joseph A Nae Soi membuka kegiatan dialog Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Wakil Gubernur NTT Joseph A Nae Soi menegaskan tidak ada tempat untuk Intoleransi di NTT.

Hal ini disampaikan dalam pembukaan dialog Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh yang digelar oleh FKU Provinsi NTT yang merupakan bagian dari kegiatan FKUB Masuk Kampus, Kamis, 19 Agustus 2021.

"Saya kira ini tidak berkelebihan seluruh agama apapun seluruh suku apapun seluruh ras apapun di dunia ini pasti akan membenarkan bahwa kita harus hidup rukun, kita harus cinta dan kasih kepada sesama manusia. Kata cinta kasih tidak hanya milik salah satu agama tapi semua agama memiliki apa yang dinamakan cinta kasih," kata Wagub Nae Soi.

"Oleh sebab itu tidak ada tempat di Nusa Tenggara Timur ini bagi mereka yang intoleran," tegasnya.

Baca juga: Toleransi di Masjid Al-Hidayah Nisa Nulan Adonara, Hewan Kurban untuk Umat Nasrani

Intoleransi, kata Nae Soi, merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar - tawar karena hidup rukun merupakan kodrat manusia.

"Kalau dia tidak hidup rukun berarti dia melawan kodrat manusia dan melawan kodrat kemanusiaan berarti melawan kehendak yang Ilahi yang menciptakan kita," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Wagub Nae Soi atas nama pemerintah dan seluruh masyarakat NTT, menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada narasumber, para tokoh agama, peserta kegiatan yang telah meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan ini dalam rangka memperkokoh Nusa Tenggara Timur sebagai Nusa Terindah Toleransi yang tetap rukun damai dan harmonis.

"Kita berharap kiranya seluruh rangkaian kegiatan hari ini dapat berlangsung dengan baik lancar dan sukses serta berlangsung dalam suasana penuh persaudaraan dan menghargai toleransi terutama dalam menghasilkan kebijakan yang berguna untuk masa depan kerukunan antar umat beragama di daerah ini untuk menopan Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh sesuai dengan yang diangkat pada sub tema kegiatan ini," katanya.

Baca juga: Beri Selamat Hari Raya Waisak, Walikota Kupang Jefri Riwu Kore Ajak Pupuk Toleransi

Lanjut Wagub Nae Soi, kerukunan memiliki relevansi positif yang kuat terhadap pembangunan. Semakin rukun suatu masyarakat semakin cepat pembangunan dapat dilakukan. Oleh karena itu memelihara kerukunan menjadi kebutuhan utama kita bersama. Memelihara kerukunan adalah hal terpenting yang harus dilakukan bukan saja tugas pemerintah untuk menjaganya tetapi menjadi kewajiban individu setiap elemen masyarakat. Dengan dukungan para tokoh lintas agama dalam menjaga kerukunan.

Kerukunan masyarakat dapat dikembangkan dengan berbagai cara antara lain memberikan edukasi masyarakat terutama toleransi, memahami multi kultural, serta revitalisasi kearifan lokal.

"Berbicara mengenai toleransi saya mengingat seorang tokoh mantan menteri agama RI, beliau mengatakan bahwa toleransi di Indonesia ada dua cara, yang pertama toleransi dogmatis yang kedua cividius," jelas dia.

Toleransi dogmatis, lanjutdia, artinya kita mengakui mengimani agama kita dengan sungguh - sungguh dengan segenap hati bahwa iman saya inilah yang harus saya jalankan dengan sungguh - sungguh kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

"Tetapi begitu kita berhadapan dengan sesama kita yang berbeda keyakinan dengan kita , lahirlah apa yang dinamakan toleransi civilius," tandasnya.

Disamping itu pemerintah tetap menjadi motivator, stabilisator dan new dinamisator dalam memberikan bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dapat melaksanakan ajaran agamanya dengan rukun lancar dan tertib baik intern maupun antar umat beragama.

Oleh karena itu pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya mempunyai kewajiban untuk memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat.

Menurut Wagub Nae Soi, kegiatan ini merupakan ajang menyamakan visi dan persepsi bersama untuk pembinaan kerukunan lebih dinamis dan humanis baik intern umat beragama, antar umat beragama maupun antar umat beragama dan pemerintah yang merupakan pilar penting dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara apalagi masyarakat NTT yang majemuk terdiri dari berbagai agama, suku, ras dan adat istiadat yang berbeda.

"Keragaman ini di satu sisi merupakan kekayaan budaya bangsa di daera ini yang sangat berharga serta menjadi kebanggaan kita. Kita dapat memberikan manfaat yang sebesar - besarnya dalam pembangunan," kata Wagub Nae Soi.

"Namun sebaliknya kemajemukan ini dapat menimbulkan konflik sosial suku ras bahkan agama yang sangat mengancam perpecahan dan integrasi nasional jika kita salah mengelolanya atau salah persepsi," lanjutnya.

Salah satu cara yang perlu dilakukan menurut Wagub Nae Soi adalah dengan membangunkan kesadaran untuk selalu memiliki sikap waspada serta menjaga saling pengertian antara pemeluk agama di masyarakat dan tetap menjaga persatuan sebagai satu bangsa dan setanah air.

"Kehidupan bergama di NTT saat ini dalam suasana yang sangat kondusif. Ini semua karena peran tokoh dan pemuka agama dan majeli agama dari masing - masing agama dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada umatnya," ujar Wagub Nae Soi.

"Untuk itu saya berharap kepada setiap pemeluk agama dapat menjalankan ajaran agamanya dengan sebaik - baiknya sehingga akan tumbuh rasa persaudaraan diantara sesama dan tidak mempertentangkan perbedaan karena pada dasarnya agama mengajarkan tentang kebaikan dan perdamaian," pungkasnya.(*)

Berita Provinsi NTT Lainnya

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved